Asal Percaya Saja

Ketika saya (TS) berkonsultasi dengan seorang dokter di kota Bandung, dokter tersebut mengatakan bahwa saya harus dioperasi dan akan memakai kantung seumur hidup. Berdasarkan hasil konsultasi itu, saya mengambil keputusan dan mengatakan kepada istri, "daripada memakai kantung seumur hidup, lebih baik saya tidak dioperasi." Bulan Desember 1998, kakak saya menyarankan untuk berobat ke Jerman, kepada seorang ahli 'onkologi' (ilmu tentang tumor, Red) di kota Bottrop.

Dari hasil 'biopsy' (tes lab, Red), dokter menyatakan bahwa saya menderita kanker usus besar stadium dua, yang berjarak hanya tiga sentimeter dari lubang anus. Dokter tersebut memberikan solusi yang sama. Saya katakan bahwa saya tidak mau dioperasi, dan tidak mau memakai kantung seumur hidup.

Suatu hari dalam kecemasan, saya menghadiri sebuah persekutuan di kota Achen, Jerman. Di sana saya didoakan. Ketika didoakan, saya tidak merasakan apa pun dan tidak melihat adanya mukjizat atau tanda-tanda bahwa Tuhan akan menyembuhkan saya. Tetapi istri, ibu, kakak, dan adik saya, banyak memberikan dorongan dan kekuatan agar saya tetap memunyai semangat hidup, dan selalu meyakinkan saya bahwa Tuhan Yesus akan menyembuhkan kanker tersebut. Perlu diketahui bahwa pada umumnya, kanker di usus besar stadium dua itu sudah menyebar ke organ tubuh yang lain. Menurut perkiraan para ahli medis, umur saya hanya tinggal dua minggu. Sebelum saya dioperasi, saya harus menjalani 'kemoterapi' (pencegahan dan penyembuhan terhadap suatu penyakit dengan memasukkan bahan kimia ke dalam tubuh, Red) dan penyinaran selama enam minggu terlebih dahulu di sebuah rumah sakit lain di kota Dusseldorf. Setiap kali saya ke rumah sakit untuk terapi, saya harus pergi dengan mengendarai bus kota.

Suatu hari, saya bertemu dengan seorang Amerika yang pincang dengan memakai dua buah tongkat di tangannya sebagai alat penyangga dan alat bantu untuk berjalan. Orang itu menyapa istri saya dengan ramah, "Mau pergi ke mana?" Dengan tersenyum istri saya menjawab, "Mau pergi ke rumah sakit!" "Siapa yang sakit?" tanyanya kembali. Sambil menunjuk ke arah saya, istri saya mengatakan, "Suami saya menderita kanker usus besar." Kemudian, orang Amerika itu mengatakan, tidak ada dokter dan obat yang dapat menyembuhkan penyakit kanker; Yang dapat menyembuhkan hanyalah satu Pribadi, yaitu Tuhan Yesus. Ia mengatakan, "Percayalah kepada-Nya maka kamu akan sembuh." Saya mengangguk dan berkata, "ya, saya percaya." Tidak lama kemudian, bus yang kami tunggu tiba. Ketika kami mau naik bus, orang itu mengatakan "good-bye" sambil melambaikan tangannya, dan tidak ikut dengan bus yang menuju ke rumah sakit.

Dari dalam bus saya dapat melihat orang itu kembali melambaikan tangannya dan istri saya berkata, "Lihat, orang pincang itu masih tetap tegar dan gigih untuk terus berjuang dalam mempertahankan hidupnya, dan kamu harus percaya dengan iman bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan!" Anehnya, hari-hari berikutnya kami tidak menemukan orang Amerika itu lagi, walaupun dia pernah berkata bahwa dia tinggal di sekitar daerah tersebut. Pada hari menjelang operasi, saya merasakan sesuatu yang sangat menegangkan dan menakutkan dapat terjadi dalam hidup saya. Usus yang terkena kanker, hanya berjarak 3 sentimeter di atas lubang anus dan ini merupakan operasi yang sulit. Saya mencoba menyerahkan seluruh keberadaan saya kepada Tuhan, seperti apa yang dikatakan istri saya tentang orang Amerika itu. Teman-teman, kakak, dan adik saya -- mereka semua mendukung dan mendoakan saya dan berkata bahwa kesembuhan hanya ada dalam nama Tuhan Yesus. Saya mengaminkan itu. Ketika masuk ke ruangan operasi, saya merasakan ada suatu kekuatan yang dahsyat, sehingga saya tidak lagi merasa takut karena saya tahu melalui tangan-tangan dokter, Tuhan akan bekerja untuk menyelamatkan saya.

Dokter pernah berkata kepada saya, jika setelah operasi saya didapati memakai kantung di sebelah kiri, itu tandanya saya akan memakai kantung untuk seumur hidup. Tetapi jika setelah operasi saya memakai kantung di sebelah kanan, itu tandanya hanya untuk sementara. Operasi berjalan dengan lancar. Saya bersyukur kepada Tuhan karena saya memakai kantung di sebelah kanan. Itu berarti bahwa hanya untuk sementara saja saya mengenakan kantung. Satu hal lain yang luar biasa. Menurut dokter, kanker usus sepanjang 10 sentimeter itu dilapisi dengan lemak yang sangat tebal sehingga tidak terjadi penyebaran sampai ke organ tubuh yang lain. Juga, selama dikemoterapi dan penyinaran, rambut saya tidak rontok dan kulit saya tidak gosong. Tuhan telah menanggung semua sakit penyakit saya di atas kayu salib, dan sekarang saya telah sembuh. Satu pengalaman yang tak pernah terlupakan, dan saya dapat merasakan kekuatan tangan Tuhan yang menopang sehingga saya tidak dapat lagi membendung air mata yang terus mengalir, walaupun saya sebelumnya bukan seorang yang mudah menangis. Saat itu saya menangis dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Di atas semuanya ini saya hanya dapat berkata bahwa Tuhan Maha Besar.

Diambil dari:

Judul majalah : SUARA, Edisi 69, Tahun 2003
Penulis : KM
Penerbit : Communication Department Full Gospel Business Men's Fellowship International - Indonesia
Halaman : 25 -- 26

Tinggalkan Komentar