Kasih yang Ekstrem

Kebaktian telah usai. Jackie Hamill, seorang penginjil penjara belia dari Australia, merasakan kegairahan karena apa yang sedang Allah lakukan. Ia telah merasakan kasih dari Yesus mencapai narapidana-narapidana ini. Jackie dan empat belas anggota dari gerejanya, telah berkelana ke Filipina untuk melayani dalam sebuah penjara militer di sana. Mereka merasakan kepedulian bagi jiwa-jiwa narapidana yang terhilang, banyak dari antara mereka merupakan gerilyawan komunis yang berada di penjara karena pembunuhan.

Tiba-tiba, ketenangan diganggu oleh suara-suara dari pertengkaran dan tembakan-tembakan. Para napi sedang melakukan keributan dan merebut senjata-senjata dan amunisi-amunisi para penjaga untuk melarikan diri.

Para penginjil disandera dan ditahan selama 3 hari. Selama waktu itu, Jackie dan Juliet -- gadis lainnya diperkosa berulang kali. Tetapi, bahkan dalam saat-saat di mana ia menderita rasa malu yang paling hebat, Jackie berdoa bagi penyanderanya dan berbicara kepada mereka mengenai kasih Allah. Wajahnya tidak memperlihatkan rasa panik, rasa muak, atau kebencian, tetapi sebaliknya bersinar dengan cahaya dari sinar kemuliaan Allah.

Selama ia ditahan, ia memimpin kelompok itu untuk menyanyikan pujian-pujian dan memberitakan Injil kepada para penangkapnya. Salah satu napi yang membuat keributan, melemparkan senjatanya dan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.

Pada hari ketiga, terjadi tembak-menembak di antara para tahanan dengan tentara yang datang untuk menghentikan keributan. Jackie dan Juliet, 16 tahun, ditembak. Bahkan saat Jackie terbaring menanti ajal, ia mengangkat tangannya kepada Allah, berdoa bagi napi-napi yang membuat keributan dan bagi para tentara. Ia meninggal sementara bernyanyi kepada Allah.

Jackie telah melihat suatu penglihatan mengenai kematiannya secara martir di masa yang akan datang, yang ia bagikan dengan para sahabat. Ia mengetahui apa yang mungkin terjadi. Jadi, mengapakah ia membuka dirinya dan orang-orang lainnya kepada bahaya yang seperti itu? Ia melakukan hal yang ekstrem dalam kasihnya kepada Kristus.

Allah sendiri melakukan hal yang paling ekstrem dengan mengirimkan putra-Nya untuk mati bagi kita. Dua ribu tahun yang lalu, Israel bukanlah tempat yang baik untuk mengirimkan Sang Mesias. Akan lebih bijak untuk menanti dan mengirim-Nya ke suatu negara demokrasi, di mana Ia tidak akan disalibkan. Tetapi Allah memberikan Putra-Nya untuk menanggung yang paling buruk, dalam upaya membawa yang terburuk ke dalam tempat terbaik dalam kekekalan.

Mereka yang seperti Jackie, memberikan nyawa mereka dengan sukacita untuk membagikan kasih ini. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati.

Diambil dari:

Judul buku : Jesus Freaks
Penulis : Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit : Cipta Olah Pustaka
Halaman : 237 -- 238
Kategori: 

Tinggalkan Komentar