|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 404/OKTOBER/2008
- SALAM DARI REDAKSI
- ARTIKEL: Kesadaran Sosial
- TIPS: Mengembangkan Kemampuan Sosial
- BAHAN MENGAJAR: Berbagi: Sepatah Kata Saja
- WARNET PENA: Halaman Mewarnai dan Cerita Alkitab dalam
biblequizzes.org.uk
- MUTIARA GURU
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/
Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara mengenai meningkatkan kecerdasan emosi anak, jangan lantas
berfokus pada diri anak itu sendiri dan dunianya sendiri saja.
Hubungan dengan orang lain juga sangat memengaruhi perkembangan
kecerdasan emosi anak. Kesadaran sosial merupakan bagian penting
dalam pembentukan kecerdasan emosi anak. Ini merupakan suatu
tantangan tersendiri karena lingkungan kita saat ini cenderung
membawa kita untuk hidup secara individualistis. Lebih baik
memikirkan urusan sendiri dan hidup untuk kepentingan sendiri. Sadar
atau tidak, kondisi ini akan menurun juga pada anak-anak. Karena
itu, penting bagi kita untuk mulai mengajar anak melihat dunia
sekeliling mereka sehingga mereka menjadi peka terhadap lingkungan
mereka.
Kehidupan sehari-hari merupakan media yang paling tepat untuk
mengajarkan kesadaran sosial kepada anak-anak. Kejelian orang tua
dan pelayan anak untuk memanfaatkan kesempatan ini, menjadi penentu
apakah kesempatan itu akan terbuang atau bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Dalam edisi ini, redaksi mengajak orang tua dan
pelayan anak untuk peka terhadap kejadian sehari-hari yang dapat
menjadi media pengajaran.
Selamat menyimak dan selamat mengajar!
Redaksi Tamu e-BinaAnak,
Christiana Ratri Yuliani
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah,
memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."
(Amsal 19:17)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+19:17 >
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
KESADARAN SOSIAL
Diringkas oleh: Christiana Ratri Yuliani
"Tetapi dengan teguh (hidup kita, dalam segala hal, dalam berbicara,
dalam berhubungan, dan menjalani hidup) berpegang kepada kebenaran
di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:15)
Narcissus
Kata Narcissus berasal kisah Narcissus, seorang tokoh mitos yang
sangat tampan. Ketampanannya membuat dia terpesona pada dirinya
sendiri dan akhirnya dia mati di tepi kolam karena tidak mampu
meninggalkan kolam yang memantulkan bayangan ketampanannya itu.
Demikian pula dengan orang yang terjerat dengan narsisme. Mereka
tidak pernah belajar memerhatikan orang lain, dan tujuan mereka
hanya untuk melindungi penampilan diri sendiri sehingga tidak bisa
berempati pada orang lain.
Setiap orang setidaknya pernah mengalami satu tahap narsistik dalam
hidupnya. Tahap narsistik pertama kali terjadi pada masa masih bayi,
di mana mereka hanya peduli pada kebutuhannya sendiri. Ini merupakan
bentuk narsisme yang "sehat". Tahap narsisme berikutnya adalah
ketika masih remaja, di mana pusat kehidupan mereka adalah pada diri
mereka sendiri, terutama pada bagaimana orang lain menilai
penampilannya. Perlahan-lahan, tahap narsisme pada remaja ini akan
berakhir seiring dengan masuknya mereka ke tahap dewasa muda, di
mana mereka mulai fokus pada orang lain. Pada masa ini, tugas para
orang tua adalah menolong mereka melepaskan diri dari perilaku masa
remaja yang narsistik dan mengajari mereka untuk lebih mengarahkan
pandangannya kepada orang lain.
Membaca Tanda-Tanda Sosial
Langkah awal untuk menjalin hubungan dengan orang lain adalah dengan
menyadari perasaan mereka. Pengalaman-pengalaman pada masa lalu
menunjukkan hal-hal apa saja yang boleh Anda lakukan dan yang tidak
boleh Anda lakukan. Orang tua merupakan pelatih yang terbaik dalam
hal ini. Kejadian sehari-hari, misalnya tentang kematian, bisa
menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan hal-hal sosial
dan menjalin komunikasi dengan anak-anak mereka. Sering kali,
seorang anak usia empat tahun dengan polos mengungkapkan apa yang
mereka lihat dan mengaitkannya dengan apa yang baru saja mereka
pelajari. Kondisi seperti ini merupakan kesempatan yang berharga
bagi orang tua untuk mengajarkan dan menanamkan kesadaran sosial
sejak dini kepada anak-anak mereka.
Luangkan Waktu: Mengajar Anak Remaja
Untuk menanamkan kesadaran sosial diperlukan waktu untuk
berinteraksi dengan anak-anak. Tak jarang, anak-anak mengungkapkan
suatu kondisi dengan cara yang mungkin terdengar atau terlihat
kasar. Tetapi sebagai orang tua, Anda bisa mengajarkan bagaimana
mengungkapkan hal itu dengan cara yang lain. Pelajaran ini merupakan
pelajaran seumur hidup. Jadi, gunakan baik-baik setiap peluang yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari juga
merupakan peluang untuk menolong anak menyadari apa yang sedang
terjadi di sekeliling mereka dan bagaimana perilaku mereka
memengaruhi orang lain. Membaca tanda-tanda sosial hanyalah langkah
awal agar anak memiliki kesadaran sosial terhadap sekeliling mereka.
Jika anak sudah bisa membaca tanda-tanda sosial itu, berarti anak
sudah bisa membedakan dan mencari hubungan-hubungan yang sehat
dengan orang lain. Mereka sudah siap mengarahkan pandangan mereka
kepada orang lain. Kita bisa mengajarkan kepada mereka sikap-sikap
dan ungkapan-ungkapan yang bisa menyuburkan hubungan dengan orang
lain, misalnya dengan mengatakan terima kasih, maaf, apa kabar, dan
lain-lain.
1. Terima Kasih (Penghargaan)
Jika kita tidak bisa menangkap tanda-tanda sosial dengan benar, itu
berarti kita memisahkan diri dari orang lain dan menyakiti mereka.
Umumnya, kita hidup dalam budaya yang menganggap bahwa kita berhak
menikmati kesenangan. Akan tetapi bila kita memiliki sikap berhak
atas sesuatu, maka penghargaan dan ucapan terima kasih tidak akan
ada. Sikap berterima kasih selalu berkaitan dengan hubungan dengan
orang lain. Orang yang bisa bersyukur dan berterima kasih akan
terlihat bersinar di dunianya.
Penting bagi orang tua untuk melatih anak-anak mereka mengucapkan
terima kasih. Kebiasaan untuk mengucapkan terima kasih kepada
seseorang ini lama-kelamaan bisa menjadi sifat kedua anak-anak.
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk melatih anak mengucapkan
terima kasih, misalnya dengan mulai membiasakan anak-anak Anda
menulis kartu-kartu ucapan terima kasih atas hadiah yang diterima.
Awalnya, Anda bisa membantu menuliskannya, tetapi lama-kelamaan,
biarkan mereka yang menulis dengan kata-kata karangan mereka
sendiri. Orang yang menerima kartu buatan anak Anda ini tentu akan
terharu saat membacanya.
Cara lainnya adalah dengan menunjukkan sikap Anda dalam berterima
kasih. Dengan memberikan contoh secara langsung, misalnya
mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran, Anda menjadi
teladan bagi anak-anak Anda. Telitilah kembali perilaku Anda,
memberi teladan sikap berterima kasih kepada anak-anak akan
menanamkan sikap positif dan menghargai orang lain dalam diri anak
Anda.
2. Maafkan Aku (Rekonsiliasi)
Dalam hidup ini, kita selalu berpeluang untuk melukai orang lain
yang berakibat pada retaknya hubungan kita dengan orang lain. Namun,
Allah telah menyediakan cara untuk mengatasi atau memulihkan
hubungan yang retak itu, yaitu "maafkan aku". Meskipun konsekuensi
dari mengatakan "maafkan aku" ini seakan membuat Anda menjadi pihak
yang lemah, tetapi bila Anda tidak melakukannya, justru akan
mendorong terjadinya hal-hal yang lebih buruk, misalnya:
- anggota keluarga saling bertengkar dan akhirnya tidak mau bertegur
sapa;
- pecahnya pernikahan;
- hubungan anak dan orang tua menjadi masam`
- persahabatan putus; dan
- tempat kerja menjadi tempat yang tidak menyenangkan.
Tumbuhkan kebiasaan meminta maaf dalam diri anak Anda. Biarkan
anak-anak Anda melihat sendiri bahwa Anda pun tidak segan meminta
maaf kepada mereka dan pasangan Anda. Jangan segan pula untuk
mengakui kesalahan Anda kepada anak-anak Anda. Dengan demikian,
anak-anak tidak hanya akan belajar bahwa mereka tidak sempurna dan
bisa melakukan suatu kesalahan, tetapi mereka juga akan belajar
bahwa mereka punya cara untuk memerbaiki suatu kesalahan.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang demikian akan memiliki
lingkungan yang aman untuk mengakui kesalahan karena mereka telah
mengalami pengampunan dan rekonsiliasi dari orang tua. Dengan
demikian, mereka akan memiliki dasar untuk memahami pengampunan dan
rekonsiliasi dari Allah. Sikap mau mengampuni adalah sangat penting
bagi kesehatan rohani anak-anak.
Beri teladan rekonsiliasi.
Berikan contoh nyata kerendahan hati Anda untuk meminta maaf pada
orang yang pernah Anda sakiti. Biarkan mereka melihat kuasa di balik
kata "maafkan aku" tersebut.
Mengajarkan rekonsiliasi.
Saat anak-anak Anda sudah cukup besar dan bisa diajak berkomunikasi,
ajarkan bahwa perbuatan mereka bisa menyakiti orang lain. Untuk itu,
penting bagi mereka untuk meminta maaf bila melakukannya. Tuntunlah
anak Anda dalam melewati proses meminta maaf. Agar anak-anak
benar-benar mengerti makna meminta maaf, maka orang tua bisa memberi
pengarahan apa dampak perbuatan yang dilakukan oleh anak. Bisa juga
orang tua menanyakan mengapa mereka harus meminta maaf.
Penyesalan yang sesungguhnya harus melibatkan perubahan dan komitmen
untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Semakin cepat anak-anak
menerapkan sikap menyesal, semakin baik karena mereka akan
meminimalkan sikap menuntut hak dan menjadikan hubungan lebih aman
dan kokoh. Bila anak sudah meminta maaf, menyesal, dan diampuni,
maka sebagai orang tua, kita jangan mengungkit-ungkit lagi
kesalahannya. Allah mengatakan bahwa Dia mengampuni dosa kita dan
tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan kita. Demikian pula
seharusnya kita sebagai orang tua.
Luangkan Waktu: Berlatihlah untuk Minta Maaf dan Pengampunan
Tinjaulah lagi tiga unsur dalam meminta maaf.
1. Katakan "maafkan aku" atas suatu pelanggaran.
2. Sadar bahwa hal itu menyakiti orang lain.
3. Buat komitmen untuk tidak mengulanginya lagi.
Latihlah ketiga hal ini dalam diri Anda sehingga anak-anak Anda pun
akan mengikuti teladan Anda. Berikan tuntunan bila mereka
memerlukannya.
Latihlah juga pengampunan pada anak-anak Anda. Luangkan waktu untuk
keluarga dapat mendiskusikan masalah pengampunan. Bacalah dan
renungkan pengampunan yang Allah berikan dalam Ibrani 10. Doakan
hati anak-anak Anda agar menjadi lembut untuk mengakui kesalahan,
dan doakan hati Anda sendiri agar tidak mengingat kesalahan
anak-anak Anda dan mampu mendorong anak-anak Anda dalam kasih dan
perbuatan baik.
Apa Kabar (Memberi dan menerima)
"Apa kabar" adalah pertanyaan yang paling sering diucapkan dalam
percakapan sehari-hari. Jawaban yang paling sering muncul pun adalah
"baik", jawaban yang mungkin saja hanya basa-basi. Padahal,
pertanyaan ini sesungguhnya mengajak orang untuk keluar dari dirinya
sendiri dan mulai memandang orang lain. Ini sangat penting untuk
diajarkan kepada anak-anak. Keintiman emosi tidak bisa terjadi dalam
hubungan di mana salah satu pihak tidak mau keluar dari dirinya.
Keintiman emosi bisa terjalin bila masing-masing pihak benar-benar
saling berkomunikasi dengan mendalam sehingga mengenal dan peduli
pada pikiran dan perasaan pribadinya.
Bila anak-anak kita tidak mau keluar dari dirinya, maka mereka akan
tersisih dari orang lain sehingga mengikis hubungan persahabatan,
pernikahan, dan sesama rekan kerja mereka. Mereka juga tidak bisa
memiliki pengenalan yang cukup tentang Allah dan tidak bisa
menyembah dan memiliki keintiman dengan-Nya. Penting bagi orang tua
untuk mengajarkan hubungan timbal balik -- saling memberi dan
menerima -- kepada anak-anak sejak dini.
Memberi contoh hubungan timbal balik.
Kebiasaan-kebiasaan Anda yang dilihat oleh anak-anak Anda, misalnya
menanyakan kabar, menolong orang lain, mengirim kartu ucapan, atau
perbuatan-perbuatan baik bagi orang lain, bisa menjadi contoh nyata
bagi anak-anak Anda. Mereka akan belajar melakukan apa yang Anda
lakukan dan bahwa dunia tidak hanya berputar mengelilingi mereka
saja.
Ajakan untuk memberi dan menerima.
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk menolong anak tentang cara
memberi dalam suatu hubungan, antara lain dengan memberinya dorongan
untuk memberikan reaksi balik terhadap suasana tertentu, misalnya
menyapa balik bila disapa orang lain, menjabat tangan orang lain,
dll.. Kebiasaan memuji orang lain juga bisa menjadi contoh bagi anak
untuk tidak segan memuji kelebihan orang lain. Pujian juga bisa
menjadi cara untuk membuka percakapan dengan orang lain. Cara lain
adalah dengan menanyakan sesuatu. Bantulah anak Anda untuk belajar
menanyakan sesuatu, khususnya pertanyaan yang menggunakan kata
"bagaimana".
Evaluasi hubungan.
Keseimbangan dalam menjalin hubungan adalah penting. Perhatikan
apakah anak-anak Anda terlalu banyak bicara atau justru sebaliknya.
Tolonglah mereka untuk bisa mengevaluasinya. Bila anak Anda adalah
anak yang pemalu, ajarkan kepada mereka cara memberi dan menerima
dalam hubungan. Anak yang pemalu biasanya enggan untuk mengatakan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Akibatnya, keintiman emosi
akan hilang bila tidak ada anak yang mengenal anak pemalu itu.
Luangkan Waktu: Suka dan Duka
Anda bisa menolong anak yang pemalu yang sudah agak besar dengan
mengajak mereka mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka tentang
suatu hubungan. Dengan bercerita secara bergiliran, anak-anak bisa
saling mendoakan, bersyukur kepada Allah atas kesenangan dan
pimpinan-Nya.
Untuk anak-anak yang masih kecil, cobalah dengan memberi pertanyaan,
misalnya tentang apa yang mereka sukai atau kegiatan mereka hari
itu. Kegiatan semacam ini melatih anak untuk memandang hari-hari
mereka secara positif.
Diringkas dari:
Judul buku: 7 Kecerdasan Emosional yang Dibutuhkan oleh Anak Anda
Penulis: Pam Galbraith dan Rachel C. Hoyer
Penerbit: Gospel Press, Batam Centre 2005
Halaman: 169 -- 198
______________________________________________________________________
o/ TIPS o/
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SOSIAL
Banyak anak yang berjuang dalam masa transisi mereka -- transisi
dari fokus pada diri sendiri menuju kepada kepedulian pada kelompok
dan bagaimana memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan kelompok itu.
Dalam waktu yang singkat, transisi itu dapat terjadi, anak tidak
lagi mengucapkan "aku", melainkan "kita".
Perhatikanlah anak-anak prasekolah yang bermain. Anak-anak yang
termudalah yang selalu bermain, baik itu sendirian atau dengan satu
atau dua teman yang juga bermain sendiri. Pada usia ini, persaingan
masih seputar mainan kesukaan, makanan kecil, dan perhatian.
Kegiatan kelompok yang singkat harus dimulai dan diawasi oleh orang
dewasa.
Berbeda dengan anak-anak SD. Di sini, kita akan melihat anak-anak
itu telah bermain dan berkarya dalam kerukunan. Mendapatkan
perhatian dari guru tetap menjadi hal yang penting, namun interaksi
dan penerimaan dari teman sebaya menjadi suatu hal yang diperlukan
di sini. Kecenderungan ini terus berlangsung sampai ke tingkat yang
lebih tinggi. (Kadang-kadang kecenderungan itu berkembang menjadi
sikap buruk yang dilakukan demi mendapat penerimaan dari teman-teman
mereka meskipun hal tersebut ditentang oleh guru.)
Seiring dengan meningkatnya kepedulian anak-anak terhadap teman
sebaya, mereka seharusnya menjadi lebih bertanggung jawab atas
perilaku yang memberikan pengaruh pada lingkungan sekitar mereka.
Guru pengamat bisa menolong murid untuk membangun kemampuan sosial
yang baik dengan menerapkan disiplin yang tepat, memberikan
semangat, dan merancang peluang agar anak-anak dapat bersekutu.
1. Berikan kesempatan untuk bergantian.
Sejak awal, anak-anak membangun perasaan yang kuat tentang
keadilan -- tetapi mereka biasanya lebih cepat meminta keadilan
daripada mengusahakannya. Tidak semua anak membangun kemampuan
sosial dengan tingkat yang sama, dan mereka yang berbuat tidak
baik harus dengan sungguh-sungguh ditegur, tetapi dengan kasih.
2. Pujilah usaha kerja sama mereka.
Tunjukkan peristiwa-peristiwa harmonis dan kerja sama yang
produktif. Tindakan-tindakan yang mendapatkan pujian akan mereka
ulangi.
3. Bantulah murid-murid untuk belajar bahwa kemampuan individual
bisa menjadi keuntungan bagi kelompok mereka.
Anak-anak tidak hanya perlu menghargai talenta mereka saja, namun
juga talenta teman-teman sekelas mereka.
4. Doronglah mereka untuk berpikir mandiri.
Tuntun dan berikan fasilitas, tetapi berikan pilihan. Gunakan
percakapan-percakapan bimbingan untuk menunjukkan perilaku yang
benar.
5. Berikan kesempatan untuk bersekutu.
Memberi anak-anak kesempatan untuk mengerjakan tugas dan bermain
dengan anak-anak lain dalam suasana kekristenan merupakan faktor
penting dalam mengembangkan perilaku mereka yang bisa diterima
dalam masyarakat. Anak-anak yang terlibat dalam program kelompok
tertentu mungkin mendapatkan kemampuan kepemimpinan. Proses yang
demokratis dan tanggung jawab yang dapat diterima merupakan
faktor penting dalam belajar untuk berbagi.
6. Membangun kepekaan sosial melalui pelayanan.
Carilah suatu proyek pelayanan yang bisa dikerjakan oleh
murid-murid Anda sesuai dengan kelompok usia mereka. Setiap
gereja memiliki tugas yang sederhana, tetapi menyita banyak waktu
sehingga membebani stafnya. Warga dewasa terbeban dengan
tugas-tugas yang sudah tidak dapat mereka selesaikan lagi.
Anak-anak bisa membantu -- dan mungkin menikmatinya -- dalam
mengerjakannya.
7. Jangan mendukung persaingan antara anak laki-laki dan perempuan.
Sikap antagonis terhadap teman yang berlainan jenis kelamin
muncul pada pertengahan tahun-tahun sekolah dasar. Menghormati
teman sebaya harus diajarkan untuk memperluas kelompok gender
anak. Persaingan tidak sama manfaatnya dengan kerja sama.
Ajarkan anak-anak bagaimana menerapkan firman Tuhan dalam hubungan
mereka dengan orang lain. Tunjukkan kepada mereka dengan memberikan
contoh bagaimana menunjukkan kasih-Nya. Dan tuntunlah mereka juga
dalam mengikuti panggilan Kristus untuk mengasihi sesama kita.
(t/Ratri)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: The Complete Handbook for Children`s Ministry
Judul asli artikel: Social Skill Development
Penulis: Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson
Penerbit: Thomas Nelson Publishers, Nashville 1993
Halaman: 302 -- 303
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/
BERBAGI: SEPATAH KATA SAJA
Refleksi untuk Orang Tua
Beberapa tahun yang lalu, Ibu Teresa mengunjungi San Diego dan
mengadakan pertemuan dengan para hamba Tuhan dan orang-orang awam
yang terlibat dalam pelayanan terhadap para tunawisma, orang-orang
yang sakit, terlantar, dan teraniaya. Ribuan orang berdatangan untuk
mendengar kata-kata bijak dan bimbingan yang akan disampaikan oleh
hamba Allah yang bertubuh kecil dan sederhana itu.
Ketika Ibu Teresa naik ke podium, sebuah pertanyaan diajukan
kepadanya: "Dengan begitu banyaknya orang yang membutuhkan
pertolongan, bagaimana kita berharap dapat berbuat sesuatu terhadap
wabah kemiskinan dan kelaparan yang merajalela, baik di tempat kita
masing-masing maupun di seluruh dunia?" Ia berdiri dan berdiam diri
beberapa saat, sambil memandang wajah-wajah yang sedang menanti
jawaban, lalu ia hanya mengucapkan sepatah kata, "Berbagilah."
Masyarakat yang bergaya hidup konsumerisme biasa menikmati kekayaan
berlimpah, sementara kita masih terus-menerus bergumul dengan adanya
kemiskinan di tengah-tengah kita. Kita juga harus bergumul dengan
sikap pribadi yang sering kali mengubah "keinginan" menjadi
"kebutuhan". Sampai di manakah ukuran "cukup" bagi kita? Kita harus
selalu mengajukan pertanyaan ini pada diri kita, baik secara
individu maupun kelompok.
Berbagi tidak hanya terbatas pada harta benda. Alkitab menyatakan
adanya hubungan langsung antara memberi harta benda dengan memberi
diri kita. Bila kita benar-benar mau memberi diri kita, kita tidak
akan keberatan untuk memberikan harta benda kita. Saat kita belajar
menghargai kasih lebih dari mengasihi harta kita, maka kita menjadi
orang-orang terkaya dalam Kerajaan Surga.
Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga
Bayangkan, seandainya kamu punya sebuah pisau. Sementara itu, tiga
orang temanmu masing-masing punya sebuah roti yang masih utuh, selai
kacang, dan jeli. Saat itu, waktu untuk makan siang sudah lewat dan
kalian merasa lapar. Kamulah yang akan merasa paling lapar sebab
paling tidak, teman-temanmu memiliki sesuatu untuk dimakan, meski
makanan-makanan itu tidak begitu enak jika dimakan secara terpisah.
Tetapi bagaimana jika kalian duduk bersama dan berbagi
makanan-makanan itu? Masing-masing akan menikmati roti lapis selai
kacang dan jeli.
Berbagi adalah sesuatu yang aneh. Bila kamu berbagi dengan
seseorang, berarti kamu mengurangi apa yang kamu miliki, tetapi
kemudian kamu justru mendapat lebih banyak! Bagaimana itu dapat
terjadi? Begini, seseorang yang melihat kamu membagi sesuatu ingin
melakukan hal yang sama, sehingga ia pun berbagi denganmu. Dengan
demikian, kamu memeroleh seorang sahabat dan kebahagiaan yang tidak
kamu miliki sebelumnya. Jika setiap orang mau berbagi, maka setiap
orang dapat memiliki lebih banyak.
Sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita bagikan, bukan hanya
benda-benda yang kita miliki, tetapi juga diri kita sendiri. Kita
dapat memberi diri kita dengan bersikap ramah, hormat, dan penuh
perhatian kepada orang lain.
Hari 1:
Orang muda yang kaya bertanya kepada Yesus (Markus 10:1, 13-22)
1. Apa yang diinginkan orang ini dari Yesus?
2. Apa saja yang mungkin menjadi penghalang bagimu untuk hidup bagi
Yesus? Sejauh mana kamu rela mengyingkirkan hal-hal itu?
Hari 2:
Uang si janda (Markus 12:38-44)
1. Mengapa Yesus menilai persembahan si janda lebih besar dari
persembahan orang kaya itu?
2. Diskusikanlah bagaimana kamu dapat memberi kepada orang lain.
Misalnya, apakah kamu memberi persembahan kepada gerejamu?
Hari 3:
Perempuan-perempuan yang melayani Yesus (Lukas 7:37-8:3)
1. Bagaimana perempuan-perempuan itu melayani Yesus?
2. Apakah kamu mengenal beberapa misionaris? Siapa yang mendukung
keuangan mereka sehingga mereka dapat terus melayani?
Hari 4:
Orang kaya yang serakah (Lukas 12:13-21)
1. Orang kaya ini memiliki lebih dari apa yang ia perlukan.
Bagaimana ia mengelola kekayaannya?
2. Bagaimana orang-orang pada masa kini berbuat seperti yang
dilakukan oleh orang kaya dalam perumpamaan itu?
Hari 5:
Tuailah apa yang kamu tabur (2 Korintus 9:17-19)
1. Bagaimana Allah memelihara hidup kita?
2. Bagaimana Tuhan memberkati keluarga Anda tahun ini?
Hari 6:
Pesan bagi mereka yang kaya (1 Timotius 6:17-19)
1. Bagaimana seharusnya kita menggunakan kekayaan kita?
2. Apa harapan Anda mengenai bagaimana keluarga Anda menggunakan
uang pada masa yang akan datang?
Aktivitas Khusus: Berbagi Barang
Barang-barang yang kita miliki tanpa terasa begitu cepat menumpuk.
Mainan yang sudah agak usang, pakaian yang sudah terlalu kecil,
buku-buku yang sudah tidak dibaca lagi -- tanpa sadar, sudah
memenuhi lemari-lemari di rumah Anda. Sediakanlah waktu untuk
membersihkan lemari-lemari tersebut. Sumbangkan sebagian
barang-barang Anda, yaitu benda-benda yang sudah tidak terpakai, ke
suatu organisasi di daerah Anda yang mungkin memerlukannya. Mungkin
juga tempat penitipan anak di gereja dapat menggunakan beberapa
mainan dan buku-buku tersebut. Keluarga Anda akan menikmati sukacita
dalam berbagi dengan orang lain!
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Belajar Bersama
Penulis: Janice Y. Cook
Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999
Halaman: 158 -- 160
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
HALAMAN MEWARNAI DAN CERITA ALKITAB DALAM BIBLEQUIZZES.ORG.UK
http://www.biblequizzes.org.uk/sunday-school-resources.php
Anda mencari sumber-sumber gratis untuk kegiatan mewarnai di sekolah
minggu? Silakan masuk ke dalam menu Sunday School situs ini. Dalam
halaman ini, terdapat gambar-gambar yang dapat Anda cetak lalu
diwarnai oleh anak-anak layan Anda. Anda dapat segera mengoleksinya
dengan masuk ke menu Colouring Sheets. Tidak hanya itu, ada pula
lebih dari dua puluh cerita Alkitab yang dapat Anda ambil sebagai
ide bahan mengajar dalam kelas sekolah minggu. Menu untuk
mendapatkan bahan-bahan mengajar tersebut bernama Sunday School
Lessons. Selain itu, situs ini sendiri sebenarnya merupakan sebuah
situs yang berisi kuis-kuis Alkitab. Karena itu, jika Anda ingin
mendapatkan kuis-kuis dan permainan-permainan sehubungan dengan
Alkitab, situs ini merupakan referensi yang tepat bagi Anda.
Oleh: Davida (Redaksi)
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
Membaca tanda-tanda sosial hanyalah merupakan langkah awal.
Langkah selanjutnya adalah memberi tanggapan.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|