Tugas Itu Wajib, Melayani Itu Harus

Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitulah kehidupan yang dijalani dr. RB. Betapa tidak, ia setia melayani Tuhan seperti ayahnya, dr. LH (alm), yang tetap menyediakan waktu untuk melayani di tengah-tengah kesibukannya sebagai dokter. Almarhum dr. LH adalah salah satu pendiri organisasi pelayanan "Full Gospel Business Men`s Fellowship International" (FGBMFI) di Indonesia, bersama dua orang temannya yang lain, seorang pengacara senior, TS dan perwira tinggi kepolisian berbintang dua, UE. Mereka bukan hanya mendirikan, tetapi juga mengembangkan pelayanan ini. Pelayanan yang sekarang dilanjutkan para penerusnya dan berkembang pesat ini, menghimpun para pebisnis dan kaum profesional untuk mengabarkan Injil dan menjangkau jiwa. Bedanya dengan sang ayah, dr. RB, yang menjadi dokter bedah di dua rumah sakit, terjun di pelayanan dengan fokus pendidikan. Mengapa bukan melanjutkan pelayanan ayahnya di FGBMFI?

"Saya hanya ingin membagi berkat kepada mereka yang kurang beruntung karena sulit membiayai sekolahnya," kata ayah dari dua orang putri yang sudah dewasa ini. Merasa hidup beruntung karena bisa bersekolah dengan sukses dan berhasil menyandang gelar dokter spesialis bedah umum dari salah satu universitas ternama di Jakarta pada tahun 1993, dr. RB tidak menutup mata. Ia melihat di sekelilingnya masih banyak anak tidak seberuntung dirinya. Bermula dari sebuah Persekutuan Doa di Kalimalang, Jakarta Timur, sebagaimana layaknya sebuah Persekutuan Doa, maka aktivitasnya bergerak hanya di bidang rohani. Dr. RB yang kreatif ini tentu tak puas; ia berpikir mana "action"-nya di bidang jasmani? Lalu, ia dan beberapa temannya mengumpulkan uang untuk membantu para hamba Tuhan, yang berjumlah 69 orang.

Kegiatannya ini berlanjut dengan membantu mendirikan bangunan gereja di Bekasi. Tetapi, setelah selesai dibangun, bangunan tersebut dibakar massa. Kecewa? Sebagai manusia biasa ia kecewa, tetapi tidak putus asa. Pelayanan dialihkan dengan memberikan bantuan modal kerja bagi yang memerlukan, baik yang Kristen maupun bukan. Tuhan terus memimpinnya dalam pelayanan anak sekolah, ketika ada orang yang minta bantuan agar anaknya bisa dibiayai. Dr. BR sangat prihatin dengan kualitas pendidikan di tanah air. Ketika tugas di Leuwiliang Bogor, ia menemukan ada anak sekolah sudah kelas 4 SD, membaca pun belum bisa. Melihat hal ini, ide untuk membantu anak yang kesulitan biaya sekolah pun timbul dan kemudian dilaksanakannya. "Kalau anak tidak sekolah, mudah dipengaruhi hal-hal yang jahat," itu alasannya yang lain mengapa ia mau bersusah payah terjun dalam pelayanan tersebut.

Singkat cerita, bersama teman-temannya yang memunyai visi yang sama, didirikanlah sebuah Lembaga Pelayanan, Gloria Ministry (GM) pada tahun 2003. Pdt. PT yang menjadi penasihat lembaga ini, memastikan agar pelayanan terfokus pada satu bidang pelayanan. Karena itulah, GM memfokuskan pelayanan pada pemberian bantuan kepada anak sekolah, dari SD sampai mahasiswa. Cabang GM kemudian didirikan di berbagai tempat di tanah air, dan kini sudah berjumlah 20 cabang, dengan anak asuh sekitar 3000 anak, di antaranya di Jabodetabek ada 1800 anak.

Pengalaman menarik lainnya, ketika bertugas di Kabupaten Manggarai NTT, dr. BR adalah satu-satunya dokter bedah umum di kabupaten tersebut. Tetapi, ketika ada pasien yang harus dioperasi kandungannya, maka dokter yang rendah hati ini juga harus menanganinya. "Di profesi saya inilah, saya merasakan penyertaan Tuhan dan pertolongan-Nya yang luar biasa." Kemudian, ia pun bercerita: Suatu ketika ada seorang anak berumur 10 tahun kecelakaan, karena truk yang ditumpanginya terbalik. Tengkoraknya hancur, otaknya sudah keluar, dan anak itu koma. Sedangkan di rumah sakit Kabupaten Manggarai peralatannya sangat sederhana. Meski agak stres, dokter yang kini berusia 56 tahun ini mengambil inisiatif: berdoa sebelum melakukan tindakan operasi. "Operasi berhasil dan saya yakin itu karena Tuhan yang menolong saya."

Sejak awal, dokter yang cukup sibuk ini sudah memunyai komitmen untuk melayani. Meskipun di gereja tempatnya beribadah dia menjabat salah satu ketua bidang, tapi setiap Selasa dan Sabtu, masih sempat memberikan waktunya untuk melayani di kantor GM sebagai ketua umum dan memimpin para stafnya. Ia beruntung, istrinya bukan hanya mendampingi, tetapi juga ikut mendukung pelayanan ini. Sementara kedua putrinya pun tak berkeberatan. Tidak hanya itu. "Mission tour" dengan kegiatan, KKR, pengobatan, pembagian sembako, dan kunjungan ke daerah masih dijalaninya. Misalnya, ke Bangka Belitung dan Bromo. Berbaur dengan masyarakat setempat dan berbagi berkat sangat membahagiakan kehidupan pasang suami-istri yang sangat mengasihi Tuhan ini.

Tentu saja semua aktivitasnya memerlukan biaya. Untuk yang satu ini, tak segan ia mengambil uang pribadinya untuk menabur di ladang Tuhan. "Tuhan selalu memberkati saya, bahkan ketika sangat memerlukan biaya yang besar." Ia juga mendapat dukungan dari teman-temannya, yang tidak hanya membantu melalui dana, tetapi juga melalui pemikiran, tenaga, dan doa.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama buletin : BERITA YAMARI, Edisi 54 -- 2010
Penulis : Sri Rastiti
Penerbit : Yayasan Marturia Indonesia, Jakarta
Halaman : 4 -- 5
Kategori: 

Tinggalkan Komentar