|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 421/Februari/2009
- SALAM DARI REDAKSI: Bersaksi Terus Sampai Tuhan Datang
- ARTIKEL: Biarkan Anak-Anak Itu Datang
- MUTIARA GURU
- TIPS: Mengajar Anak untuk Bersaksi Mengenai Iman Mereka
- KESAKSIAN GSM: Pengalaman Mengajar Anak untuk Bersaksi
- WARNET PENA: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs
"paskah.sabda.org"
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI
BERSAKSI TERUS SAMPAI TUHAN DATANG
Shalom,
Dalam sebuah seminar remaja di Jakarta, seorang pembicara
menyampaikan fakta yang cukup penting bagi para pelayan anak.
Sembilan belas dari dua puluh orang percaya menerima Yesus sebelum
berusia 25 tahun. Pada usia 25 -- 35 tahun, hanya satu dari sepuluh
ribu orang yang bertobat. Fakta ini cukup menggetarkan. Karena itu,
sebagai pelayan anak, kita seharusnya menjadikan hal tersebut
sebagai tantangan dan kesempatan untuk semakin giat memperkenalkan
Kristus kepada anak-anak dan kaum muda.
Puji Tuhan jika Tuhan telah memercayakan kita untuk membawa
jiwa-jiwa kecil datang kepada-Nya. Sekarang tugas kita adalah
bagaimana agar anak-anak layan ini juga dipakai Tuhan untuk
menyaksikan iman mereka kepada orang lain yang belum percaya. Sulit?
Sebenarnya tidak, karena Tuhan Yesus sendiri kerap memakai anak-anak
untuk menjadi partner pelayanan-Nya. Edisi kali ini akan semakin
menyadarkan kita akan betapa pentingnya seorang anak di hadapan
Tuhan dan bagaimana kita dapat mengajar anak-anak layan kita untuk
bersaksi terus sampai Tuhan datang.
Selamat bersaksi!
Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
http://pepak.sabda.org/
"Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia
menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+24:14 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL
BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG
Apakah anak-anak bisa menjalin hubungan yang berarti dengan Tuhan
Allah? Banyak kisah menceritakan tentang anak-anak, yang walaupun
masih sangat kecil, sudah menyerahkan diri kepada Allah dengan
sungguh-sungguh; dan penyerahan itu ternyata tidak menjadi luntur.
Seorang utusan Injil, pada waktu akan terjun dalam bidang pelayanan,
bersaksi bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada Kristus ketika
berusia 5 tahun. Ia berbuat demikian karena pengaruh seorang perawat
ketika ia dirawat di rumah sakit. Seorang dokter mengatakan bahwa
ketika berusia 8 tahun, ia berjanji kepada Tuhan untuk kelak menjadi
seorang dokter setelah tanpa berdaya ia menyaksikan adiknya
meninggal akibat menderita suatu penyakit yang tidak dikenal.
Seorang wanita muda terkenang betapa senang hatinya ketika di
sekolah minggu ia mendengar bahwa dirinya adalah "anak Raja" karena
ia termasuk salah seorang anak Allah. Sejak saat itu, harga dirinya
bertumbuh terus karena ia memandang dirinya sebagai seorang anak
raja.
Wayne Oates, seorang profesor psikologi agama di Southern Baptist
Theological Seminary (Seminari Teologia Baptis Selatan), menulis
begini: "Salah satu kebenaran terbesar yang kita peroleh melalui
penelitian tentang perkembangan kepribadian ialah bahwa agama
dikomunikasikan dengan cara yang berbeda-beda, pada tahap-tahap yang
berbeda pula, sesuai dengan perkembangan individu itu sendiri ....
Seluruh masalah keagamaan itu terdiri dari hal membukakan pintu
sejak masa kanak-kanak untuk memasuki kekekalan."
Tuhan Yesus mengungkapkan hal ini secara lebih sederhana lagi:
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka
datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Sorga." (Mat. 19:14)
Anak-anak selalu tertarik kepada Tuhan Yesus, dan Ia tidak pernah
menyuruh mereka menunggu sampai mereka benar-benar mengerti dulu
tentang konsep teologi sebelum boleh datang kepada-Nya. Ia tidak
berkhotbah kepada mereka atau pun menegur mereka. Sebaliknya, "Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka" (Mat. 19:15). Ia menjamah mereka
dan menasihati orang-orang dewasa agar "bertobat dan menjadi
seperti anak kecil" (Mat. 18:3).
Anak-anak memunyai tempat istimewa dalam hati Allah. Sambil
memanggil seorang anak, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" (Mat. 18:4). Renungkanlah
hal ini. Bayangkan betapa kecilnya perasaan diri Anda seandainya
Yesus memanggil Anda datang kepada-Nya dan berkata kepada setiap
orang di sekitar Anda bahwa Andalah yang terbesar? Betapa besar
dorongan yang demikian bagi konsep diri anak itu! Jelaslah bahwa
sikap merendahkan diri yang dianjurkan Tuhan Yesus bukan berarti
menghapuskan harga diri yang positif pada seseorang serta perlunya
mendapat dukungan dan dorongan orang lain.
Kata merendahkan diri yang digunakan dalam Matius 18 memunyai
konotasi sikap yang bergantung dan tunduk pada wewenang, bukan
berarti menurunkan martabat diri. Seorang anak perempuan yang masih
kecil mungkin saja mengira bahwa dirinya merupakan pusat alam
semesta, namun ia tetap sadar bahwa ia masih bergantung pada orang
tuanya. Secara arti luasnya, orang tua adalah wakil Allah bagi
setiap anak, tapi Allah tidak dibatasi oleh pengertian seperti ini.
Acap kali Ia menerobos batasan ini, bila Ia ingin berkomunikasi
secara langsung dengan seorang anak, teristimewa dengan anak yang
sedang sakit parah. Tampaknya anak-anak merasakan kehadiran Allah
yang misterius dan mereka pun menyadari kebergantungan diri mereka
pada-Nya.
Adapun sifat anak-anak yang menjadikan mereka terbesar di dalam
Kerajaan Surga, juga menjadikan mereka sangat rawan di dalam
kerajaan dunia ini. "Report on the Hearings on the Unmet Needs of
Children and Youth", 1979 (Laporan melalui Pendengaran tentang
Kebutuhan Anak dan Remaja yang Tidak Terpenuhi), yang disusun oleh
sebuah perserikatan para perawat di Amerika (The American Nurses
Association) pada tahun 1979, mengungkapkan tentang bidang-bidang
utama di mana ketergantungan dan kerawanan anak-anak dapat
mengakibatkan mereka terjerat dengan mudah dalam
kesulitan-kesulitan, seperti: penyalahgunaan obat bius, penganiayaan
anak, dan eksploitasi seks. Tuhan Yesus sudah tahu kemungkinan
terjadinya kesulitan ini. Ia menasihati murid-murid-Nya begini,
"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika
sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan
ke dalam laut" (Mat. 18:5-6). Di sini, orang-orang dewasa memunyai
tanggung jawab yang besar untuk memelihara serta memerhatikan
pertumbuhan anak-anak Allah. Pertama, adanya suatu perintah yang
positif untuk menyambut anak-anak dalam nama-Nya. Kedua, adanya
suatu peringatan yang negatif agar jangan menyesatkan mereka
sehingga menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa.
Menerima seorang anak dalam nama Yesus artinya sama dengan mengasihi
dia seperti Tuhan Yesus mengasihi mereka. Kasih itu begitu konsisten
sehingga anak-anak akan merasa aman serta terlindung, dan diyakinkan
bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (1 Yoh. 4:18). Kasih seperti ini
tanpa syarat, sehingga mereka tidak usah menutup-nutupi diri mereka
yang sebenarnya dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain. Mereka
tahu bahwa mereka diterima sebagaimana adanya (Rm. 3:23-25). Inilah
kasih yang berusaha memberikan apa yang terbaik kepada si anak,
walaupun kadang-kadang kasih itu harus dinyatakan berupa disiplin
yang tegas (Ibr. 12:6). Kasih ini adalah kasih yang hangat dan
menyentuh hati, yang bersifat pribadi dan memperlakukan setiap
individu sebagai pribadi yang istimewa (Mat. 18:12-14; 19:15).
Akhirnya, kasih ini adalah kasih yang mengenal baik Sumbernya dan
tidak mencari keuntungan atau kemuliaan bagi diri sendiri (Yes.
43:1-7). Oates pernah mengatakan bahwa "Allah menjumpai seseorang
melalui pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok orang di masyarakat
sekitarnya yang memiliki sifat suka mengampuni." Secara idealnya,
"pribadi-pribadi yang suka mengampuni" itu adalah orang tua-orang
tua, kemudian meluas kepada seluruh anggota keluarga, gereja,
tetangga, sekolah, serta masyarakat di bidang pemeliharaan
kesehatan.
Memelihara Anak-Anak Domba
Peringatan Tuhan Yesus terhadap siapa pun yang menyebabkan seorang
anak berbuat dosa agak membingungkan. Kelihatannya dalam teguran itu
bisa juga tersirat teguran terhadap kejahatan-kejahatan yang jelas
berupa penyalahgunaan obat bius dan seks. Namun, orang dewasa
menyebabkan anak-anak berdosa dengan banyak cara yang halus, yang
mungkin tampaknya tidak jahat kalau dinilai secara sepintas. Dosa
adalah segala sesuatu yang membuat seseorang menjauh dari Allah.
Orang dewasa menjadi wakil Allah bagi anak-anak di dalam segala
sesuatu yang dikatakan dan dilakukannya. Apabila orang dewasa yang
bergaul dengan anak-anak menunjukkan sikap masa bodoh, tidak bisa
dipercaya, mengharapkan yang tidak realistis, atau bahkan berniat
menyakiti anak-anak, akibatnya mungkin anak akan menganggap bahwa
begitulah sifat-sifat Allah. Sebagian dari anak-anak seperti itu
tidak akan pernah dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan
Allah.
Yesus menjadi marah ketika murid-murid-Nya menghalang-halangi
anak-anak datang kepada-Nya (Mrk. 10:14). Barangkali murid-murid
mengira bahwa ada hal-hal yang lebih penting yang akan dikerjakan
oleh Tuhan mereka, dan mereka tidak ingin Dia diganggu oleh
anak-anak itu. Berapa sering kita telah menghalangi anak-anak datang
kepada Tuhan Yesus? Berapa sering kita telah tenggelam dalam hal-hal
yang kita anggap "lebih penting" seperti halnya pengobatan,
perawatan, dan tugas rutin di rumah sakit, sehingga kita lengah
untuk bertanya kepada seorang anak yang sedang dirawat di rumah
sakit itu apakah ia biasa berdoa sebelum makan atau sebelum tidur?
Atau apakah ia biasa mendengar cerita Alkitab tiap-tiap hari?
Setiap anak sungguh berharga di mata Allah, sehingga Tuhan Yesus
mengumpamakan perhatian-Nya seperti seseorang yang memiliki seratus
domba. Salah satu dari domba-domba itu tersesat, maka orang itu
segera meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan pergi mencari
dombanya yang sesat itu ke mana-mana sampai ia menemukannya (Mat.
18:10-14). Tuhan Yesus juga mengharapkan hal yang sama dari
orang-orang yang menjaga anak-anak domba-Nya -- dari orang tua,
guru, perawat, dan orang-orang dewasa lain yang memunyai peranan
penting.
Buku ini terutama membahas tentang pemeliharaan anak-anak secara
rohani. Akan tetapi, karena faktor rohani mengisi dan memberi
kehidupan kepada seseorang seutuhnya, maka kebutuhan fisik, emosi,
dan sosial akan sering pula dibahas dalam pasal-pasal berikut ini,
karena semuanya sering berkaitan erat. Kebutuhan rohani bisa
diartikan "kurang terpenuhinya satu atau lebih faktor-faktor yang
diperlukan untuk membangun dan/atau memelihara suatu hubungan
pribadi yang dinamis dengan Allah". Singkatnya, semua itu adalah
kebutuhan, yang jika tidak terpenuhi, akan menghalangi seorang anak
datang kepada Tuhan Yesus.
Kebutuhan-kebutuhan rohani yang mendasar pada orang dewasa
diringkaskan dalam buku "Spiritual Care: The Nurse`s Role"
(Pemeliharaan Rohani: Peran Perawat), juga berlaku bagi anak-anak.
Kebutuhan akan arti dan tujuan berkembang dalam bentuk-bentuk yang
lebih canggih sementara seorang anak bertumbuh menuju kedewasaan.
Namun, kebutuhan itu sudah ada sejak ia lahir. Kebutuhan untuk
mendapat kasih dan hubungan pribadi merupakan kebutuhan dasar untuk
hidup. Bayi yang tidak dikasihi bisa mengalami gangguan emosi yang
parah atau bahkan bisa mati. Sementara seorang anak yang sedang
tumbuh itu hidup dengan perasaan aman di dalam kasih orang tua dan
orang-orang dewasa di sekitarnya, ia akan mulai mengasihi orang lain
dan mengerti kasih Allah. Kebutuhan akan pengampunan menjadi nyata,
pertama-tama sebagai kebutuhan akan kasih yang diberikan tanpa
syarat, tanpa ada batasan; kemudian lambat laun kebutuhan ini
berkembang menjadi suatu kebutuhan untuk diampuni dari "kenakalan".
Awal masa kanak-kanak, khususnya 12 tahun pertama, merupakan masa
yang amat penting dan menentukan bagi perkembangan rohani seseorang.
Amsal 22:6 berbunyi: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu." Hikmat yang sudah sejak dulu kala berlaku dalam
Kitab Suci disahkan secara mutlak oleh penyelidikan psikologis,
yaitu bahwa pengertian rohani yang dikembangkan pada seorang anak
sampai ia mencapai usia 12 tahun bisa diragukan olehnya pada masa
remaja, tetapi untuk sementara waktu saja. Biasanya pengertian itu
justru menjadi dasar bagi iman kepercayaannya pada masa dewasa.
Kepercayaan yang dianut oleh kebanyakan orang dewasa sama benar
dengan kepercayaan yang dianut oleh orang tua mereka.
Beban tanggung jawab yang utama dalam tugas memerhatikan kerohanian
anak terletak pada bahu orang tua. Memberi perawatan yang baik
berarti memandang seorang anak sebagai bagian dari suatu keluarga
besar, bukan sebagai seorang pasien yang diasingkan atau diisolasi.
Begitu juga dengan perhatian yang diberikan dalam segi rohani. Orang
tua harus didukung dan dihormati apabila memberikan perhatian dalam
segi rohani. Pada masa-masa krisis, para perawat, guru, pendeta, dan
orang-orang lain yang bersedia memberi dukungan atau pun dorongan
secara rohani kepada orang tua serta anak-anak mereka, akan
menghasilkan dampak yang kekal. Setiap krisis yang dialami pada masa
anak-anak bisa memberi peluang bagi timbulnya krisis rohani. Jika
anak menderita tanpa berbuat salah apa pun, orang tuanya sering
bertanya, "Kenapa? Apa yang telah saya perbuat sehingga terjadi hal
ini? Apakah Allah sedang menghukum saya?" Perkembangan rohani anak
itu, sekalipun sehat, akan dapat terganggu sekali. Penderitaan
secara jasmani dan perasaan ditinggalkan seorang diri di rumah
sakit, ketika dikelilingi oleh peralatan yang menakutkan, bisa
mengancam perkembangan perasaannya untuk menaruh percaya dan harga
diri yang masih rapuh pada anak itu. Pemeliharaan bidang rohani
bukanlah semata-mata merupakan suatu pilihan yang enak bagi para
perawat yang hanya memunyai sedikit waktu luang; namun pemeliharaan
ini sangat penting bagi perkembangan anak itu seutuhnya serta
pandangan hidupnya. Kita memunyai suatu mandat untuk memerhatikan,
bukan saja sebagai seorang Kristen yang setia, melainkan juga karena
kita adalah orang yang harus memberikan perhatian itu secara
bertanggung jawab.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para Orang Tua,
Guru, dan Perawat
Judul asli buku: The spiritual Needs of Children
Penulis: Judith Allen Shelly
Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1982
Halaman: 12 -- 17
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU
Setiap anak sungguh berharga di mata Allah.
-Judith A.S.-
______________________________________________________________________
TIPS
MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI MENGENAI IMAN MEREKA
Anak-anak yang memiliki pengalaman pertobatan yang murni ingin
membagikan kesaksian iman mereka kepada orang lain, tetapi terkadang
mereka kurang memahami bagaimana memulainya. Kita bisa membantu
mereka dengan memberikan pengalaman-pengalaman langsung dan
pelatihan di lingkungan gereja. Berikut beberapa ide yang bisa
digunakan.
Mulailah dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak, saat sekolah
minggu, untuk membagikan apa arti Yesus bagi mereka. Ini akan
menjadi persiapan yang bagus bagi mereka untuk menunjukkan iman
mereka ke luar gereja. Setiap minggu, sediakan waktu setidaknya
untuk satu anak guna membagikan apa yang telah Tuhan kerjakan bagi
mereka. Undanglah anggota jemaat gereja Anda untuk hadir di kelas
Anda guna membagikan kesaksian mereka. Ini akan mendorong dan
membantu anak-anak belajar melalui contoh dari orang dewasa dan
remaja yang mereka kenal.
Ajarkanlah ayat-ayat keselamatan dalam Alkitab kepada murid-murid
Anda. Bantulah mereka memahami maknanya melalui alat peraga,
penjelasan-penjelasan, dan diskusi. Mintalah kepada anak-anak untuk
menandai ayat-ayat yang ada di Alkitab mereka. Ini akan membantu
mereka untuk dengan mudah menemukan referensi-referensi saat mereka
berdiskusi tentang Tuhan dengan salah satu teman atau anggota
keluarga mereka.
Untuk kegiatan belajar, pilihlah kelompok kecil anak-anak untuk
membuat drama singkat atau meminta mereka untuk bermain peran (role
play) tentang berbagai cara untuk mengenalkan Yesus kepada
teman-teman mereka. Naskah yang singkat akan membantu mereka
memulainya. Boneka wayang bisa sangat efektif karena anak-anak dapat
dengan mudah mengenalinya. Selain itu, mereka juga akan percaya diri
karena boneka-boneka itu menceritakan kehidupan nyata.
Ide lain adalah dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 3-5 anak dan mintalah mereka duduk melingkar atau
di satu meja. Mintalah anak-anak melengkapi suatu kalimat sebagai
batu loncatan untuk diskusi. Misalnya, "Saya senang menjadi orang
kristen karena ..." atau "Kita tahu Tuhan mengasihi kita karena
...". Cara yang baik untuk memulai latihan ini adalah guru terlebih
dahulu membagikan responsnya. Anda bisa menuliskan respons anak-anak
di papan tulis atau kertas catatan.
Selanjutnya, mintalah anak-anak menuliskan respons mereka pada
kertas bergaris. Sediakan kertas kosong dan pensil warna, krayon,
atau spidol untuk menggambarkan karangan singkat mereka. Karangan
dan gambaran mereka bisa direkatkan (dilem) atau dijadikan satu
(berdampingan) pada kertas instruksi berwarna yang berukuran besar
yang telah digulung sebagian sehingga berbentuk seperti buku.
Pajanglah kesaksian itu di ruang kelas Anda supaya anak-anak
terdorong untuk menunjukkan iman mereka melalui berbagai cara.
Salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak belajar bagaimana
bersaksi adalah dengan melibatkan mereka dalam pelayanan
penjangkauan. Dalam Mobilizing Kids for Outreach, Pete Hohmann,
menggambarkan perlunya perubahan pola pikir kita tentang bagaimana
kita mengajar anak-anak di gereja. Penekanan yang berlebihan pada
pola duduk diam dan mendengarkan tanpa memberikan kesempatan untuk
anak-anak berpartisipasi bisa menyebabkan timbulnya sikap pasif pada
anak-anak saat kita mengajar. Hohmann menunjukkan perlunya melatih
dan melibatkan anak- anak dalam penginjilan saat mereka masih di
divisi anak-anak. Membentuk tim pelayanan yang akan terjun ke
masyarakat sehingga mendapatkan pengalaman hidup yang sebenarnya
merupakan cara yang menarik untuk melibatkan anak-anak dalam
penginjilan. Kelompok musik dan tim wayang bisa melayani di
gereja-gereja pusat kota, taman-taman, rumah perawatan, tempat
penitipan anak, dan pasar malam juga bisa digunakan untuk melihat
beberapa kemungkinan.
Sekolah minggu dapat merencanakan acara-acara penjangkauan dan
keluarga yang dirancang khusus untuk membantu murid-murid mereka
mengenalkan teman-teman mereka kepada gereja. Langkah pertama akan
lebih mudah bagi anak untuk menjelaskan apa yang mereka percayai
tentang teman-teman mereka. Beberapa kemungkinannya adalah
mengadakan kegiatan-kegiatan sekolah minggu, misalnya pesta es krim,
sekolah Alkitab liburan, kemah, perayaan natal, dll.. Perlombaan di
sekolah minggu juga memberi kesempatan istimewa bagi anak-anak untuk
mengundang teman-teman mereka ke gereja.
Akhirnya, doakan murid-murid Anda di kelas supaya Tuhan membantu
mereka bersinar bagi-Nya di mana pun mereka berada. Bantulah mereka
memahami bahwa meskipun ada orang yang tidak menunjukkan minat
mereka, tetapi ada orang lain yang dengan gembira akan mendengarkan
pesan penginjilan itu. Apa pun responsnya, murid-murid Anda akan tahu
bahwa mereka telah mematuhi perintah Kristus dan telah menjadi alat
penting dalam memenuhi Amanat Agung. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Discipleship
Judul asli artikel: Teaching Children to Share Their Faith
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://discipleshipideas.com/index.php?Itemid=26&id=40&option=com_content&task=view
______________________________________________________________________
KESAKSIAN GSM
PENGALAMAN MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI
Gereja kami adalah adalah gereja yang terdiri dari 35-40 anak. Kami
benar-benar diberkati karena kami bukanlah gereja yang besar, hanya
memiliki anggota sekitar 150 orang.
Kembali pada awal mula saat Tuhan berbicara ke dalam hati saya untuk
mengadakan kelas junior (kecil) untuk anak usia 10-12 tahun, Dia
juga menggerakkan hati saya untuk mengajarkan kepada mereka sesuatu
yang disebut bersaksi kepada orang lain. Jadi, dari September sampai
Februari, ide ini hanya ada dalam pikiran saya, sambil berdoa bahwa
bila ini adalah apa yang Tuhan inginkan dan bukan sesuatu yang
menurut saya menyenangkan bagi anak-anak, maka Ia akan menunjukkan
kepada saya bagaimana melakukannya (karena saya sama sekali tidak
kreatif).
