Melatih Anak-Anak Mencintai Tuhan


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Anak-anak adalah masa depan kita. Faktanya, mereka adalah masa depan!

Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang pendeta dan juga ayah, anak-anak cepat sekali tumbuh dewasa. Sebagai orang tua dan sebagai gereja, kita dipanggil untuk melatih dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada mereka.

Mengajarkan kepada mereka untuk menghormati kita juga merupakan bagian dari latihan yang kita berikan. Perhatikanlah bagaimana Allah membenarkan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita menyadari bahwa Dia melakukannya karena Dia mengasihi kita. Dia ingin kita menghormati dan menghargai-Nya supaya kita taat kepada-Nya. Dia menginginkan kita untuk menaati-Nya agar kita dapat menyelesaikan panggilan-Nya dalam kehidupan kita.

Hal yang sama patut kita terapkan pada anak-anak kita. Ketika kita membesarkan mereka untuk menghormati dan menghargai kita, secara tidak langsung kita juga mengajarkan kepada mereka untuk menghargai dan menghormati Bapa di Surga.

Ketika saya masih kecil, saya ingat bahwa saya menginginkan orang tua saya untuk mengoreksi tindakan saya. Keinginan ini muncul ketika saya berumur 5 tahun. Saya dan keluarga tinggal di kota New York. Ibu saya bekerja malam hari dan bapak saya telah tertidur di dipan. Daripada tidur di kamar, saya memilih begadang menonton televisi. Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk bersiap tidur sendirian karena saya belum pernah melakukannya sebelumnya. Saya menunggu sampai ayah saya bangun. Ketika dia bertanya mengapa saya belum pergi tidur, dengan lugunya saya menjawab, "Aku menunggu ayah."

Setelah saya mengingat-ingat, saya menyadari bahwa saya ingin dia mengoreksi saya dan mengatakan apa yang harus saya lakukan. Sama seperti yang dirasakan anak-anak kita. Mereka ingin dikoreksi. Mereka mungkin tidak mengatakannya secara langsung, namun di lubuk hati mereka yang paling dalam mereka mengharapkan pengarahan dan koreksi.

Mengapa demikian? Karena ketika kita mendisiplin dan mengoreksi mereka hal tersebut akan membangun suatu perasaan aman. Mereka akan mengasihi kita sebagai orang tua mereka dan yang lebih penting lagi mereka akan mengasihi Tuhan.

Mengasihi Tuhan dan Sesama

Segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan kita -- baik itu sebagai orang tua maupun sebagai anak -- harus berawal dari mengasihi Bapa Surgawi dan sesama kita.

Matius 22:37-39 berkata, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Kita semua dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita.

Kita juga dipanggil untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Sediakan waktu untuk membaca kembali ayat ini. Ketika ayat tersebut menyatakan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri," berilah tanda kurung pada "sesamamu manusia" dan isilah tempat itu dengan nama seseorang yang Anda kenal.

Sekarang renungkanlah hal ini: Anak-anak dapat menggunakan nama orang tua mereka dalam ayat ini. Dengan begitu, mereka harus mengasihi orang tua mereka, seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri. Ini bukanlah suatu yang berlebihan karena "sesamamu manusia" tidaklah terbatas pada orang yang tinggal di dekat kita saja. Frasa ini mengacu pada setiap orang yang kita kenal, baik teman, keluarga, dan orang tua.

Perintah yang Diikuti dengan Janji

Ulangan 5:16 mengatakan pada kita betapa pentingnya bagi anak-anak untuk menghormati orang tua mereka. Bagian pertama dari ayat ini merupakan perintah: "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu."

Namun perintah ini juga disertai dengan sebuah janji. Janji itu menyatakan bahwa umur kita akan lanjut dan keadaan kita baik di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepada kita.

Anak-anak perlu memahami bahwa menghormati ayah dan ibu mereka memengaruhi arah kehidupan mereka. Hal ini sangatlah penting!

Kata menghormati berarti "sangat menghargai", "menaati", atau "mengasihi dengan penuh kebaikan, kasih sayang, dan perhatian."

