Search:

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 436/JUNI/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Pelayan yang Rendah Hati
  - ARTIKEL 1: Rendah Hati Seperti Kristus
  - ARTIKEL 2: Saya Ingin Menjadi Guru yang Rendah Hati
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Si Rendah Hati dan Si Sombong
  - KESAKSIAN GSM: Guru yang Mau Belajar
  - WARNET PENA: Baru! Situs Doa: Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                      PELAYAN YANG RENDAH HATI

  Kristus sudah lebih dulu memberikan teladan untuk mengosongkan
  diri-Nya dan mengambil rupa hamba demi menebus dosa dan memberikan
  jalan keselamatan bagi kita, anak-anak yang dikasihi-Nya. Ya, Dia
  telah terlebih dahulu memberikan teladan mengenai kerendahan hati.
  Melalui teladan tersebut, sejatinya tidak sulit bagi para "pengikut
  Kristus" untuk mengaplikasikannya dalam hidup dan pelayanan. Apakah
  kita telah menjadi hamba Tuhan yang rendah hati seperti Kristus?

  Guru sekolah minggu yang rendah hati pastilah mendapatkan tempat
  tersendiri di hati anak-anak layannya. Lalu, apa yang dimaksud
  dengan karakter kerendahan hati tersebut? Apa kata firman Tuhan
  mengenai karakter kerendahan hati Yesus yang harus dimiliki pula
  oleh setiap pelayan anak? Kami mengajak Pelayan Anak sekalian
  menyimak sajian-sajian edisi kali ini. Biarlah semakin mendorong dan
  membuat kita bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Tuhan Yesus
  memberkati.

  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

        "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
             karena Aku lemah lembut dan rendah hati
         dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Matius 11:29)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+11:29 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL 1

                    RENDAH HATI SEPERTI KRISTUS
           2 Tawarikh 7:14-16; Kolose 3:12; Filipi 2:3-8

  Rendahkan Diri di Hadapan Tuhan

  Salah satu ajaran dalam Kitab Injil adalah perlunya kita merendahkan
  diri di hadapan Tuhan. Dalam 2 Tawarikh, Allah memanggil kita untuk
  melakukan hal ini, "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut,
  merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari
  jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan
  mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Pada
  akhirnya, kerendahan hati adalah pilihan yang kita ambil, saat kita
  memilih untuk mengenal dan mengakui Allah, tentang siapa Dia dan
  untuk siapa Dia menjadikan kita. Kerendahan hati menunjukkan kepada
  kita bahwa dunia tidak berpusat kepada diri kita, dan bahwa
  pandangan kita tidak selalu benar atau penting.

  Allah mengajak kita untuk merendahkan hati jika kita sungguh-sungguh
  ingin menerima Dia. Pertobatan dan kerendahan hati saling terkait,
  karena saat mengakui dosa kita, saat kita mencari-Nya dan mengalami
  kekudusan-Nya lebih sungguh dalam hidup kita, kita diingatkan akan
  siapa Dia dan siapa kita. Kerendahan hati mengingatkan kita akan
  kebutuhan kita untuk diampuni, bahwa kita tidak bisa mencari atau
  mengusahakan keselamatan sendiri, dan untuk itu kita harus
  menyembah-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Apakah masih ada keraguan
  bahwa ayat ini juga relevan untuk kita sekarang? Di mana dan
  bagaimana Anda hidup?

  Menjadi Rendah Hati seperti Kristus

  Kerendahan hati merupakan karakter kunci kekristenan. Bahkan, dalam
  sastra Yunani klasik, tidak ada istilah untuk kerendahan hati yang
  memuat unsur penghinaan, hal yang memalukan, atau kelemahan.
  Kerendahan hati dalam Kristen bukan tentang penghinaan atau
  kelemahan, namun tentang ketidakegoisan dan kerelaan hati menjadi
  hamba. Sebagai orang-orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi
  orang yang rendah hati, karena kita bukan Tuhan dan oleh karena
  salib setiap kita sama-sama dikasihi dan dihargai, dan karena itu
  tidak ada alasan untuk kita menjadi tinggi hati atau sombong. Dalam
  Yohanes 13, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus memberi kita
  teladan yang berkuasa dan yang menggerakkan hati tentang bagaimana
  menjadi rendah hati. Yesus mengikatkan handuk di pinggang-Nya dan
  membasuh kaki mereka, kemudian melakukan hal yang kasar dan rendahan
  yang biasanya hanya dilakukan oleh seorang hamba. Yesus berkata
  kepada mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah
  Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu. Sebab
  Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga
  berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Para murid
  heran dengan kerendahan hati yang ditunjukkan-Nya. Bagaimana dengan
  Anda? Apakah Anda akan membiarkan kegelisahan atau keterkejutan Anda
  pada kerendahan hati-Nya mendorong Anda melakukan apa yang Dia
  kehendaki dalam hidup Anda?

  Paulus memberikan teladan kerendahan hati Yesus dalam Filipi 2:2-8,
  "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
  sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
  menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan
  janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
  sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam
  hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
  dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
  menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
  dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
  mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
  dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
  taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Kerendahan hati
  adalah lawan keegoisan. Kita harus peduli dengan keberadaan dan
  kebutuhan orang lain. Kita harus mengasihi sesama kita seperti kita
  mengasihi diri kita sendiri. Seperti Yesus yang memilih kerendahan
  hati, seharusnya demikian juga kita, karena kerendahan hati menuntun
  kita kepada hidup baru di dalam Dia.

  Yesus memberikan teladan kerendahan hati dalam Matius 11:29,
  "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
  lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab
  kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Yesus datang
  untuk melayani dan mati demi manusia. Jika kita ingin rendah hati
  seperti Yesus, kita harus memerhatikan hidup kita dan menjawab
  pertanyaan-pertanyaan ini: apakah kita hanya hidup untuk Tuhan
  semata? Apakah kita hidup dan mati untuk orang lain? Apakah kita
  mengikuti kehendak Allah atau menuruti keinginan kita sendiri?

  Mengusahakan Gaya Hidup Rendah Hati

  Kerendahan hati harus menjadi gaya hidup kita sementara kita belajar
  untuk hidup, mengasihi, dan menjadi serupa dengan Yesus Kristus,
  sebagai murid-murid-Nya yang setia. Petrus mengingatkan kita dalam
  1 Petrus 5:5-7, "Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang
  terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak,
  tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah
  dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya
  pada waktunya ...." Kita harus merendahkan diri, karena kita percaya
  Allah akan meninggikan kita saat kita rendah hati. Paulus mengulangi
  hal ini dalam Efesus 4:2-3, "Hendaklah kamu selalu rendah hati,
  lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
  membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai
  sejahtera." Kerendahan hati dan kesabaran selanjutnya akan berjalan
  bersama asalkan kita memilih kerendahan dan beroleh kasih karunia
  untuk menjadi sabar dan murah hati dalam kasih. Belajarlah
  mendengar; bersedialah mengakui kekurangan; belajarlah bahwa hidup
  ini bukan tentang Anda, pedulilah kepada orang lain. (t/Setya)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Peace Presbyterian Church
  Judul asli artikel: Being Humble Like Christ
  Penulis: Rev. Brian Spangler
  Alamat URL: http://www.peacechurch.net/pdfs/sermons/2007/BeingHumbleLikeChrist.pdf

______________________________________________________________________
ARTIKEL 2

             SAYA INGIN MENJADI GURU YANG RENDAH HATI

  Saya tumbuh dalam sebuah keluarga yang gemar dengan julukan. Kakek
  saya dipanggil "Coon" (rakun). Seseorang memanggil ayah saya "Wolf"
  (serigala). Lalu paman saya, "Duck" (bebek), memanggil anak
  laki-lakinya "Bear" (beruang). Mulai terdengar seperti kebun
  binatang, bukan? Memang demikian biasanya saat semua berkumpul.

  Guru kita juga memberi apa yang kita sebut dengan istilah julukan
  kepada beberapa murid-Nya. Yang menarik perhatian saya adalah nama
  julukan untuk Yakobus dan Yohanes. Yesus menyebut mereka "Boanerges"
  yang artinya "anak-anak guruh" (Markus 3:17). Diperkirakan nama itu
  diberikan karena sifat mereka yang berapi-api dan menuruti kata
  hati. Yakobus dan Yohaneslah yang siap untuk memberi perintah supaya
  api turun dari langit dan menghancurkan orang-orang yang tidak mau
  menerima Yesus. Namun, Yesus menegur mereka (Lukas 9:51-56).

  Roh yang seperti itu juga sering kali mengarakterisasi sebagian dari
  kita yang menyebut diri pemenang jiwa bagi Kristus. Berapa banyak
  dari kita yang akan Yesus sebut sebagai "Anak-Anak Guruh"? Berapa
  kali usaha-usaha kita menyaksikan Kristus kurang menunjukkan sikap
  rendah hati kepada orang lain yang ingat betul akan ruang dosa yang
  dulu mereka singgahi? Saya ingat pada seorang pria yang mendengarkan
  khotbah seorang pendeta selama berminggu-minggu namun tidak pernah
  menaati Injil. Kemudian jemaat mengganti pendetanya dan tidak lama
  kemudian pria itu menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Seseorang
  bertanya, apa yang akhirnya membuat dia berubah. Dia menjawab,
  "Pendeta yang dahulu mengatakan bahwa saya akan masuk neraka dan dia
  tampaknya senang dengan hal itu. Ketika pendeta yang baru datang,
  dia mengatakan kepada saya bahwa saya juga akan masuk neraka, tetapi
  saya tahu bahwa hatinya sedih."

  Kita pasti tumbuh di dalam Kristus bila hati kita sedih dan menangis
  melihat tetangga kita berada dalam dosa. Suara ilahi dapat didengar
  dalam suara Guru ketika Ia meratapi Yerusalem dan berkata,
  "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari
  dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu
  mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan
  anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau" (Matius
  23:37). Usaha-usaha Rasul Paulus untuk menyelamatkan jiwa-jiwa
  dipenuhi dengan air mata. Untuk para tua-tua di Efesus, Paulus
  berkata, "... ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam,
  dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan
  mencucurkan air mata" (Kisah Para Rasul 20:31). Ketika Paulus
  menulis surat untuk gereja di Korintus, dia berkata, "Aku menulis
  kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan
  mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi
  supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua" (2
  Korintus 2:4). Bayangkan tinta yang luntur karena air mata Paulus
  yang jatuh ke perkamen di mana ia menulis! Ada yang berkata, "Orang
  lain tidak akan peduli akan seberapa banyak yang Anda tahu sampai
  mereka tahu betapa Anda sangat peduli kepada mereka." Amin! Kiranya
  Tuhan menolong kita untuk peduli.

  Kita tumbuh di dalam Kristus ketika dalam segenap usaha kita untuk
  menyelamatkan jiwa, kita ingat bahwa "... dahulu kita juga hidup
  dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai
  nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji,
  saling membenci" (Titus 3:3). Tak diragukan, orang-orang Kristen di
  Korintus rendah hati ketika mereka memikirkan orang-orang yang masih
  dalam dosa dan Paulus menyebutkan bahwa "beberapa dari mereka dahulu
  juga berdosa" (1 Korintus 6:11). Dan Paulus sendiri tidak pernah
  lupa bahwa ketika dia melihat hal ini, dia dulunya adalah pemimpin
  orang-orang berdosa (1 Timotius 1:15). Jika seseorang berkata kepada
  Paulus, "Saya sudah melakukan sesuatu yang sangat buruk dalam hidup
  saya. Yesus tidak akan pernah mengampuni saya", ia dapat berkata,
  "Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini,
  sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh
  kesabaran-Nya ..." (1 Timotius 1:16). Kita bertumbuh di dalam
  Kristus ketika indra kita cukup peka untuk menyadari bahwa kita
  harus melayani orang lain dengan berbagai cara. Ada berbagai macam
  kondisi hati. Beberapa orang sangat tidak punya perasaan dan keras
  hati, sehingga teguran yang sangat keras mungkin diperlukan. Yang
  lainnya mungkin berdosa, tetapi hati mereka masih bisa menerima
  teguran yang lembut. Yesus jelas melakukan pembedaan. Teguran
  sedahsyat ledakan dinamit dilontarkan Yesus saat untuk terakhir
  kalinya ia mencoba menghancurkan kerasnya hati orang-orang Farisi
  yang ada dalam dosa. Kepada orang-orang itu, yang hampir masuk dalam
  bahaya neraka, Yesus berkata, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
  dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu
  mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu
  orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
  menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada
  kamu sendiri" (Matius 23:15). Sebaliknya, perhatikan pendekatan-Nya
  yang lembut kepada wanita yang berada di sumur (Yohanes 4). Dengan
  sangat lembut, Dia berkata kepadanya ketika tak ada seorang pun yang
  memerhatikannya. Karena tahu bahwa wanita itu hidup dalam
  perzinahan, Yesus dengan lembut menyatakan kebenaran dan dengan
  tegas meyakinkan dia bahwa Dia tahu dosa-dosanya (Yohanes 4:16-18).
  Wanita itu menjadi percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat dunia.
  Hatinya harus dijangkau, tetapi tidak perlu dijangkau dengan cara
  yang sama seperti apa yang dilakukan Yesus terhadap orang Farisi.
  Yesus melakukan pembedaan. Kita pun juga harus demikian. Kiranya
  Tuhan menganugerahkan hikmat kepada kita.

  Kita telah tumbuh di dalam Kristus ketika kita memandang mereka yang
  berada di dalam dosa sebagai korban dari musuh, bukan musuh. Setan
  telah menipu mereka, sama seperti kita dulu juga tertipu. Kita harus
  bersabar ketika kita berjuang untuk menghancurkan benteng Setan yang
  ada di hati mereka. Kita tidak boleh frustrasi dalam usaha-usaha
  kita dan kita harus percaya bahwa firman Tuhan memiliki kekuatan
  untuk menembus hati mereka bahkan di saat kita tertidur (Markus
  4:26-29). Tidak ada petani yang duduk semalaman mengomeli benih yang
  telah dia tanam hari itu. Omelannya tidak akan menghasilkan apa-apa.
  Dia telah menanamnya dan menyiraminya. Pertumbuhannya ada di tangan
  Tuhan (1 Korintus 3:6-7). Yang dikatakan Paulus sangat tepat untuk
  situasi ini, "Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar,
  tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar,
  sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka
  melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka
  untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal
  kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena
  terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada
  kehendaknya." (2 Timotius 2:24-26)

  Ya, saat saya sudah dewasa nanti, saya ingin menjadi guru yang
  rendah hati. Kiranya Pribadi yang dapat melakukan segalanya yang
  melebihi apa yang kita minta atau pikirkan, memberi kita kedewasaan
  di dalam Kristus dan memakai kita dengan lebih efektif lagi untuk
  memenangkan orang lain bagi Kristus. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Churches Dot Net
  Judul asli artikel: I Want To Be A Humble Teacher
  Penulis: Jeff May
  Alamat URL: http://biblestudy.churches.net/base/TEACH.TXT

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

        Allah meninggikan orang-orang yang rendah hatinya.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                     SI RENDAH HATI DAN SI SOMBONG
                              Oleh: Craig

  Dengan menggunakan perumpamaan tentang si pemungut cukai dan orang
  Farisi, kegiatan ini akan menolong kita membedakan mana orang yang
  rendah hati dan tinggi hati atau sombong.

  Bahan:
  Kertas kosong, pensil, dan spidol atau krayon.

  Durasi:
  Kira-kira 20 menit.

  Topik:
  Kesombongan, Pujian, Kerendahan Hati

  Target umur:
  Anak-anak kelas 1 -- 6.

  Persiapan:
  Tidak ada.

  Yang akan Anda kerjakan selama pelajaran: Ajaklah anak-anak untuk
  menyimak Alkitab mereka ketika Anda membaca perumpamaan tentang si
  pemungut cukai dan orang Farisi dalam Lukas 18:10-14. Mintalah
  anak-anak untuk mengulang cerita itu kembali ketika mereka membuat
  satu gambar untuk menunjukkan perbedaan dua orang itu. Berikan waktu
  10 menit untuk menyelesaikan gambar mereka. Lalu, mintalah
  masing-masing anak memberikan gambarnya kepada teman yang berada di
  sebelah kanannya. Selanjutnya mintalah mereka masing-masing
  menceritakan kepada murid-murid lain tentang apa yang mereka suka
  (hal baik) dari gambar yang mereka pegang.

  Perumpamaan tentang Si Pemungut Cukai dan Orang Farisi

  "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah
  Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan
  berdoa dalam hatinya begini: `Ya Allah, aku mengucap syukur
  kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan
  perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
  pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
  sepersepuluh dari segala penghasilanku.` Tetapi pemungut cukai itu
  berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
  melainkan ia memukul diri dan berkata: `Ya Allah, kasihanilah aku
  orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke
  rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
  tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
  barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.`"
  (Lukas 18:10-14)

  Pertanyaan tambahan:
  1. Apakah kamu mendapati satu anak yang lebih mudah menggambar
     daripada anak yang lain, jika demikian anak yang mana dan
     mengapa?
  2. Bagaimana perasaanmu ketika teman sekelasmu menceritakan apa yang
     mereka suka dari gambaranmu?
  3. Apakah ada gambar yang kamu rasa tidak sebagus gambaranmu?
     Bagaimana perasaanmu karenanya?
  4. Jika kamu harus memilih menjadi salah seorang yang ada di
     dalam gambar itu, yang mana yang akan kamu pilih? Mengapa kamu
     memilih orang itu?
  5. Dari manakah kemampuan kita untuk bisa menggambar dengan baik
     berasal?

  Saat kita menyombongkan apa yang kita punya, atau merendahkan
  seseorang yang kurang beruntung, kita mengatakan kepada Tuhan bahwa
  Dia tidak penting dan kita pikir kita bisa melakukan segala sesuatu
  dengan kekuatan kita. Ini benar-benar salah besar. Segala hal yang
  baik berasal dari Allah, kita sendiri tidak memiliki apa-apa. Oleh
  karena itu, kita harus hidup dengan rendah hati di hadapan Allah dan
  mengakui bahwa tanpa Dia, kita pasti tidak bisa berbuat apa-apa.
  Agar tidak menjadi sombong, kita harus mengakui dan bersyukur
  kepada-Nya untuk semua yang telah Ia berikan kepada kita. Saat kita
  melakukannya, Allah akan meninggikan kita dan ingatlah bahwa Allah
  mengetahui apa yang berada di dalam hati kita. (t/Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Kids Sunday School Place
  Judul asli artikel: The Humble and the Proud
  Penulis: Craig
  Alamat URL: http://www.kidssundayschool.com/Gradeschool/Activities/1activity24.php

______________________________________________________________________
KESAKSIAN GSM

                      GURU YANG MAU BELAJAR

  Ketika masih kanak-kanak, saya adalah anak yang lincah. Ketika saya
  mulai sekolah, saya sangat menyukai guru kelas satu saya sehingga
  saya memutuskan untuk menjadi guru sekolah dasar. Untuk bisa
  mewujudkan tujuan ini, saya mengikuti kursus pendidikan yang telah
  dibuka di Kiev selama tahun terakhir saya di SMA.

  Di kursus itu, untuk pertama kalinya, saya melihat kekejaman
  beberapa guru terhadap anak-anak. "Bagaimana mungkin?" pikir saya.
  "Anak-anak dan orang dewasa seharusnya saling mengasihi dan
  menghormati, bukan? Nanti, ketika saya menjadi seorang guru, saya
  akan melakukan segala sesuatu yang benar-benar berbeda."

  Masa 4 tahun di Teachers Training College berakhir, dan untuk
  pertama kalinya dalam hidup saya, saya mengajar kelas 1 SD. Tahun
  akademik pertama saya benar-benar menyenangkan. Pada pagi hari, saya
  bersemangat ke sekolah; sore hari saya pulang dengan kelelahan. Pada
  tahun kedua, sesuatu yang mengerikan terjadi. Saya menjadi dingin,
  mudah marah seperti kebanyakan orang di sekitar saya.

  Saya ingin mengubah sistem, membawa pencerahan dan kasih di sekolah,
  tetapi sistem telah mengubah saya. Saya menjadi sangat kecewa
  terhadap hidup. Saya tidak percaya bahwa harapan-harapan saya akan
  bisa terwujud. Saya semakin merasa kosong dan tidak tahu ke mana
  harus melangkah.

  Suatu hari, seorang gadis mendatangi saya di jalan dan bertanya
  apakah saya percaya kepada Tuhan dan membaca Alkitab. Ketika di
  sekolah, saya benar-benar diyakinkan bahwa Tuhan tidak ada, jadi
  saya tidak pernah mencoba untuk berhubungan dengan-Nya. Namun,
  kesulitan hidup membuat saya merendahkan hati dan mengakui bahwa
  pada kenyataannya saya tidak tahu apa-apa. Pada waktu itu, saya
  memutuskan untuk mencari tahu apakah Tuhan itu ada.

  Saya mulai membaca Perjanjian Baru. Kepribadian Yesus Kristus sangat
  mengagumkan. Seluruh dunia mengakui Kristus sebagai standar moral,
  jadi saya tidak bisa menyimpulkan bahwa Dia berbohong, sedangkan Dia
  sendiri mengajar orang lain untuk mengatakan kebenaran. Dengan
  sdemikian, saya tahu bahwa Tuhan itu ada dan bahwa masalah-masalah
  kita adalah karena kita tidak mematuhi hukum-hukum-Nya. Saya juga
  mengerti bahwa Yesus Kristus diutus Tuhan untuk mati di kayu salib
  bagi dosa-dosa kita dan untuk mendamaikan kita dengan Allah.
  Akhirnya saya menyadari bahwa siapa pun yang percaya hal ini akan
  menerima pengampunan dari Tuhan dan kehidupan yang kekal.

  Saya percaya kepada Tuhan dan mulai berdoa, minta pengampunan atas
  dosa-dosa saya. Saya juga minta Kristus untuk masuk hati saya dan
  mengubah hidup saya.

  "Tuhan Yesus, saya ingin mengenal Engkau secara pribadi. Terima
  kasih telah mati di kayu salib untuk menebus dosa saya. Saya membuka
  pintu hidup saya bagi Engkau dan minta Engkau masuk sebagai Juru
  Selamat dan Tuhan saya. Kendalikan hidup saya. Terima kasih telah
  mengampuni dosa saya dan memberi saya hidup yang kekal. Jadikan saya
  wanita yang Engkau inginkan."

  Tuhan menyatakan Diri-Nya sendiri kepada saya, dan saya merasakan
  kasih-Nya yang besar dalam hati saya. Inilah awal dari perjalanan
  saya bersama Tuhan.

  Tuhan sangat baik kepada saya. Dia memberikan iman dan kasih kepada
  saya; Dia mengembalikan harapan saya dan memberi saya keinginan yang
  besar untuk melayani orang lain. Sifat saya berubah. Saya menjadi
  lebih sabar dan rendah hati. Sekarang, saya punya banyak teman dekat
  dan ini sangat penting bagi saya. Meskipun hidup saya punya banyak
  masalah, saya percaya pada apa yang Alkitab tulis: "Barangsiapa yang
  percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." (Roma 10:11)

  Apakah Anda kecewa dengan hidup Anda? Apakah Anda mencari makna
  hidup hanya untuk menemui kegagalan?

  Apakah doa ini menunjukkan keinginan hati Anda? Anda bisa
  mendoakannya sekarang, dan Yesus Kristus akan masuk ke dalam hidup
  Anda seperti yang Dia telah janjikan.

  Bila Anda mengundang Kristus masuk dalam hidup Anda,
  sering-seringlah bersyukur karena Dia ada dalam hidup Anda, bahwa
  Dia tidak akan meninggalkan Anda dan bahwa Anda punya kehidupan yang
  abadi. Ketika Anda belajar lebih dalam lagi tentang hubungan Anda
  dengan Tuhan, dan betapa Dia mengasihi Anda, Anda akan mengalami
  pengalaman hidup yang paling penuh. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: The Life
  Judul asli artikel: The Teachable Teacher
  Penulis: Elena Chukreyeva
  Alamat url: http://thelife.com/discover/faith/teacher/

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

                          BARU! SITUS DOA:
                  KOMUNITAS PENDOA SYAFAAT INDONESIA
                       < http://doa.sabda.org >

  Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota,
  dan bangsa Anda?

  Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa?

  Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi?

  Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA
  <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab
  kerinduan dan keinginan Anda.

  Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan,
  Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas
  wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa.

  Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang
  bisa Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi
  maupun kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa
  juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar
  Anda mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain.

  Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs
  ini menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam
  "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi
  Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat
  tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi
  bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri,
  silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >.

  Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu
  untuk memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang
  lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  orang lain. Tuhan memberkati.

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/

 

Disclaimer | © e-BinaAnak 2011 | Buku Tamu | Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati | Laporan Masalah/Saran