|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 403/OKTOBER/2008
- SALAM DARI REDAKSI
- ARTIKEL: Kesanggupan untuk Merasakan Perasaan Orang Lain
- TIPS: Mengajarkan Empati pada Anak Prasekolah
- BAHAN MENGAJAR: Belas Kasihan
- WARNET PENA: Cerita-Cerita Alkitab dalam All True Bible Stories
for Children
- MUTIARA GURU
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/
Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,
Sekarang ini, semakin jarang kita temui anak-anak yang mudah
berempati terhadap perasaan orang lain. Tidak salah bila anak-anak
berbuat demikian karena mungkin saja mereka tidak dibiasakan untuk
peka dengan keadaan sekeliling mereka. Kemampuan anak untuk bisa
berempati atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,
tidak bisa begitu saja muncul dalam diri anak. Kemampuan ini harus
mulai ditanamkan dan dilatih sejak mereka berusia dini.
Mengasah kecerdasan emosional anak dalam empati bisa dimulai dari
hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Selain bisa melibatkan
perasaan anak secara langsung, anak-anak juga bisa belajar peka
terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti dalam edisi berikut ini,
redaksi mengajak Anda untuk menyimak sajian mengenai bagaimana
meningkatkan kecerdasan emosional anak dalam hal empati.
Kiranya edisi kali ini bisa memerluas pengetahuan Anda. Selamat
membaca.
Redaksi Tamu e-BinaAnak,
Christiana Ratri Yuliani
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah
yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan,
kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kolose+3:12 >
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
KESANGGUPAN UNTUK MERASAKAN PERASAAN ORANG LAIN
Apakah Empati?
Empati adalah kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan
orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan
orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan
kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang
lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.
Hubungan Antara Empati, Belas Kasihan, Kepedulian
Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan.
Karena seseorang berempati dengan orang lain, maka ia dapat merasa
belas kasihan pada orang lain, dan dari rasa belas kasihan, dapat
tumbuh rasa peduli yang dalam.
Empati Bersifat "Bumerang"
Pada sisi lain, empati bersifat seperti "bumerang". Perbuatan yang
kita lakukan terhadap orang lain memunyai efek emosional terhadap
diri kita sendiri. Jika karena perbuatan kita seseorang menjadi
senang atau menjadi menderita, perbuatan itu seakan-akan berbalik
kepada kita. Kita merasa senang jika kita berbuat yang menyenangkan,
dan merasa bersalah (guilty feeling) jika kita membuat orang
menderita.
Hati nurani yang mulai tumbuh pada anak yang peka pada usia sekitar
lima tahun adalah kesadaran yang membantu seseorang membedakan
apakah sebuah perbuatan baik atau buruk. Pada anak di bawah usia
lima tahun, ukuran apakah sebuah perbuatan baik atau buruk
tergantung oleh akibat yang ditimbulkan perbuatan tersebut -- apakah
ia mendapat pujian atau hukuman karena melaksanakan hal tersebut.
Tetapi pada waktu usia kira-kira 7 -- 11 tahun, mulai tumbuh
kesanggupan pada anak untuk belajar menilai sendiri moral sebuah
perbuatan. Maka usia anak SD adalah masa yang amat penting untuk
pembentukan hati nurani seseorang, karena mereka sudah bisa melihat
dari sudut pandang orang lain dan dapat membayangkan akibat
perbuatannya terhadap perasaan orang lain. Anak-anak perlu merasa
hatinya tertusuk dan merasa bersalah ketika menyadari bahwa ia telah
melukai orang, baik secara fisik atau perasaan. Dari peristiwa ini
akan tumbuh kepedulian yang sejati. Karena itu, empati mendorong
kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.
Simpati-Empati
Perbedaan dengan simpati adalah saat kita bersimpati, itu berarti
kita senang dan peduli akan orang tersebut (simpathy: you care about
the other person). Tetapi kalau kita berempati, kita seakan-akan
masuk ke dalam orang tersebut dan menjadi seperti orang tersebut
(empathy: you are the other person).
Empati; Kesediaan Berbuat Baik (Altruisme)
Kalau kita merasakan apa yang dirasakan orang lain, kita ingin
melakukan sesuatu untuk orang itu. Hubungan antara empati dan
kesediaan berbuat baik (altruisme) telah dicatat oleh banyak hasil
penyelidikan psikolog. Empati yang tinggi memerbesar kesediaan untuk
menolong, untuk berbagi, dan untuk berkorban demi kesejahteraan
orang lain.
Kesanggupan untuk berempati adalah kesanggupan bawaan yang ada pada
tiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda. Ada anak yang
dilahirkan dengan lebih banyak kesanggupan untuk turut merasakan ada
yang kurang. Psikolog anak telah menemukan kesanggupan empati pada
anak yang berusia satu setengah tahun, ketika ia melihat seorang
anak sedih, ia menawarkan bonekanya untuk menghibur anak tersebut.
Dengan perkembangan kesanggupan berbahasa, berkembang juga
kesanggupan untuk berempati.
USUL UNTUK ORANG TUA, PENDIDIK LAIN, ATAU GURU
Usaha untuk Menumbuhkan Empati
1. Menceritakan apa dan mengapa perasaan orang. Empati dapat
ditumbuhkan dengan menceritakan apa dan mengapa seseorang
mengalami sesuatu. Seseorang akan lebih mudah turut merasa dengan
orang lain kalau orang itu memunyai informasi tentang apa yang
dirasakan orang itu (what the person feels). Selanjutnya, orang
akan lebih bersedia untuk berempati kalau ia mengerti mengapa
orang itu merasa seperti yang dirasakannya (why he feels as he
does). Informasi yang paling efektif untuk membangkitkan empati
adalah informasi mengenai apa yang sedang diperjuangkan orang itu
dan apa perjuangannya untuk mencapai tujuannya.
2. Menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan. Selanjutnya,
orang tua, pendidik lainnya, atau guru perlu menopang kesediaan
anak untuk berempati dengan menyatakan kesenangan, pujian, atau
penghargaan mereka atas empati yang ditunjukkannya.
3. Menunjukkan akibat dari perbuatan anak terhadap perasaan orang
lain. Orang tua yang secara konsisten bereaksi terhadap perbuatan
negatif anaknya dengan menunjukkan pada perasaan yang telah
ditimbulkannya pada orang tersebut, cenderung memunyai anak yang
lebih sanggup memahami sudut pandang orang lain, lebih empatik,
dan lebih bersedia berbuat baik.
4. Sekali empati telah dibangkitkan, dorongan pada anak untuk
berbuat baik akan datang dari diri anak itu sendiri. Di sini,
empati akan bertindak sebagai pencetus untuk disiplin diri.
Latihan untuk Mengembangkan Anak Bersikap Empati
1. Salah satu cara terbaik untuk mengajar anak berempati ialah
dengan bermain peran (role play). Dengan bermain peran, anak
diajak untuk mengalami dunia dari sudut pandang orang lain.
Dengan membayangkan bahwa dirinyalah yang menjadi orang tersebut,
ia bisa melihat dari mata orang tersebut, bersikap seperti orang
tersebut, dan bisa menyelami perasaan orang itu. Dengan
membayangkan secara terpimpin, seorang anak akan memahami dan
peduli terhadap tujuan dan perjuangan seseorang. Adalah penting
dalam permainan peran ini bahwa anak mendapat kesempatan untuk
mencoba peran yang tidak biasa baginya, sehingga ia belajar
melihat dari sudut pandang orang lain. (Perhatian: setelah role
play selesai, anak perlu dibebaskan kembali dari peran ini,
de-role, dan menjadi dirinya kembali). Misalnya, dengan
mengatakan bahwa mereka telah bermain dengan baik dan sekarang
kembali menjadi A atau B. Lalu tanyakan bagaimana rasanya menjadi
X atau Y.
2. Kejadian sehari-hari dapat digunakan sebagai latihan empati.
Misalnya, saat ibu meminta anak remajanya untuk mengecilkan suara
radionya yang terlalu bising, ia perlu mengatakan kebutuhan dan
perasaannya, serta menjelaskan akibat yang dirasakan si ibu dari
suara bising tersebut. Keterangan ini membuat anak merespons
berdasarkan rasa peduli akan ibunya dan bukan karena rasa takut
dimarahi.
Di permukaan, bisa jadi persoalan ini tampak sebagai persoalan
disiplin, tetapi apa yang tampak sebagai persoalan disiplin
sering kali pada dasarnya adalah karena kurang kepekaan dan
kepedulian serta kurang dapat menempatkan diri di tempat orang
lain.
3. Peran teladan (role model). Dengan mendengar biografi dari
orang-orang yang terkenal akan kepedulian mereka, anak belajar
untuk mencontoh perilaku tersebut. Mencontoh teladan adalah cara
terpenting untuk mengajar anak berperilaku peka dan peduli.
4. Diskusi kelompok mengenai bagaimana perbuatan memengaruhi
perasaan. Misalnya, mengenai topik:
sesuatu yang kulakukan yang membuat ibu senang,
sesuatu yang kulakukan yang membuat ayah marah, atau
sesuatu yang kulakukan yang membuat teman senang.
5. Menyimpulkan atau curah pendapat tentang berbagai perasaan yang
dimiliki orang.
Prinsip-Prinsip untuk Melatih Empati dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Minta agar anak memerhatikan perasaan orang lain. Minta ia untuk
membayangkan bagaimana perasaannya kalau ia di tempat orang
tersebut.
2. Beritahukan akibat yang ditimbulkannya pada perasaan orang lain.
3. Terangkan mengapa orang merasa demikian.
4. Tanyakan perbuatan apa yang dapat dilakukannya yang lebih
bersikap peduli pada orang lain.
5. Kita katakan kepadanya bahwa kita meminta atau berharap ia
bersikap lebih peduli dan panjang pikiran.
6. Hargai, puji, dan nyatakan kegembiraan kita kalau ia bersikap
panjang pikiran. Tunjukkan kekecewaan kita kalau ia bersikap
sebaliknya.
7. Ceritakan kepada anak perasaan empati kita pada seseorang, dan
perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang tersebut.
8. Beri contoh tentang orang yang bersikap empati dan orang yang
tidak, dan nyatakan penghargaan kita atas kebaikan orang.
9. Bantulah ia menolak pengaruh negatif dari teman yang mengejek
perasaan empatinya.
10. Dalam mencari teman, anjurkan ia memertimbangkan kesanggupan
anak tersebut untuk merasa empati.
Kesanggupan untuk Menyatakan Kepedulian dalam Tindakan Nyata
Kesanggupan untuk mengobservasi, untuk merasakan dengan orang lain
(empati), baru ada gunanya kalau kesanggupan itu ditindaklanjuti
dengan perbuatan nyata.
Perbuatan tersebut bukan hanya akan menyenangkan orang yang
ditolong, tetapi terutama akan menyenangkan diri si pemberi bantuan
tersebut. Yang paling kita ingat dari pengalaman hidup kita ialah
kejadian atau peristiwa di mana kita telah melakukan sesuatu untuk
orang lain.
Salah satu faktor penting untuk membangun kesanggupan menyatakan
kepedulian dalam tindakan nyata ialah latihan bertanggung jawab.
Sebuah studi di Universitas Harvard menunjukkan hubungan yang jelas
antara besarnya tanggung jawab yang diberikan kepada anak dan
kecenderungan untuk bersedia mementingkan orang lain.
Tampaknya anak-anak yang diberikan segala sesuatu kecuali tanggung
jawab, tidak hanya menjadi anak yang manja, tetapi juga cenderung
kehilangan perasaan dan kepedulian mereka kepada orang lain.
Usul untuk Orang Tua, Pendidik Lain, atau Guru
Cara yang paling efektif untuk memberikan bantuan atau pelayanan
ialah dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh orang tersebut.
Kita harus berpikir dengan keras untuk merumuskan apa sebetulnya
kebutuhannya yang sungguh-sungguh, dan memertimbangkan apa jalan
keluar yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Kita harus berusaha
memberikan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diingini orang. Kita
dapat membedakan keduanya, kalau secara objektif kita bertanya pada
diri sendiri, apa akibat dari pemberian kita itu.
Kadang-kadang, apa yang kita inginilah yang menjadi penghalang untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Karena yang kita ingini untuk orang
lain bisa jadi tidak sesuai dengan yang dibutuhkannya. Cara lain
yang dapat ditempuh adalah dengan menanyakan apa yang dibutuhkan
orang itu.
Di samping bantuan atau pelayanan yang telah dipikirkan dan
direncanakan dengan masak-masak, ada jenis bantuan yang diberikan
dengan mendadak spontan. Misalnya, membantu seorang ibu memunguti
belanjaannya yang jatuh.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Ajarlah Mereka Melakukan
Penulis: Dr. Andar Ismail
Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998
Halaman: 191 -- 197
______________________________________________________________________
o/ TIPS o/
MENGAJARKAN EMPATI PADA ANAK PRASEKOLAH
Empati adalah suatu kemampuan untuk memahami bagaimana orang lain
merasakan suatu keadaan. Bagaimana dan kapan anak-anak membangun
kemampuan ini?
Empati adalah suatu keterampilan yang pada umumnya tidak dipelajari
oleh anak-anak sampai mereka berusia setidaknya empat tahun. Awal
masa prasekolah bisa menjadi masa yang sulit bagi anak-anak karena
mereka masuk ke dunia bermain dan sekolah di mana mereka harus siap
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Orang tua dari
anak-anak yang berusia di bawah empat tahun sering kali terkejut
saat anak-anak mereka tidak mau berbagi, merebut mainan, atau
memukul. Ini mungkin karena anak-anak belum membangun rasa empati.
Anak-Anak Prasekolah yang Membangun Empati
Seperti yang dilaporkan di majalah terbitan University of Toronto,
"Leading Edge", Professor Kang Lee dari Zhejiang Normal University
di Tiongkok mengadakan penelitian yang menunjukkan bahwa anak prasekolah
usia tiga tahun belum belajar bagaimana memuji orang lain. Mereka
dengan jujur menilai lukisan yang dibuat orang lain meskipun orang
yang melukis itu ada di dekatnya. Anak-anak usia empat tahun dan
yang berusia di atasnya mulai memberikan lebih banyak pujian atas
lukisan itu saat pelukisnya ada daripada saat pelukisnya tidak ada.
Ini menunjukkan bahwa anak-anak ini telah belajar merasakan perasaan
orang lain, atau berempati kepada mereka.
Bagaimana Mengajarkan Empati kepada Anak-Anak
Belajar berempati bisa menjadi proses yang lambat bagi anak-anak.
Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa kemampuan ini tidak
bisa muncul sampai anak berusia empat tahun ke atas, tetapi orang
tua seharusnya masih bisa melakukan dan memberikan contoh di
tahun-tahun sebelumnya.
Mendiskusikan Perasaan dengan Anak-Anak
Mengenali emosi adalah suatu langkah awal untuk membangun empati.
Perkenalkan konsep perasaan kepada anak Anda sejak dini. Saat anak
Anda menunjukkan perasaan yang kuat, tunjukkan namanya kepada anak
Anda. Hal ini akan membantu dia belajar mengenali kapan dia merasa
sedih, marah, bahagia, bosan, dan emosi-emosi lainnya.
Bicarakan perasaan Anda dengan anak Anda. Misalnya, bila anak Anda
impulsif dan memukul Anda, katakan padanya bahwa Anda marah dan
dipukul itu menyakitkan. Bila Anda tersandung, katakan pada anak
Anda bahwa tersandung itu membuat sakit sehingga Anda berteriak.
Biarkan dia tahu bahwa setiap orang punya perasaan. Selain itu,
tunjukkan perasaan bahwa Anda melihat apa yang ditunjukkan orang
lain, baik di kehidupan nyata maupun di televisi atau buku-buku.
Orang Tua Harus Memberi Contoh Empati kepada Anak-Anak
Orang tua selalu menjadi guru yang paling penting bagi anaknya.
Seorang anak akan belajar dari melihat bagaimana orang tua bereaksi
atas situasi tertentu. Bila Anda menunjukkan empati pada anak Anda
saat dia terluka atau sedih, maka anak Anda akan belajar dari hal
ini dan mulai menunjukkan empati kepada orang lain. Bila Anda
membantu orang lain, anak Anda juga akan segera belajar mengulurkan
tangan.
Meskipun orang tua bisa frustasi karena anak belum membangun empati,
orang tua bisa mengajarkannya sehingga kemampuan ini muncul.
Mengajarkan empati dengan mengajar anak untuk mengenali emosi dan
dengan menjadi contoh. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Suite101.com
Judul asli artikel: Teach Empathy to Preschoolers
Nama penulis: Barb Hacker
Alamat URL: http://parentingmethods.suite101.com/article.cfm/preschool_children_and_empathy
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/
BELAS KASIHAN
Pada suatu hari, dua pemuda dibawa menghadap seorang raja. Pemuda
yang pertama adalah seorang yang sangat jahat. Ia telah membunuh
seseorang yang sama sekali tidak berbuat salah kepadanya. Sang raja
melihat bahwa orang ini tidak menyesali perbuatannya. Mungkin pemuda
ini akan membunuh pemuda yang lain lagi.
"Masukkan pemuda ini ke dalam penjara!" perintah raja. Orang-orang
menyebut keputusan raja ini "adil" karena raja menjatuhkan hukuman
yang setimpal dengan perbuatan pemuda itu.
Pemuda yang kedua bukanlah seorang yang jahat. Ia telah membunuh
seseorang, tetapi hal ini dilakukannya dengan tidak sengaja. Ia
sangat menyesali perbuatannya dan memohon kepada raja agar ia tidak
dimasukkan ke dalam penjara. Menurut kamu, apakah yang akan
dilakukan sang raja?
Renungan Singkat tentang Belas Kasihan
1. Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda yang pertama? Apakah yang
telah dilakukan oleh pemuda yang kedua? Di manakah letak
perbedaan antara pemuda yang pertama dan yang kedua?
2. Apakah yang akan kamu lakukan seandainya kamu adalah raja?
Mengapa? Menurut kamu, apakah yang akan dilakukan oleh sang raja?
Mengapa?
Raja itu merasa kasihan kepada pemuda yang kedua. Ia tahu bahwa
pemuda itu tidak akan menyakiti orang lain lagi.
"Saya akan membebaskan kamu," kata sang raja. "Saya mengampunimu dan
kamu tidak akan dimasukkan ke dalam penjara."
Pemuda itu bersujud di hadapan raja dan mengucapkan terima kasih
kepadanya. Ia tahu bahwa raja itu bisa saja memasukkannya ke dalam
penjara, tetapi ia tidak melakukannya. Raja merasa kasihan kepadanya
dan mengampuninya, walaupun sebenarnya raja bisa saja menghukum dia.
Ketika seseorang berbuat demikian, kita menyebutnya "belas kasihan".
Pernahkah seseorang menaruh belas kasihan kepadamu? Misalnya,
seseorang memberi kamu sesuatu yang sebenarnya tidak patut kamu
terima. Atau seseorang tidak menghukummu, padahal sebenarnya kamu
patut dihukum.
Renungan Singkat Tentang Tuhan Yesus dan Kamu
1. Pernahkah kamu melakukan sesuatu yang salah? Kita masing-masing
pernah berbuat salah, bukan? Itulah yang dinamakan dosa. Kita
patut dihukum atas dosa kita itu.
2. Menurut kamu, bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita tinggi
hati dan tidak menyesali dosa kita? Apakah Ia akan mengampuni
kita? Bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita menyesali dosa
kita dan meminta ampun kepada-Nya? Apakah Ia akan mengampuni
kita? Tuhan Yesus ingin menunjukkan belas kasihan-Nya kepada
kita, sama seperti yang telah dilakukan raja itu.
Bacaan Alkitab: Mazmur 103:1-14
Kebenaran Alkitab:
Terpujilah Tuhan, karena Ia telah mendengar permohonanku (Mazmur
28:6).
Doa:
Terima kasih, ya, Tuhan Yesus, karena Engkau menunjukkan belas
kasihan-Mu pada saat Engkau sebenarnya dapat saja menghukum saya.
Saya sungguh senang karena Engkau mengasihi saya. Amin.
Diambil dari:
Judul buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-Anak
Penulis: V. Gilbert Beers
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1986
Halaman: 90 -- 91
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
CERITA-CERITA ALKITAB DALAM
ALL TRUE BIBLE STORIES FOR CHILDREN
http://www.alltruebible.com/
Memiliki banyak sumber ide dapat memerkaya para guru sekolah minggu
ketika menunaikan tugas pelayanannya. Oleh karena itu, tidak
habis-habisnya e-BinaAnak menyediakan sumber-sumber ide bagi
rekan-rekan sekalian. Seperti situs yang satu ini, All True Bible
Stories for Children. Meskipun tampilannya sederhana, situs ini
menyediakan cerita-cerita Alkitab yang dikemas dalam bahasa yang
mudah dipahami oleh anak-anak dan dirangkai dalam aplikasi kehidupan
sehari-hari. Bahasa pengantar situs ini adalah bahasa Inggris, namun
dapat diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dengan mudah karena
bahasa yang digunakan juga tidak sulit. Saat ulasan ini diturunkan,
sudah terdapat tujuh bagian cerita Alkitab, yaitu cerita Alkitab
dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yoshua,
dan Hakim-Hakim. Selamat meraup sebanyak mungkin ide dalam setiap
cerita di situs ini.
Oleh: Davida (Redaksi)
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
Jadilah contoh dan ajarkanlah perasaan berempati
kepada anak-anak.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|