|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 422/MARET/2009
- SALAM DARI REDAKSI: Stop Mengajar Asal-Asalan!
- ARTIKEL: Dasar-Dasar Alkitabiah Filosofi Pengajaran
- MUTIARA GURU
- TIPS: Pendidikan Kristen: Tujuh Hal Penting untuk Pelayanan
Mengajar yang Efektif
- BAHAN MENGAJAR: Cahaya dari yang Remuk
- WARNET PENA: Bergabung dalam Forum Diskusi "paskah.sabda.org"
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI
STOP MENGAJAR ASAL-ASALAN!
Stop mengajar asal-asalan! Judul di atas tiba-tiba meletup di dalam
pikiran saya ketika menyiapkan sajian publikasi e-BinaAnak bulan
Maret ini. Ketika kita bersedia memenuhi panggilan Tuhan untuk
mengajar, kita membawa visi dari Allah untuk membawa perubahan
tingkah laku dari anak layan, dan visi itu harus kita emban dengan
penuh tanggung jawab.
Dalam edisi publikasi e-BinaAnak bulan ini, redaksi akan membagikan
kepada para Pelayan Anak sekalian tentang pentingnya pelayanan dalam
bidang mengajar. Topik-topik yang akan kami hadirkan adalah sebagai
berikut:
1. Arti Penting Mengajar,
2. Prinsip-Prinsip Mengajar, dan
3. Disiplin Mengajar.
Selain tiga topik di atas, jangan lewatkan sajian khusus yang hadir
pada bulan ini, yaitu edisi ulang tahun publikasi e-BinaAnak ke-9.
Wah, kesempatan yang diberikan untuk menjadi alat-Nya dalam
memperlengkapi para Pelayan Anak sekalian ini merupakan sukacita
tersendiri bagi kami. Sehubungan dengan sajian khusus tersebut,
redaksi membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada Rekan-Rekan
sekalian untuk mengirimkan (1) kesaksian seputar pelayanan anak yang
Anda lakukan selama ini; (2) kesaksian berupa pengalaman melayani
dengan menggunakan bahan-bahan dari e-BinaAnak maupun situs PEPAK;
atau (3) kata-kata penguatan/evaluasi melalui kritik maupun saran
bagi Redaksi e-BinaAnak. Silakan kirimkan e-mail Anda ke
<binaanak(at)sabda.org>. Kami akan memuat kesaksian atau pun
kritik/saran Anda dalam edisi khusus ulang tahun e-BinaAnak. Kiriman
Anda pasti akan sangat memberkati dan menguatkan kita semua dalam
melakukan pekerjaan Tuhan ini. Kami tunggu, ya!
Terima kasih. Selamat mengajar!
Staf Redaksi e-BinaAnak,
Kristina Dwi Lestari
http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
http://pepak.sabda.org/
"Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya,
dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan". (Amsal 6:23)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+6:23 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL
DASAR-DASAR ALKITABIAH FILOSOFI PENGAJARAN
Filosofi pengajaran Kristen bermula di Alkitab dan membentuk bagian
dari konsep pendidikan Kristen yang lebih besar. Firman Tuhan
memberikan lebih dari sekadar isi pengajaran kristen; firman Tuhan
juga memberikan kerangka filosofi yang penting.
Pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti, "Mengapa kita harus
mengajar?" "Hasil seperti apa yang kita harapkan?" "Siapa yang
menengahi pengajaran Kristen?" "Bagaimana seharusnya kita mengajar?"
dan "Siapa yang seharusnya kita ajar?" memiliki jawaban-jawaban yang
provokatif di Alkitab. Suatu mandat dan tujuan yang jelas dan tegas
itu terkait dengan pandangan-pandangan Alkitab yang luar biasa
tentang guru, murid, dan Tuhan untuk membentuk sebuah struktur yang
stabil. Setiap guru Kristen membangun filosofi pengajaran pribadi
dengan memahami kerangka alkitabiah secara benar atau tidak. Oleh
sebab itu, tantangan sepanjang hidup untuk membangun sebuah filosofi
Kristen dengan benar dimulai dengan memeriksa setiap komponen yang
disediakan oleh Alkitab.
MANDAT PENGAJARAN KRISTEN
Pengajaran Kristen bermula dari masa-masa awal manusia berada di
Bumi. Allah mulai mengajar ketika Ia memberikan larangan terhadap
perilaku manusia di Taman Eden. Setelah manusia jatuh dalam dosa,
kebutuhan untuk mengajar meningkat. Orang tua yang taat menurunkan
informasi rohani yang penting dari satu generasi ke generasi
berikutnya hingga Tuhan memformalkan tanggung jawab orang tua dengan
memerintahkan mereka untuk mengajar anak-anak mereka (Ulangan 6).
Karena hukum itu berlaku dalam sistem teokrasi, maka pelatihan
rohani sangat tergantung pada keluarga, namun mendapatkan penguatan
dari seluruh sistem sosial, ekonomi, politik, dan agama. Meskipun
para nabi kadang-kadang dikirim ke daerah lain (misalnya Yunus),
fokus pengajaran selama Perjanjian Lama tetaplah orang-orang yang
tinggal di tanah Israel. Yesus Kristus-lah yang kemudian pertama
kali menyuarakan gagasan untuk mengajar semua orang di segala
tempat.
Amanat Agung di Matius 28 merupakan salah satu ayat Perjanjian Baru
yang terpopuler dan sekaligus paling diremehkan. Dalam sejarah
dunia, tak seorang pun yang pernah dengan sungguh-sungguh berusaha
melakukan atau melaksanakan pengajaran secara universal. Namun,
Yesus berharap para pengikut-Nya untuk memuridkan SEMUA BANGSA. Bila
dianggap serius, ayat ini pasti membanjiri para guru Kristen dengan
kurangnya kurikulum yang keras, guru yang terlatih secara
profesional, atau biaya pendidikan yang besar. Yang cukup
mengherankan, sejarah mandat ini menentukan sejarah gereja. Di mana
pengajaran Kristen bertumbuh subur, di situlah gereja bertumbuh
subur.
Ciri terpenting dari Amanat Agung bagi para guru Kristen berkisar
pada para murid. Frasa "memuridkan" sebenarnya berarti membuat atau
mengembangkan murid. Mandat utama untuk pengajaran Kristen yang
Kristus berikan melibatkan lebih dari sekadar membagikan informasi.
Berdasarkan ayat itu, guru Kristen harus mengembangkan murid. Para
guru Kristen berjuang sampai murid-murid mereka menjadi murid Yesus
Kristus.
Hampir tidak ada orang yang serius mempertanyakan panggilan
komunitas Kristen untuk mengajarkan unsur-unsur pokoknya. Tetapi,
kita dengan sengitnya memperdebatkan bagaimana menyelesaikan
pengajaran itu. Kemampuan kekristenan untuk bertahan di bawah hampir
segala jenis filosofi berbicara lebih banyak tentang Allah-nya
daripada para pengajarnya. Tetapi tangan Tuhan yang turut campur
tidak melepaskan kita dari mandat ilahi itu. Tepatnya, bagaimana
sebaiknya kita mengembangkan para murid? Apakah kita melatih mereka
di biara? Apakah kita harus membesarkan mereka di daerah pertanian?
Apakah kita menyuruh mereka dalam kelompok besar atau memberlakukan
komunikasi interpersonal sebagai yang utama?
Guru Kristen harus merenung cukup lama untuk memikirkan betapa
kreatif Tuhan memberikan wahyu-Nya. Terlalu banyak metode mengajar
yang meniru gaya-gaya tradisional yang mungkin atau mungkin tidak
(bukan kreatif) mencerminkan perspektif Kristen. Karena Alkitab
merupakan dokumen yang sangat proporsional, beberapa guru Kristen
lebih cenderung menyampaikan penjelasan yang verbal dan proporsional
tentang kebenaran yang alkitabiah. Namun, pertimbangkanlah ragam
metode dan cara berbeda yang Tuhan pakai untuk menyampaikan
firman-Nya.
1. Tuhan berbicara secara langsung dan terdengar langsung dari
surga.
2. Tuhan menuliskannya di loh batu.
3. Tuhan menjadi daging.
4. Tuhan menyatakan diri-Nya dalam wujud supranatural.
5. Tuhan memberikan mimpi-mimpi dan visi yang nyata.
6. Tuhan melukis di dinding istana.
7. Tuhan membuat binatang bisa berbicara.
8. Tuhan menyuarakan kebenaran melalui nabi-nabi.
9. Tuhan membuat puisi.
10.Tuhan memberikan peringatan-peringatan janji-janji yang visual.
Daftar ini bisa diperpanjang. Jelaslah bahwa Tuhan berkomunikasi
dengan sangat kreatif kepada pendengar pertama-Nya. Haruskan para
murid modern mendapat lebih sedikit dari itu?
Ketika kreativitas Tuhan itu benar-benar tidak dapat ditiru secara
persis, maka guru bisa dan seharusnya meniru pendekatan-Nya.
Akhirnya, tentu saja, mandat pengajaran Kristen tidak hanya
melibatkan kreativitas guru. Murid pun harus merespons. Para
pengikut Kristus harus menaati perintah-Nya. Tidak seperti
bentuk-bentuk pendidikan lain yang menekankan pada isi, perintah
materi, perolehan keterampilan, dan yang lainnya, pengajaran Kristen
melibatkan perlunya perubahan dalam kebiasaan hidup. Kita
mengajarkan firman Tuhan bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu,
namun untuk mengubah hidup.
Mandat itu menantang kita untuk mengajar setiap orang di mana pun.
Ketika Tuhan memacu kreativitas kita dengan teladan-Nya, kita
mengukur keberhasilan kita melalui hidup-hidup yang kita ubahkan.
Tetapi, apa yang sebenarnya harus kita capai dalam hidup orang-orang
yang menjadi murid Kristus?
TUJUAN PENGAJARAN KRISTEN
Di satu sisi, mandat pengajaran Kristen menanggung suatu tujuan.
Mereka yang belajar tentang Tuhan harus memberikan respons positif
kepada-Nya. Hampir selalu, ketika tujuan pengajaran Kristen
diangkat, "kedewasaan" muncul. Asumsi kita terhadap kata kunci ini
cenderung terlalu umum, dan asumsi semacam itu menimbulkan
kebingungan.
Alkitab setidaknya menggunakan tiga kata yang berbeda sebagai tujuan
pengajaran dan alat ukur kedewasaan. Kedewasaan harus terlihat dalam
relasi, moralitas, dan teologi. 1 Timotius, Ibrani, dan Efesus
menyatakan tanda-tanda kedewasaan ini dengan jelas. Banyak pasal
lain yang setema dengan pasal-pasal itu. Namun, kejelasan
pengungkapan dari pasal-pasal ini membuat pasal-pasal ini menjadi
rangkuman yang ideal.
1 Timotius 1:5: "Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari
hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus
ikhlas." Untuk tujuan-tujuan kita, inti pokok dari ayat ini
benar-benar jelas dan hampir tidak mengherankan. Tujuan Paulus dalam
pengajarannya adalah untuk menghasilkan KASIH dalam hidup para
murid. Jika kasih itu belum ada, tujuan perintah itu belum tercapai.
Ayat yang sederhana ini mengikat sejumlah besar ayat dalam
Perjanjian Baru. Perhatikan bagaimana pasal-pasal berikut ini
menitikberatkan kasih.
1. Perintah yang utama (Matius 22-37-38).
2. Perintah kedua (ayat 39).
3. Tanda-tanda yang membedakan seorang murid (Yohanes 13:35).
4. Buah roh (Galatia 5:22-23).
5. Buah yang utama dalam karunia (1 Korintus 13:1).
6. Cara untuk menyatakan apakah seseorang itu mengasihi Allah
(1 Yohanes 4:20).
7. Pertanyaan yang dijawab Petrus hingga tiga kali
(Yohanes 21:15-18).
Dengan kata lain, hingga seorang murid menghasilkan kasih, tugas
pengajaran belumlah selesai. Tetapi apakah kasih itu?
Bahasa Inggris modern sangat mengabaikan definisi alkitabiah dengan
menggunakan kasih untuk menutupi begitu banyak pengalaman yang
berbeda. Tetapi karena posisi kasih yang sentral, kasih menerima
perlakuan yang luas dan tepat dalam Perjanjian Baru. Sayangnya,
pasal yang penting sering kali gagal menyentuh pemikiran kita. Saat
kita menyebut kasih, orang-orang akan berkata, "O, ya ..." dan
kemudian mengabaikan pengajarannya lagi.
Untuk menghindari jebakan itu, perhatikan apakah Anda bisa mengenali
sebuah pasal dari daftar pernyataan berikut yang mencerminkan
kebenaran pasal tersebut, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda
untuk menggambarkannya.
1. Roh Kudus tidak memberikan ketidaksabaran. Dapatkah saya
benar-benar mengasihi Tuhan dan menjadi tidak sabar?
2. Roh Kudus tidak memberikan ketidakbaikan hati. Dapatkah saya
benar-benar mengasihi Tuhan dan menjadi tidak baik hati?
3. Roh Kudus tidak memberikan kecemburuan terhadap kekuatan,
kecantikan, kepandaian, keberhasilan, uang, kekuasaan, hubungan,
atau seseroang yang dimiliki oleh orang lain. Dapatkah saya
benar-benar mengasihi Tuhan dan menjadi cemburu?
Meskipun kita dapat belajar tiga belas kata-kata yang seperti itu
lagi, yang menjelaskan kasih dengan sangat tepat dalam hal perilaku,
dengan tiga itu saja Anda mungkin sudah mengenali bahwa yang
dimaksud adalah 1 Korintus 13. Bayangkan apa yang akan terjadi bila
orang Kristen setiap hari hidup di luar tiga definisi pertama dan
hanya mengukur keberhasilan atau kegagalan mereka dalam setiap
hubungan berdasar pada ketidaksabaran, ketidakbaikan, dan
kecemburuan!
Sebagai guru, kita tidak akan pernah puas sampai kita melihat kasih
terus dibagikan dengan murah hati dalam hidup murid-murid kita. Jika
melihat tingkat perceraian di antara orang Kristen, konflik pribadi
yang tidak terhitung dalam gereja, dan seringnya pemisahan diri para
pemimpin Kristen, dalam bidang ini saja, kita memiliki banyak
pekerjaan yang harus dikerjakan. Tetapi kasih bukanlah satu-satunya
kriteria kedewasaan yang disebutkan dalam Perjanjian Baru.
Ibrani 5:14: "Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa,
yang karena mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan
yang baik dari pada yang jahat."
Penulis Ibrani menyebutkan dua hal yang menggambarkan murid yang
dewasa. Pertama, mereka dapat memakan "makanan keras" dan kedua,
mereka dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat karena
mereka telah berulang kali melatih kepekaan moral mereka. "Makanan
keras" dan "kepekaan yang terlatih" secara strategis terkait dalam
ayat ini. Lagipula, firman Tuhan harus secara radikal memengaruhi
pemikiran kita, sehingga kita benar-benar memikirkan pemikiran
Allah. Ketika kita "memikirkan pemikiran Allah", penilaian kita
terhadap berbagai hal menjadi lebih "ilahi". Ketika pemikiran kita
menjadi lebih "saleh", kita menangkap perbedaan antara yang baik dan
yang jahat, memampukan kita untuk membuat pilihan moral yang tepat.
Sama seperti prinsip kasih, pilihan-pilihan moral mengatur perilaku
kita kepada Tuhan maupun orang lain. Tetapi, dalam analisa akhir,
semua pilihan-pilihan moral berhubungan langsung kepada Tuhan karena
semua dosa pada dasarnya bertentangan dengan Tuhan (Mazmur 51).
Meskipun kedewasaan orang Kristen menunjukkan kemampuan untuk
membuat pilihan moral yang benar, namun hal itu tidak menjamin
kekebalan terhadap pilihan yang salah.
Lagi, kita tidak mencapai tujuan pengajaran Kristen hingga murid
Kristus dapat terus membuat pilihan moral yang baik; hingga mereka
menjadi cukup tertarik untuk menguji pilihan-pilihan hidup mereka
dengan standar alkitabiah. Orang-orang tidak boleh dinilai tidak
dewasa karena mereka tidak senang mendengarkan kuliah yang
membosankan selama berjam-jam tentang Alkitab (meskipun kuliah itu
entah bagaimana dianggap sebagai "makanan keras"). Di sisi lain,
murid yang dewasa perlu memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan
untuk mendiskusikan aspek-aspek yang rumit tentang Alkitab dan
penerapannya dalam kehidupan mereka. Dalam analisa akhir, kedewasaan
harus diukur dengan pilihan-pilihan moral yang baik, dan untuk
membuat pilihan moral yang baik diperlukan latihan. Bila krisis
moral yang saat ini sedang terjadi di antara para pemimpin gereja
mencerminkan kondisi umum di gereja secara keseluruhan, tentu saja
tugas ini nampak sangat besar!
Di samping pentingnya kedua hal ini, kasih dan moralitas masih
meninggalkan gambaran tujuan pengajaran Kristen yang belum lengkap.
Kasih dan moralitas membantu kita memikirkan perilaku kita terhadap
orang lain dan Tuhan. Tetapi teologi membantu kita memikirkan Tuhan
sendiri. Kedewasaan Kristen menuntut stabilitas teologis.
Efesus 4:11-14, "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun
nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita
semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak,
yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh
permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,"
Meskipun lebih panjang dari dua ayat lainnya, ayat ini berbicara
tentang para guru, kedewasaan, dan pengajaran (teologi). Kata-kata
Paulus tampaknya merujuk pada kepada tujuan dan hasil. Dengan kata
lain, saat kita dapat mencapai tujuan kedewasaan, kita juga menuai
stabilitas teologis. Keseluruhan ide ini sangat cocok dengan ayat di
Ibrani yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen yang dewasa dapat
memakan makanan yang keras. Apakah kita memiliki alasan untuk
percaya bahwa makanan yang keras dan teologi adalah konsep yang
berbeda? Para murid tidak lagi harus menjadi korban guru yang pandai
bicara, persuasif, dan egois. Sebaliknya, mereka seharusnya dapat
melihat maksud-maksud palsu dan pemikiran-pemikiran mereka yang
tidak benar tentang Tuhan. Tugas ini tampaknya mustahil mengingat
betapa banyak guru yang mempromosikan diri sendiri di televisi,
radio, dan komunitas kita di mana pun. Namun demikian, pengajaran
yang baik memerlukan tingkat kerumitan teologi yang memberi
kekebalan kepada para murid dari para guru seperti itu dan doktrin
mereka yang salah.
Rasul Paulus juga menyatakan bahwa "pelayanan" juga merupakan hasil
kedewasaan. Apakah terlalu biasa untuk mengatakan bahwa kita diajar
untuk melayani? Meskipun bukan prasyarat untuk pelayanan, kedewasaan
yang sejati tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kepada tubuh
Kristus.
Bila kedewasaan adalah tujuannya, bagaimana kita bisa mengukur
kemajuannya? Bagaimana keadaan kita? Sudahkah kita mencapai
kedewasaan itu? Bila pengikut Kristus bersedia melayani tubuh
Kristus, kita seharusnya menganggap bahwa dari sikap itu, kita telah
mengalami kemajuan. Menariknya, para pendeta, pekerja pemuda, para
pemimpin, dan staf lain dalam pendidikan Kristen terus berjuang
untuk merekrut cukup pekerja untuk pelayanan Kristen. Karena itu,
pelayanan pengajaran membutuhkan penekanan yang terus-menerus.
Sebagai tujuan pengajaran Kristen, kedewasaan nampak sudah cukup
jelas ketika diukur dengan kasih, moralitas, stabilitas teologis,
dan pelayanan. Hal-hal tersebut sudah bukan lagi sesuatu yang baru
dalam komunitas Kristen. Namun, setelah hampir 2000 tahun sejarah
gereja, kita belum mencapai tujuan itu. Kebutuhan pengajaran Kristen
tetap sama besarnya sampai sekarang.
Ini akan selalu menjadi masalah. Setiap generasi, setiap orang yang
baru bertobat harus mulai dengan informasi yang sedikit atau tanpa
informasi sama sekali dan memulai perjalanannya sekali lagi bersama
Kristus. Orang Kristen yang bertumbuh sekalipun tetap membutuhkan
peringatan dan dorongan ketika mereka bergerak ke arah kedewasaan.
Masyarakat yang teknologinya semakin maju tidak mengurangi kebutuhan
ini. Murid-murid Yesus masih membutuhkan pengajaran dan guru!
(t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku: The Christian Educator`s Handbook on Teaching
Judul asli artikel: Biblical Foundations for a Philosophy of
Teaching
Penulis: Michael S. Lawson
Penerbit: Victor Books, Amerika 1988
Halaman: 61 -- 68
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU
Kita mengajarkan firman Tuhan bukan untuk memuaskan
rasa ingin tahu, tetapi untuk mengubah hidup.
-Michael S. Lawson-
______________________________________________________________________
TIPS
PENDIDIKAN KRISTEN: TUJUH HAL PENTING
UNTUK PELAYANAN MENGAJAR YANG EFEKTIF
Sering kali, perencanaan pendidikan Kristen mengharuskan kita untuk
membolak-balik daftar data jemaat gereja dan kemudian bertanya,
"Siapa yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap kelas?"
Tidak mengherankan jika kelas-kelas mengalami kemerosotan, sedikit
yang hadir, dan tidak berhasil.
Oleh karenanya, kita perlu melakukan pendekatan di dalam pendidikan
Kristen dengan tinjauan masa depan dan strategi, dan menyertakan
tujuh hal penting berikut ini.
1. Membangun keseimbangan kelas-kelas. Tenaga pengajar harus
diatur sedemikian rupa supaya dapat mengajar dengan seimbang
setiap waktu di kelas-kelas, dan selama jam pelajaran, sehingga
akan saling melengkapi dan membangun satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, menyeimbangkan kelas yang fokusnya adalah doktrin
dengan kelas yang fokusnya adalah latihan, menyeimbangkan topik
pelajaran dengan buku pelajaran alkitabiah, menyeimbangkan kelas
yang memakai metode ceramah dengan kelas yang memakai metode
diskusi, menyeimbangkan dasar pelajaran dengan pelajaran yang
mendalam.
2. Mendampingi guru-guru baru. Karunia rohani guru-guru baru harus
dipantau secara sengaja dan cermat. Semua karunia rohani
memerlukan pertumbuhan, pendidikan, dan pendampingan -- demikian
juga dengan talenta mengajar. Proses pemantauan harus dilakukan
oleh guru yang sudah berpengalaman, dalam suasana yang nyaman,
dalam relasi yang memiliki tujuan, yang terbuka terhadap kritik
yang membangun, dan pertumbuhan yang optimal.
3. Melakukan evaluasi secara teratur. Merupakan suatu keharusan
untuk setiap guru secara rutin mengevaluasi dirinya sendiri dalam
hal kekudusan pribadi dan keefektifan pelayanannya. Namun, perlu
juga bagi tenaga pengajar secara keseluruhan mengevaluasi diri
sendiri dalam hal hubungan pelayanan mereka dengan tubuh gereja,
dan apakah secara keseluruhan, pelayanan itu tetap memegang teguh
panggilan dan mencapai tujuan-tujuannya.
4. Pilihlah topik-topik dengan teliti. Bahan pelajaran harus
dipilih dengan sangat cermat, ambil tiga hal penting yang perlu
dipertimbangkan: apa keahlian dan minat guru, apakah kebutuhan
dan keinginan tubuh gereja, dan apakah yang ditunjukkan oleh Roh
Kudus.
5. Sediakan keberagaman dan kesempatan. Terapkanlah rotasi dalam
tubuh tenaga pengajar sehingga memberi kesempatan kepada semua
guru untuk mengajar dan untuk beristirahat. Rotasi seperti itu
juga akan mencegah berkembangnya "kubu-kubu" dalam tubuh gereja,
dan membuka gereja untuk memiliki variasi gaya mengajar,
pandangan, pengetahuan, dan materi pelajaran.
6. Mendorong pemuridan. Karena tidak semua orang merasa nyaman atau
terpanggil untuk mengajar di depan orang banyak, kita semua
dipanggil untuk pemuridan. Pemuridan membutuhkan pelatihan, namun
maksudnya sederhana: mendorong orang-orang untuk mencari seorang
yang darinya mereka bisa belajar dan seseorang yang dapat mereka
bantu, dan menjalani hubungan itu. Kita semua perlu belajar dari
orang lain, dan membagikan apa yang kita pelajari. Relasi yang
seperti ini akan membantu membuat pendidikan Kristen menjadi
suatu gaya hidup bagi gereja.
7. Bertanggung jawab. Harus ada kepemimpinan dan tanggung jawab yang
jelas dalam gereja terhadap para pengajar. Kepemimpinan yang
seperti ini akan membantu menyeimbangkan kelas, mengatur jadwal
mengajar, dan menjaga tujuan bersama gereja.
Dengan pemeliharaan, perencanaan, dan persiapan yang tepat dalam
lingkungan pendidikan Kristen, kita akan melihat firman Tuhan
berkuasa di gereja-gereja kita dan dalam kehidupan setiap orang!
(t/Kristin)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Articlesbase.com
Judul asli artikel: Christian Education: 7 Essentials for an
Effective Teaching Ministry
Penulis: Paula Marolewski
Alamat URL: http://www.articlesbase.com/religion-articles/
christian-education-7-essentials-for-an-effective-teaching-ministry-495835.html
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR
Sepanjang bulan Maret, kami membagikan bahan mengajar seputar Paskah
untuk Pelayan Anak sekalian. Kiranya bahan-bahan tersebut menolong
dalam menyambut dan merayakan Paskah tahun ini. Selamat mengajar!
CAHAYA DARI YANG REMUK
Tema: Keagungan Kristus sebagai Raja
Bacaan: Yohanes 1:14
Persiapan:
Untuk setiap anak, Anda membutuhkan 1 inci kertas yang digulung
(bisa menggunakan kertas tebal yang biasa ada di bagian tengah tisu
gulung), cat semprot warna emas, gunting, beberapa hiasan yang
berkilau atau perhiasan kecil-kecil dari plastik, lem, setengah
bagian cangkang telur bersih dari telur yang sangat besar, dan
lilin. Anda juga memerlukan telur yang masih utuh, setegah bagian
cangkang telur yang sangat besar, mangkuk, mahkota, lilin, korek
api, dan Alkitab.
Pesan:
Yesus meninggalkan rumah-Nya di surga di mana Dia menjadi Raja.
(Tunjukkan mahkota). Dia datang ke dunia sebagai manusia yang lemah,
seperti kamu dan saya. (Tunjukkan telur). Ketika orang-orang
memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan-Nya menjadi Raja mereka,
mereka menggantung Dia di kayu salib, dan tubuhnya diremukkan.
(Pecahkan cangkang telur ke dalam mangkuk). Hidup Yesus dicurahkan,
sama seperti telur yang dicurahkan ini. Apa yang biasa kita lakukan
terhadap telur yang pecah ini?
Orang-orang juga berencana untuk membuang Yesus, tetapi Allah punya
rencana lain. Allah mengambil tubuh Yesus yang remuk itu dan
mengembalikan mahkota keilahian-Nya lagi. (Letakkan cangkang telur
yang separuh di mahkota. Bacalah Alkitab.) Allah membangkitkan Yesus
dari kematian dan menjadikan Dia sebagai terang dunia. (Letakkan
lilin di cangkang telur dan nyalakan.)
Allah menggantikan tubuh Yesus yang remuk dan hancur itu dengan
hidup dan memberi Dia kekuasaan dan wewenang. Allah ingin kita
membagikan terang Yesus kepada orang lain. Kita akan membuat
penyangga lilin seperti ini untuk mengingatkan kita tentang apa yang
Allah lakukan terhadap tubuh Yesus yang remuk yang memberi kita
hidup yang baru.
(Berikan kertas yang telah digulung dan dicat emas. Mintalah setiap
anak untuk memotong salah satu sisinya sedemikian rupa sehingga
membentuk mahkota. Mintalah mereka untuk menempelkan hiasannya.
Berikan sebuah cangkang telur dan lilin kepada setiap anak untuk
diletakkan di dalam mahkota.) (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Childrenministry.com
Judul asli artikel: Light From The Broken Pieces
Penulis: tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.childrensministry.com/article.asp?ID=463
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
BERGABUNG DALAM FORUM DISKUSI PASKAH.SABDA.ORG
http://paskah.sabda.org/
Situs "paskah.sabda.org" telah menyediakan fasilitas khusus, yaitu
Forum Diskusi. Fasilitas ini disediakan bagi para pengunjung yang
ingin bergabung dalam diskusi Paskah bersama dengan saudara-saudara
seiman yang lain.
Saat ini, ada beberapa topik yang sedang dibahas dalam diskusi, di
antaranya:
1. Etimologis arti kata "Paskah"
==> http://paskah.sabda.org/apa_arti_kata_paskah
2. Mengapa Kristus harus mati?
==> http://paskah.sabda.org/mengapa_kristus_harus_mati
3. Apakah kematian Kristus dapat dibuktikan?
==> http://paskah.sabda.org/apakah_kematian_kristus_bisa_dibuktikan
4. Apa makna kebangkitan Kristus bagi iman Kristen kita?
==> http://paskah.sabda.org/apakah_makna_kebangkitan_kristus_bagi_iman_kristen
5. Apakah kebangkitan Kristus dapat dibuktikan?
==> http://paskah.sabda.org/apakah_kebangkitan_kristus_bisa_dibuktikan
Nah, kami mengundang Anda untuk bergabung dan saling menguatkan
serta menjadi berkat bagi saudara-saudara seiman yang lain.
Kiriman: Tim Moderator paskah.sabda.org
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|