Sama seperti kita harus menghargai orang tua kita, kita harus mengajarkan anak-anak kita untuk bertindak serupa. Mereka menghormati kita sebagai orang yang mereka hargai dan mengasihi kita dengan penuh kebaikan, kasih sayang, dan perhatian.

Ketika kita mengajarkan kepada anak-anak kita untuk menghormati otoritas kita, mereka kemudian akan belajar menghormati otoritas Tuhan. Sebagai orang tua mereka, kita adalah suara Allah dalam kehidupan mereka. Kita melatih dan mengarahkan mereka untuk mengikuti Tuhan Allah dengan segenap hati mereka. Kita dipanggil untuk menjadi refleksi Yesus Kristus bagi mereka. Ketika kita mengajar mereka untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita membantu mereka merasa akrab dengan kasih Allah.

Contoh yang Kita Berikan

Dalam Lukas 2 kita membaca kehidupan Yesus sebagai seorang anak. Ini merupakan contoh yang baik tentang bagaimana anak-anak sebaiknya menanggapi orang tua mereka. Dalam bahasan kali ini, Yesus dan orang tua kandungnya pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah Yahudi. Pada waktu itu dia baru berumur 12 tahun. Di akhir kunjungannya, Maria dan Yusuf meninggalkan Yerusalem dan kembali pulang. Dalam perjalanan, mereka baru menyadari bahwa Yesus tidak ada dalam rombongan mereka. Mereka kembali dan menemukan Yesus sedang berdiskusi di tempat ibadah. Ketika mereka bertanya apa yang sedang dikerjakan-Nya, Dia menjawab, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah bapa-Ku?" (Lukas 2:49).

Sekarang perhatikanlah apa yang dikatakan ayat 51: "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka."

Disebutkan dalam ayat itu, "Ia tetap hidup dalam asuhan mereka." Kata "asuhan" berarti "memosisikan diri di bawah seseorang." Yesus memosisikan diri-Nya di bawah orang tua-Nya; Dia memosisikan diri di bawah otoritas mereka. Dia melatih sikap taat kepada orang tua-Nya agar dia dapat taat kepada Bapa-Nya di surga. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari dikatakan bahwa Yesus "taat kepada mereka."

Jadi dari sudut pandang anak-anak kita, ketaatan (berada dalam asuhan kita sebagai orang tua mereka) merupakan bagian dari menghormati dan mengasihi kita.

Yesus segera taat. Dia tidak melawan Maria dan Yusuf maupun mengacuhkan mereka. Dia taat. Anak-anak kita seharusnya juga menanggapi kita demikian. Mereka harus segera taat.

Dengan belajar menaati kita dengan cepat, mereka juga segera belajar menaati Tuhan.

Generasi Mendatang

Sebagai orang tua dan orang percaya, kita memunyai tanggung jawab yang besar. Kita mengasuh generasi mendatang. Anak-anak kita dan anak-anak di gereja kita adalah generasi para pendeta, guru, dan orang tua yang selanjutnya. Kita harus mengasuh mereka dengan benar. Kita harus melatih mereka untuk mengikuti Tuhan -- untuk menghormati dan menaati-Nya tanpa mengeluh atau menunda-nunda.

Ini merupakan langkah yang penting untuk melengkapi mereka memenuhi panggilan Tuhan dalam kehidupan mereka. Jangan sampai anak kita kurang diperlengkapi dalam melaksanakan panggilan mereka. Mari kita ajarkan kepada mereka bagaimana menghormati kita dan dengan menghormati kita, mereka menghormati Dia.

Anak-anak harus menghormati Tuhan dan mereka juga perlu tahu betapa besar kasih Tuhan kepada mereka. Mereka banyak belajar hal tersebut melalui Anda, orang tua mereka. Dan ingatlah, anak-anak kita adalah masa depan kita! (t/uly)

Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Sekolah Minggu

Sumber
Judul Artikel: 
Training Children to Love God
Situs: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar