Kehendak Allah yang Paling Indah dan Baik

Gambar:KISAH_kehendak_allah

Kecelakaan mobil itu terjadi pada sore hari, ketika aku bersama beberapa teman sedang menuju perjalanan pulang. Begitu sampai di sebuah persimpangan jalan, aku mengalami peristiwa yang paling pahit dalam sejarah hidupku -- kecelakaan mobil sudah menunggu di depan.

Pada waktu sedang dalam perjalanan pulang, aku mendengar suami istri pemilik mobil bercakap-cakap dengan mengatakan, "Hujan sudah turun, jalanan sangat licin." Tidak berapa lama mobil berjalan, tiba-tiba aku melihat sebuah truk besar dengan kecepatan tinggi sedang melaju dan menerjang mobil kami. Dengan sekonyong-konyong, aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Sebelum dapat berbuat apa-apa, aku sudah kehilangan kesadaran. Tidak tahu waktu berjalan berapa lama, secara perlahan-lahan aku mulai sadar. Dalam keadaan setengah sadar, aku merasa tubuhku begitu berat, dan aku merasa berada di sebuah tempat yang sangat kotor dan memualkan.

Aku berusaha untuk bangkit, tapi kedua tanganku dipegang erat-erat, sehingga tidak dapat bergerak. Dalam keadaan samar-samar, aku melihat suamiku dengan air mata berlinang sedang menatap aku. Ia mendekati telingaku dan berbisik, "Tenanglah! Kamu sudah seharian tidak sadar, sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Hendaklah kamu berdoa, karena Allah adalah Pengatur segala sesuatu." Dalam hati, aku berdoa dan bersyukur bahwa Ia masih memperkenankan aku hidup dan aku yakin bahwa Ia tentu memunyai maksud-maksud tertentu atas diriku. Yang paling mengherankan adalah sikap suamiku, karena sekarang ia bisa berdoa. Meskipun kami menikah kurang lebih 10 tahun, dan aku sendiri mengaku sebagai orang Kristen, tapi belum pernah aku berbincang-bincang mengenai keyakinan Kristen dengan suamiku.

Damai sejahtera Allah memenuhi hatiku.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kemudian barulah aku tahu bahwa sepasang tulang kakiku patah, punggungku terluka, mengalami gegar otak, dan mukaku penuh luka-luka terkena kaca. Aku menjadi orang yang buruk rupa. Anak-anakku sampai tidak mengenal wajah ibunya. Luka pemilik mobil sama beratnya dengan aku. Sedangkan istrinya tidak lagi memunyai kesempatan untuk sadar kembali. Setelah dirawat selama 54 hari, aku diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, kepala rumah sakit memuji aku, karena selama dirawat di rumah sakit, aku adalah pasien yang terbaik. Untuk itu, aku dihadiahkan sebuah tongkat yang dipesan khusus olehnya. Sekeluarnya dari rumah sakit, aku mendapat perawatan secara tradisional. Semua lukaku dibungkus dengan obat-obat tradisional. Sakitnya sampai ke tulang sumsum. Sungguh, hidupku bagaikan di neraka. Selama perawatan dengan cara tradisional, luka paha kananku mengeluarkan cairan nanah. Sebab itu, pengobatan dilanjutkan ke sebuah rumah sakit Kristen. Setelah dirawat selama 2 bulan, salah seorang dokter mengatakan bahwa aku menderita radang tulang dan perlu dirawat di rumah sakit pusat. Jika radang tersebut tidak dapat disembuhkan, maka terpaksa aku harus kehilangan salah satu kakiku.

Karena tidak melihat kemajuan selama dirawat di rumah sakit pusat, atas kesepakatan keluarga, aku dimasukkan ke sebuah rumah sakit Kristen lainnya. Setelah pihak rumah sakit mengetahui aku menderita radang tulang, dengan cepat mereka menyediakan segala sesuatu untuk perawatan. Perhatian dan kasih mereka terhadap pasien, bagiku sangat menakjubkan.

Selama sakit, ibuku yang telah berusia lanjut, dengan tidak mengenal lelah membantu merawat aku. Mungkin karena terlalu lelah, ia jatuh sakit pula. Pada mulanya, kami mengira penyakit maag yang merupakan penyakit lamanya kambuh kembali. Tetapi setelah diperiksa dokter, ternyata di kantong empedunya terdapat batu. Menurut dokter, ia harus dioperasi sebanyak dua atau tiga kali, baru dapat pulih. Ibu terpaksa dirawat di rumah sakit yang sama, aku berada di kamar tingkat tujuh dan ibu berada di kamar tingkat tiga. Pada waktu aku mengunjungi ibu dan melihat wajah yang sudah berkerut menahan sakit, hatiku menjadi pilu, tanpa terasa air mataku bercucuran.

Dalam kesedihan, aku berteriak kepada Tuhan, "Tuhan Yesus, di manakah Engkau? Keadaanku, keadaan ibuku, apakah ini menunjukkan bahwa Engkau kasih adanya?" Dalam kesedihan, aku menjadi kecewa dan putus asa. Setelah menulis tiga pucuk surat wasiat, aku bermaksud menghabisi nyawaku dengan meloncat dari tingkat tujuh rumah sakit itu. Tatkala aku hendak melaksanakan niat tersebut, akal sehatku bekerja, sehingga aku mengurungkan niatku. Tapi penderitaanku tetap menekanku, dalam keadaan buntu, aku kembali kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan dan penderitaanku itu. Sungguh ajaib, Setelah aku menyerahkan secara total segalanya dengan iman, maka damai sejahtera Allah memenuhi hatiku. Puji Tuhan !

Download Audio

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Jalan Tuhan Terindah
Penulis : Pdt. Paulus Daun, M.Div., Th. M.
Penerbit : Yayasan Daun Family, Manado 1996
Halaman : 47 -- 49
Kategori: 

Tinggalkan Komentar