Pada awal Februari, Ia menggerakkan hati saya untuk bertanya kepada
seorang wanita di gereja saya apakah dia bersedia membantu saya
membuat naskah drama pendek. Ia sudah pernah menulis naskah drama
Natal di gereja kami beberapa tahun yang lalu. Jadi, kami
mengerjakannya bersama-sama dan berdoa serta mencari ide-ide hingga
akhirnya kami merasa bahwa kami sudah mendapatkan apa yang Tuhan
ingin untuk kami sajikan.
Kami membuat sebuah adegan di mana ada dua orang berbeda yang
mengaku sebagai orang Kristen pergi ke pesta. Yang satu berbohong
bahwa dia tidak akan menggunakan obat-obatan, sedang yang satu lagi
memang tidak akan menggunakan obat-obatan. Tuhan sudah memberitahu
yang tidak akan menggunakan obat-obatan untuk tidak pergi ke pesta.
Lalu, di pesta, tiba-tiba seseorang meminta orang yang berbohong
tadi untuk mengantarnya pulang karena ia juga tidak ingin ada di
sana. Anak yang tetap tinggal di pesta itu, dan yang sudah beberapa
kali diperingatkan oleh Tuhan untuk meninggalkan pesta itu, terkena
razia. Meskipun ia tidak mabuk atau pun menggunakan obat terlarang,
tetapi ia tetap harus membayar harganya. Kemudian, adegan
selanjutnya adalah pada saat acara kelulusan. Anak yang berbohong
tadi memberikan pidato perpisahan pada saat acara kelulusan karena
ia mendapat nilai yang terbaik di sekolah, dan dia menjelaskan
bagaimana orang yang mengajaknya pulang dari pesta, mengajak dia ke
gereja sehingga mengubah hidupnya.
Di setiap adegan, kami mengambil ayat-ayat Alkitab yang sesuai
dengan setiap situasi dan yang memuat suara Allah yang berbicara
kepada setiap anak bahwa mereka tetaplah dapat melakukan
penginjilan. Kita juga menunjukkan siapa yang telah menjadi saksi
yang baik dan siapa yang tidak. Kita melakukan ini untuk menunjukkan
bahwa yang didengar orang lain bukanlah apa yang kita katakan, namun
apa yang kita lakukan. Meskipun setan berulang kali mencoba
menghentikan kita, tetapi Allah tidak pernah gagal. Allah tetap
bekerja dalam karya penyelamatan. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Children`s Ministry Inspiration Vault
Judul asli artikel: Teach Children to Witness
Penulis: Tammy Baggett
Alamat URL: http://childrensministryvault.com/ministry-lessons-ideas-training/704/teach-children-to-witness/
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
BARU! KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS "PASKAH.SABDA.ORG"
http://paskah.sabda.org/
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) kembali meluncurkan sebuah situs baru
yang kami yakin akan menjadi berkat, khususnya menjelang perayaan
Paskah di bulan April 2009 yang akan datang. Sesuai dengan isinya,
yakni berbagai jenis bahan seputar Paskah yang pasti akan berguna
bagi Anda dalam menyiapkan perayaan Paskah, maka situs ini kami
sebut "paskah.sabda.org".
Situs "paskah.sabda.org" adalah satu-satunya situs berbahasa
Indonesia yang menyediakan bahan Paskah yang sangat lengkap, di
antaranya: artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan
mengajar Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi
Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor
Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah.
Situs "paskah.sabda.org" juga dirancang sedemikian rupa agar setiap
pengunjung bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan renungan,
artikel, atau juga blog Paskah untuk bisa saling berbagi berkat
dengan pengunjung yang lain. Fasilitas forum juga tersedia di situs
ini sehingga pengunjung bisa ikut berdiskusi seputar topik Paskah.
Keistimewaan lain dari situs ini adalah disediakannya fasilitas
mengirimkan ucapan selamat Paskah untuk teman seiman dan pengunjung
yang lain.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "paskah.sabda.org"!
Mari berbagi berkat pada hari peringatan pengorbanan Yesus di kayu
salib. Kemenangan-Nya atas maut, patut kita rayakan dan peringati
karena Dialah Allah yang patut kita sembah.
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|