Menyusun Rancangan Pembelajaran Kelas Bayi


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Riset membuktikan bahwa kegiatan bermain, tepatnya bermain bebas, adalah cara terbaik dalam proses perkembangan anak. Bermain menyediakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan intelektual, kreativitas, dan penyelesaian masalah. Bermain juga membantu pertumbuhan emosional serta keterampilan sosial anak.

Dalam bukunya yang berjudul Multiple Intelligences (MI), Howard Gardner mengungkapkan bahwa anak-anak balita sedang berada dalam tahap eksplorasi, yaitu masa perkembangan di mana anak secara alami memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menjelajah serta mengenali dunia sekitarnya dengan sangat antusias, dan mereka melakukannya dengan segala cara, masing-masing sesuai dengan keunikan pribadinya.

Bagi anak balita, termasuk para bayi, bermain sama dengan belajar. Melalui aktivitas bermain inilah, anak-anak menyerap materi pelajaran dengan cara yang paling optimal. Bagi anak balita, bermain memiliki dampak serta manfaat positif yang sifatnya lebih menetap atau jangka panjang bagi masa depan mereka. Semakin orang tua ataupun guru memisahkan proses bermain dengan belajar, semakin tidak optimal pula proses perkembangan anak.

Manfaat terbesar bagi anak-anak yang memiliki banyak waktu untuk bermain bebas adalah mereka menjadi lebih bahagia. Dan saat mereka bahagia, pelajaran apa pun dapat dicernanya dengan mudah serta bersifat lebih menetap dibandingkan dengan model pelajaran yang formal atau menggunakan pendekatan konvensional.

Dalam tulisan ini, akan diberikan contoh bagaimana mendesain rancangan pembelajaran untuk Kelas Bayi dengan menggunakan filosofi Multiple Intelligences (MI).

Kecerdasan Majemuk menurut Howard Gardner:
Percayakah Anda bahwa setiap bayi itu "cerdas"?

Cerdas di sini bukan berarti bahwa pada usianya yang pertama, bayi Anda sudah bisa membaca, atau pada usianya yang kedua, bayi Anda bisa menghafal perkalian. Bukan itu yang dimaksud. Namun, setiap bayi memiliki potensi kecerdasan di dalam dirinya yang siap dibentuk dan dikembangkan oleh Anda. Ternyata, kombinasi kecerdasan setiap bayi unik, tidak sama satu dengan lainnya.

Mengapa Angeline selalu menampakkan ekspresi senang bila ia mendengar musik, sementara Julianne seolah tak peduli saat ada yang menyanyi atau memainkan musik? Mengapa Bryan aktif merangkak ke sana ke mari, sementara Fefe lebih menikmati duduk manis dan mengamati teman-temannya? Mengapa anak berusia satu tahun sudah tertarik huruf dan angka, sementara anak berusia tiga tahun masih ogah diajak mengenal angka? Tak ada bayi yang sama, setiap bayi unik adanya, dan setiap bayi ternyata memiliki kombinasi beragam jenis kecerdasan yang berbeda.

Menurut Howard Gardner, ada sembilan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak. Masing-masing dengan kadar, porsi, dan kombinasi yang berbeda. Bersiaplah untuk mengenali potensi kecerdasan bayi Anda.

  1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

    Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata, baik untuk berkomunikasi, memengaruhi, maupun memanipulasi orang lain. Kegiatan linguistik antara lain: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Seorang anak dengan kecerdasan linguistik tinggi biasanya terlihat sebagai anak yang "cerewet", pandai bicara, dan sejak dini tertarik kepada buku, serta ingin belajar mengenal huruf, bahkan ingin belajar membaca.

  2. Kecerdasan Logis Matematis (Logical-mathematical Intelligence)

    Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan untuk mengolah angka, menggunakan logika, atau kemampuan berpikir analitis-kritis, serta menggunakan akal sehat. Anak-anak dengan kecerdasan logis matematis tinggi umumnya suka permainan yang membutuhkan logika, suka bereksperimen sebab akibat, dan mungkin, pada usianya yang pertama, menyukai angka serta perhitungan sederhana.

  3. Kecerdasan Visual Spasial (Spatial Intelligence)

    Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam benak atau pikiran (visual), serta menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi (spasial). Aktivitas visual spasial, misalnya menggambar, mewarna, membangun balok, lacing, lego, dan berkhayal (membayangkan sesuatu).

  4. Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

    Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk mengolah tubuh serta melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan anggota tubuh tertentu, seperti keterampilan tangan. Anak dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi dalam hal motorik kasar umumnya adalah anak yang tidak bisa diam, alias selalu bergerak ke sana kemari dan biasanya memiliki keseimbangan dan koordinasi tubuh yang baik (bisa dalam hal olahraga, bisa juga dalam hal tarian, atau senam). Adapun anak dengan kecerdasan kinestetik motorik halus mungkin sudah mulai suka corat-coret sebelum usianya yang pertama. Dan pada usianya yang kedua, sudah bisa memegang pensil dengan benar. Barangkali ia juga terampil dalam beberapa aktivitas meronce dan lain-lain, yang membutuhkan keterampilan jari-jari tangan.

  5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

    Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mencerna, mengapresiasi, serta memainkan musik. Seorang anak dengan kecerdasan musik tinggi mungkin akan mampu menikmati lagu, mengingat melodi, dan menghafal lagu, bahkan mampu menyanyi (bila ia sudah bisa menyanyi) dalam nada yang tepat atau benar.

  6. Kecerdasan Antarpribadi (Interpersonal Intelligence)

    Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk dalam hal ini adalah kemampuan berempati, berteman, hingga membujuk, bahkan memanipulasi orang lain. Anak-anak dengan kecerdasan antarpribadi yang tinggi biasanya sangat mudah bergaul, disukai banyak orang, dan acap kali pandai pula menggunakan tipu daya untuk memengaruhi orang lain agar menuruti keinginannya.

  7. Kecerdasan Intrapribadi (Intrapersonal Intelligence)

    Kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan percaya kepada diri sendiri. Anak-anak dengan kecerdasan intrapribadi tinggi umumnya lebih suka bermain sendiri, berkehendak kuat, dan tidak mudah dipengaruhi maupun diatur, bahkan mungkin kerap kali dicap keras kepala atau pemberontak. Padahal, yang sebenarnya diinginkan oleh anak-anak ini adalah melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri.

  8. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

    Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam serta hidup harmoni bersama alam. Anak-anak dengan kecerdasan naturalis tinggi mungkin akan suka bermain tanah atau pasir, berani memegang anjing, kucing, atau binatang lainnya. Mereka suka bermain dan berada di alam terbuka.

Saat ini telah ditambahkan jenis kecerdasan yang ke-9 yang disebut kecerdasan Eksistensialis, yaitu kemampuan untuk memikirkan nilai-nilai yang hakiki dan arti kehidupan. Untuk alasan praktis, karena bayi belum mampu mengekspresikan jenis kecerdasan yang ke-9 tersebut, dalam tulisan ini hanya akan dibahas cara menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan delapan jenis kecerdasan di atas.

DAFTAR METODE MENGAJAR ALAMI YANG SESUAI UNTUK KELAS BAYI

  1. Kecerdasan Linguistik
    • Guru bercerita dan anak mendengarkan.
    • Bersama-sama mendengarkan kaset atau buku bersuara.
    • Bersama orang tua atau pengasuh, anak diajak membaca buku.
    • Melakukan permainan dengan kata-kata.
    • Mengajarkan sajak (rhyme).
  2. Kecerdasan Logis Matematis
    • Menyertakan angka dalam cerita atau aktivitas.
    • Melibatkan perhitungan sederhana dalam cerita.
    • Mengajak anak melakukan klasifikasi atau pengelompokan.
    • Bermain puzzle.
    • Melakukan kegiatan ilmiah (sains) sederhana.
  3. Kecerdasan Visual Spasial
    • Menggunakan gambar, poster, foto, tayangan, atau tampilan visual lainnya.
    • Melibatkan anak dalam kegiatan mewarna, melukis, mengecat, kolase, dan sejenisnya.
    • Menggunakan permainan balok, lego, hawkblocks, dan sejenisnya yang membutuhkan kemampuan bangun ruang.
    • Menonton film bersama.
    • Permainan labirin dan teka-teki visual lainnya.
  4. Kecerdasan Kinestetik atau Tubuh:
    • Segala macam permainan atau aktivitas yang membutuhkan gerakan motorik kasar (merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan sebagainya).
    • Segala macam permainan atau aktivitas yang membutuhkan gerakan motorik halus (memegang sesuatu dengan jari, fingerpainting, meronce, dan sebagainya).
    • Menggunakan gerakan saat menyanyi atau menyampaikan firman Tuhan.
    • Menggunakan bahasa tubuh saat berkomunikasi maupun menyampaikan firman Tuhan.
    • Anak melakukan kegiatan yang menyibukkan dirinya, seperti: mengutak-atik barang, mendorong, dan menarik.
  5. Kecerdasan Musikal
    • Menyanyikan lagu bersama.
    • Mendengarkan lagu atau musik instrumental dari alat musik.
    • Memainkan alat musik.
    • Menghubungkan lagu atau nada dengan konsep atau materi yang diajarkan.
    • Bersenandung, bersiul, bertepuk tangan, atau menghasilkan bunyi-bunyian lainnya, baik dari mulut, anggota tubuh, maupun peralatan yang ada.
  6. Kecerdasan Antarpribadi:
    • Anak melakukan aktivitas secara individu (sendiri).
    • Guru menghubungkan materi dengan kehidupan anak secara pribadi.
    • Anak mengerjakan tugas pribadi di rumah (tentu dengan bantuan orang tua atau pengasuh).
    • Anak melakukan permainan "pura-pura" atau "imajinasi".
    • Guru menyediakan waktu pribadi untuk setiap anak.
  7. Kecerdasan Intrapribadi:
    • Anak terlibat dalam aktivitas atau permainan kelompok.
    • Anak dilibatkan dalam kegiatan untuk saling berbagi dengan temannya.
    • Anak terlibat dalam aktivitas yang bergiliran, yang melibatkan kontak antara anak yang satu dengan lainnya.
    • Anak dilibatkan dalam sebuah drama dengan berbagi peran.
    • Anak diajak masuk dalam lingkungan sosial yang berbeda, atau menghadirkan "tamu".
  8. Kecerdasan Naturalis atau Alam:
    • Mengajak anak belajar di alam terbuka.
    • Menghadirkan benda-benda alam ke kelas, seperti: batu, daun, bunga.
    • Menggunakan binatang dan tanaman sebagai peraga mengajar.
    • Melakukan aktivitas yang terkait langsung dengan alam, seperti: berkebun, memancing, atau masuk ke kolam ikan.
    • Melakukan studi ekologi sederhana.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Buku: 
Merintis dan Mengembangkan Kelas Bayi (0-2 tahun) di Sekolah Minggu
Pengarang: 
Meilania
Halaman: 
40 -- 47
Penerbit: 
Gloria Graffa
Kota: 
Yogyakarta
Tahun: 
2007

Published in e-BinaAnak, 04 October 2007, Volume 2007, No. 351


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar