|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 398/SEPTEMBER/2008
- SALAM DARI REDAKSI
- ARTIKEL 1: Mengajar dengan Bermain Peran (Role Play)
- ARTIKEL 2: Role Play (Bermain Peran)
- KESAKSIAN GSM: Ayo, Bermain Peran!
- WARNET PENA: Baru! Naskah Operet Natal di PEPAK
- MUTIARA GURU
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/
Shalom,
"Banyak jalan menuju Roma ...."
Siapa yang tidak pernah mendengar ungkapan di atas? Ungkapan di atas
merupakan sebuah ungkapan terkenal yang maknanya adalah bahwa untuk
mencapai satu tujuan, seseorang dapat melakukan berbagai macam cara.
Ungkapan ini pun dapat menjadi dasar para pelayan anak dalam
menyampaikan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak layannya.
Ya, banyak kreasi mengajar yang dapat kita lakukan dan kembangkan
dalam pelayanan anak yang kita geluti. Tidak hanya dengan cara yang
itu-itu saja. Seiring dengan perkembangan zaman, metode mengajar pun
tentunya berkembang. Gaya belajar dan perilaku anak zaman sekarang
pun semakin menuntut kreativitas guru dalam mengajar. Mengajar
dengan satu metode saja tidaklah cukup, bahkan akan sangat tidak
efektif. Melihat kebutuhan kreasi mengajar dalam sekolah minggu,
maka e-BinaAnak minggu ini akan membawa kita melihat berbagai macam
kreasi mengajar yang mungkin sangat jarang digunakan dalam kelas
sekolah minggu Anda. Kreasi-kreasi tersebut kiranya dapat menambah
kreativitas Anda dalam mengajar, atau paling tidak dapat menjadi ide
untuk mengembangkan kreasi yang sudah ada, bahkan menciptakan kreasi
yang baru. Berikut berbagai kreasi mengajar yang akan kita pelajari
bersama-sama sepanjang bulan September ini.
1. Role Play (Bermain Peran),
2. Drama,
3. Menulis, dan
4. Permainan.
Silakan menyimak edisi pertama e-BinaAnak di September ceria ini.
Kiranya menjadi berkat dan penambah semangat bagi Anda dalam
melayani anak-anak layan Anda.
Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
(2 Timotius 3:16)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Timotius+3:16 >
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
MENGAJAR DENGAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAY)
Teknik yang terkenal akhir-akhir ini, bermain peran (role play),
mengajak kita kembali kepada psikoterapi tahun 1930-an. Sejak itu,
"role play" telah berkembang menjadi berbagai bentuk dan variasi
pendidikan dari tingkat pemula di sekolah dasar hingga ke tingkat
yang lebih tinggi dalam pelatihan manajerial bisnis eksekutif.
Banyak guru yang tidak bisa membedakan antara "role play" dan drama.
Meskipun keduanya tampak sama, tetapi mereka sangat berbeda dalam
gaya. Mungkin perbedaan yang paling menonjol adalah pada
pelaksanaannya; drama yang asli biasanya menggunakan naskah,
sedangkan role play menggunakan unsur spontan atau setidaknya reaksi
yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu.
Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam
posisi dan situasi tertentu. Dalam ilmu manajerial, ketidaksesuaian
dalam pengenalan peran ditunjukkan sebagai "role conflict" (konflik
peran) -- saran yang tidak konsisten, yang diberikan kepada
seseorang oleh dirinya sendiri atau orang lain. Role play sebagai
suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar
dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu
masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa
mengenali tokohnya.
Beberapa tahun yang lalu, salah satu kelas di seminari saya
mengadakan permainan peran (role play) dengan cara yang unik.
Permainan peran ini menitikberatkan pada semangat yang dapat
disertakan dalam teknik mengajar ini. Kelompok-kelompok kecil di
kelas telah ditunjuk untuk memeragakan berbagai metode mengajar di
kelas. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai seorang pria
yang terluka serius karena kecelakaan mobil. Peran lainnya adalah
Tuhan berusaha menjelaskan kepada pemuda yang memberontak ini
tentang rencana-Nya, termasuk bencana ini, meskipun anak muda ini
sudah masuk ke sekolah Kristen dan memberikan hidupnya untuk
pelayanan.
Kelompok ini kemudian menyusun kursi membentuk lingkaran di dalam
kelas. Di tengah lingkaran, dua kursi saling berhadapan dan
dimulailah percakapan yang tidak direncanakan sebelumnya. Pria muda
itu marah kepada Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Respons
yang lembut dari pemain lain dan dialog-dialog berikutnya
menciptakan suatu semangat belajar yang tidak akan segera dilupakan.
Nilai-Nilai dari Permainan Peran
Role play bisa dipakai untuk murid segala usia. Bila role play
digunakan pada anak-anak, maka kerumitan situasi dalam peran harus
diminimalisir. Tetapi bila kita tetap memertahankan kesederhanaannya
karena rentang perhatian mereka terbatas, maka permainan peran juga
bisa digunakan dalam mengajar anak-anak prasekolah.
Dalam Permainan Peran, Kita Bisa Melakukan Kesalahan.
Kesalahan-kesalahan itu bisa menguji beberapa solusi untuk
masalah-masalah yang sangat nyata, dan penerapannya bisa segera
dilakukan. Permainan peran juga memenuhi beberapa prinsip yang
sangat mendasar dalam proses belajar mengajar, misalnya keterlibatan
murid dan motivasi yang hakiki. Suasana yang positif sering kali
menyebabkan seseorang bisa melihat dirinya sendiri seperti orang
lain melihat dirinya.
Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik
perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas.
Bila seorang guru yang terampil bisa dengan tepat menggabungkan
masalah yang dihadapi dengan kebutuhan dalam kelompok, maka kita
bisa mengharapkan penyelesaian dari masalah-masalah hidup yang
realistis.
Permainan peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam
kelas. Meskipun pada awalnya permainan peran itu tampak tidak
menyenangkan, namun ketika kelas mulai belajar saling percaya dan
belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka "sharing" mengenai
analisa seputar situasi yang dimainkan akan membangun persahabatan
yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti dalam
pelajaran.
Masalah-Masalah dalam Permainan Peran
Mungkin kekurangan utama dari pengajaran melalui permainan peran ini
adalah ketidakamanan anggota kelas itu. Beberapa anak mungkin
memberikan reaksi negatif dalam berpartisipasi mengenai situasi yang
akan dibahas dan mungkin dikritik oleh anggota lain di kelas itu.
Permainan peran memerlukan waktu. Diskusi dalam kelas mengenai
permainan peran yang dimainkan selama 5 -- 10 menit mungkin bisa
membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Kadang-kadang hasil yang
benar-benar bermanfaat dapat dicapai. Pada kesempatan yang lain,
karena penampilan yang tidak efektif dari pemainnya, atau penanganan
yang salah karena guru tidak mempersiapkannya dengan baik, hasilnya
mungkin hanya pengulangan yang dangkal dari apa yang sudah diketahui
oleh setiap orang mengenai masalah yang dibahas.
Hubungan antarorang yang ada dalam kelompok merupakan suatu faktor
yang penting agar permainan peran bisa berhasil. Kadang-kadang
hubungan ini muncul sebagai faktor negatif. Misalnya,
kesulitan-kesulitan interpersonal yang pernah dialami oleh anggota
kelompok bisa muncul di kelas dan merusak suasana permainan peran.
Juga bila kelompok itu terdiri dari orang-orang yang berbeda status,
mereka mungkin enggan untuk terlibat karena takut direndahkan di
depan anggota lain di kelas itu yang lebih pintar dan terkenal.
Kesulitan-kesulitan dengan metode ini berat, tetapi tidak berarti
tidak dapat diatasi, atau terlalu luas sehingga kita harus
menghindari menggunakan permainan peran. Manfaat yang paling besar
dari metode ini dengan cepat menyeimbangkan kesulitan-kesulitan yang
nampaknya sangat nyata dalam tahap-tahap persiapan awal.
Prinsip-Prinsip Supaya Permainan Peran Bisa Efektif
Sebagai suatu teknik mengajar, permainan peran didasarkan pada
filosofi bahwa "makna ada pada orang-orang", bukan dalam kata-kata
atau simbol-simbol. Bila filosofi itu akurat, kita terlebih dahulu
harus membagikan makna, menjelaskan pemahaman kita atas setiap
makna, dan kemudian, bila perlu, mengubah makna-makna kita.
Dalam bahasa psikologi "phenomenologikal", hal ini harus dilakukan
dengan mengubah konsep diri. Konsep diri sangat tepat bila diubah
melalui keterlibatan langsung dalam suatu situasi masalah yang
realistis dan berhubungan dengan hidup daripada melalui apa yang
didengar dari orang lain tentang situasi-situasi itu.
Menciptakan suasana mengajar yang bisa membawa perubahan konsep diri
membutuhkan pola pengaturan yang berbeda. Salah satu struktur
permainan peran yang mungkin bisa sangat membantu adalah sebagai
berikut.
1. Persiapan
a. Tentukan masalah
b. Buat persiapan peran
c. Bangun suasana
d. Pilihlah tokohnya
e. Jelaskan dan berikan pemanasan
f. Pertimbangkan latihan
2. Memainkan
g. Memainkan
h. Menghentikan
i. Melibatkan penonton
j. Menganalisa diskusi
k. Mengevaluasi
Meskipun kita tidak punya waktu untuk menggali setiap detail ini,
tetapi penting untuk kita perhatikan bahwa semuanya berfokus pada
pengalaman kelompok, bukan pada perilaku unilateral guru. Kelompok
harus berbagi dalam menentukan masalah, membawakan situasi dalam
role play, mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman.
Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga baik tokoh
maupun penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Dalam memilih
tokoh, guru yang bijaksana akan mencoba menerima para sukarelawan
daripada memberikan tugas. Murid harus menyadari bahwa kemampuan
berperan dalam permainan peran ini tidak kaku, tetapi spontan bebas
memeragakan tokoh yang muncul dalam situasi tersebut.
Para pemain mungkin dilatih di depan umum sehingga penonton tahu apa
yang diharapkan atau mungkin juga pemain dilatih secara pribadi
sehingga penonton dapat menafsirkan arti dari perilaku mereka.
Biarkan kreativitas dari pemainnya berkembang dalam memerankan tokoh
dan jangan terlalu kaku pada situasinya.
Situasi diskusi dan analisa permainan peran tergantung pada seberapa
baiknya kita melibatkan penonton. Pertanyaan kunci yang mungkin
ditanyakan oleh pemimpin dan/atau kelompok-kelompok mungkin mulai
terbentuk. Seluruh anggota kelompok (para pemain dan penonton)
seharusnya berpartisipasi, dan reaksi-reaksi pemain mungkin memberi
manfaat dibandingkan dengan penonton.
Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam
situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton
harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk
mengatasi masalah-masalah yang disampaikan.
Penting untuk mengevaluasi permainan peran dengan tujuan-tujuan yang
sudah ditentukan. Mengelompokkan perilaku sering kali dilakukan
secara berlebihan dan masuk dalam proses belajar. Evaluasi harus
dilakukan pada kedua kelompok dan dalam tingkat-tingkat pribadi,
pertanyaan yang muncul seputar kevalidan tujuan utama.
Dari keseluruhan proses, perlu untuk menghadapi masalah-masalah
tertentu yang muncul pada saat permainan peran diadakan. Sebaliknya,
anggota yang hanya diam saja harus didorong untuk ikut
berpartisipasi. Ciptakan suasana di mana dia tidak perlu takut untuk
membagikan ide-ide, percaya bahwa tidak ada seorang pun yang akan
menertawakan masukannya atau dengan kasar mengkritik kesimpulannya.
Peserta yang terlalu memonopoli harus ditegur pada saat diskusi
permainan peran supaya dia tidak mendominasi kelompok sehingga
justru menghentikan semangat diskusi. Penyelesaian masalah mungkin
membutuhkan beberapa konseling pribadi di luar kelas. Tekanan dan
konflik di dalam kelompok tidak selalu buruk. Kadang-kadang
elemen-elemen ini bertindak sebagai perangsang untuk berpikir. Ada
hal yang dinamakan "tekanan supaya kreatif", dan ini sering kali
ditemukan dalam suatu permainan peran ketika semangat dalam kelompok
itu mulai muncul.
Di akhir diskusi, kelompok secara kolektif mengukur keefektivan
dalam memberikan solusi yang alkitabiah terhadap masalah yang
diberikan di awal kegiatan. Teknik permainan peran ini memberikan
pendekatan untuk melibatkan murid-murid dalam proses belajar mereka
sendiri terhadap penjelasan konsep diri, evaluasi perilaku, dan
meluruskan perilaku tersebut dengan kenyataan. Anda bisa melihat
mengapa ini menjadi pendekatan yang diperlukan dalam prosedur kelas
untuk guru Kristen. Dengan berdoa mohon pimpinan Roh Kudus,
permainan peran bisa menjadi alat mengajar yang efektif di kelas
Kristen. (T/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: 24 Ways to Improve Your Teaching
Judul asli artikel: Teaching Through Role Playing
Penulis: Kenneth O. Gangel
Penerbit: Victor Books, Illinois 1986
Halaman: 22 -- 26
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL 2 o/
ROLE PLAY (BERMAIN PERAN)
Dalam "role play", anak-anak berperan sebagai orang lain -- mereka
memainkan suatu peran. Namun, permainan ini tidak perlu latihan dan
tidak untuk hiburan. Role play biasanya menyampaikan suatu masalah
sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang
memainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan --
bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi. Karena
kekristenan berkaitan dengan hubungan pribadi, role play akan sangat
efektif bila digunakan untuk mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab
mengenai perilaku.
Tidak seperti beberapa metode mengajar lainnya, guru pemula
seharusnya tidak memutuskan, "Hari ini kita akan mencoba bermain
role play." Guru yang menggunakan metode ini harus memahami metode
dan bagaimana menggunakannya sebelum mencobanya di kelas. Role play
digunakan oleh beberapa psikolog dan psikiater, tetapi guru tidak
boleh menggunakan role play untuk menyelesaikan masalah-masalah
psikologis! Role play yang dimainkan di dalam kelas harus sebatas
pengalaman-pengalaman sehari-hari dari anak-anak yang terlibat di
dalamnya.
Sebelum menggunakan role play, guru harus belajar sebanyak mungkin
mengenai role play ini. Guru harus membaca, mengamati role play yang
dimainkan di dalam kelas, dan bila memungkinkan, melihat film
mengenai role play ini dan mendiskusikan metodenya dengan guru lain.
Kemudian dia mungkin bisa siap untuk melakukan role play ini. Ketika
seorang guru menggunakan role play ini, dia akan membentuk suatu
pandangan terhadap peluang-peluang atas metode ini.
Seorang guru kelas dua telah memutuskan untuk mencoba role play ini.
Dia juga telah memutuskan untuk menggunakannya dalam memecahkan
masalah-masalah di rumah. Dia mengatakan, "Ada masalah di rumah
Smith. Bobby dan Betty ingin menonton acara TV yang berbeda.
Menurutmu apa yang akan terjadi?" Kemudian setelah beberapa
sukarelawan memberikan pendapat tentang apa yang akan terjadi, guru
bisa mengatakan, "Maukah kamu menunjukkan pendapatmu tentang apa
yang akan terjadi?" Guru harus memilih anak-anak yang dengan cepat
mau menjadi sukarelawan karena anak-anak ini telah merasakan
beberapa tanda tentang Bobby dan Betty. Guru mengulangi situasi yang
terjadi sehingga semuanya bisa mengerti.
"Sekarang Ronnie dan Jannet, tunjukkan apa yang menurutmu akan
terjadi. Bagaimana Bobby dan Betty menyelesaikan masalah mereka?"
Setelah anak-anak ini menunjukkan penyelesaian masalah, guru bisa
memanggil sukarelawan lainnya. Mungkin beberapa anak ada yang ingin
menjadi ayah atau ibu dalam permainan ini. Adegan ini bisa diulang
beberapa kali dengan pemain sukarelawan yang berbeda. Guru akan
menghentikan permainan bila pemainnya telah memberikan penyelesaian
masalah, telah mengeluarkan semua ide mereka, atau karena guru ingin
memberikan beberapa informasi tambahan atas masalah tersebut.
Di akhir role play, atau setelah setiap adegan selesai, guru harus
memimpin suatu diskusi tentang penyelesaian atas masalah itu. Namun,
guru harus selalu sangat berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa
hanya ada satu penyelesaian. Bila hal ini terjadi, maka di permainan
role play berikutnya anak-anak akan cenderung mencari persetujuan
guru terlebih dahulu. Guru harus membimbing melalui evaluasi untuk
mendapatkan penyelesaian yang tepat. Atau dia bisa juga mengumpulkan
berbagai penyelesaian sebagai referensi di masa yang akan datang,
berusaha menjelaskan apakah mereka melanggar prinsip-prinsip Alkitab
atau tidak. Bila Ronnie menyarankan supaya Bobby boleh menonton
acara TV kesukaannya karena ada campur tangan dari orang tuanya
setelah Betty memukulnya, maka ini bukanlah penyelesaian yang sesuai
dengan prinsip Kristen. Namun, guru harus menolong anak-anak supaya
bisa sampai pada keputusan ini. Guru tidak boleh mengatakan kepada
mereka apa yang seharusnya mereka rasakan atau pikirkan.
Guru pemula bisa menggunakan pantomim sebagai cara yang mudah untuk
mengadakan role play. Pantomim, melakukan gerakan-gerakan tanpa
berkata-kata, bisa dikenalkan sebagai suatu permainan. Mainkan
situasi-situasi yang sering dialami oleh anak-nak, tanyakan, "Apa
yang kamu lakukan sebelum ke sekolah minggu? Setelah sekolah minggu?
Saat mau tidur? Minggu sore?" Anak-anak yang masih kecil pun bisa
mengikuti role play ini. Namun, penyelesaian masalah atau penggunaan
beberapa peran mungkin lebih efektif bila dilakukan pada anak-anak
kelas tiga ke atas. Role play memberi kesempatan kepada guru untuk
melihat tindakan penyelesaian masalah. Hasilnya, anak- anak biasanya
menjadi lebih perhatian satu dengan yang lain.
Guru yang ingin mempelajari metode ini bisa mendapatkan
materi-materi mengenai role play melalui berbagai artikel/teks.
Dalam artikel ini, dijelaskan metode dan beberapa manfaat dari role
play. Diperlukan informasi yang lebih lengkap lagi supaya bisa
berhasil menggunakan metode ini. Namun, rangkaian langkap ini dapat
menjelaskan apa saja yang mungkin diperlukan dalam suatu permainan
role play yang bagus.
1. Jelaskan tujuannya; supaya bisa mendapatkan akhir dari cerita.
2. Bacalah secara berurutan.
3. Tentukan peran.
4. Pilihlah "tokoh-tokoh" dari mereka yang telah tahu peran-peran
yang ada.
5. Buatlah panggung: "Ini ruang keluarga", dll..
6. Pekalah terhadap penonton dan siapkan mereka untuk pengamatan
yang tepat dan berkaitan.
7. Mulailah adegannya.
8. "Stop" di saat yang tepat.
9. Ulangi adegan bila masih ada waktu dan menarik.
10. Ajaklah anak-anak untuk berdiskusi dan mengevaluasi secara
berkelompok. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Childhood Education in the Church
Judul asli artikel: Role Play
Penulis: Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck
Penerbit: Moody Press, Chicago 1986
Halaman: 548 -- 550
______________________________________________________________________
o/ KESAKSIAN GSM o/
AYO, BERMAIN PERAN!
Ditulis oleh: Robert Edmiston
Halangan pertama mungkin adalah Anda -- sebagai guru. Anda belum
pernah melakukan ini sebelumnya, jadi untuk memulainya, Anda harus
mau mencobanya.
Kita perlu memvariasikan metodenya, tetapi sering kali apa yang kita
lakukan yang ternyata berbeda ini justru tidak bisa berjalan. Namun,
satu keberhasilan adalah senilai dengan semua kegagalan.
Saya sudah pernah bermain peran dengan anak-anak maupun orang
dewasa. Orang-orang di setiap usia memiliki halangan-halangan. Tidak
seorang pun ingin terlihat bodoh. Jadi, mungkin perlu sedikit
membujuk untuk bisa mendapatkan sukarelawan. Mungkin akan membantu
bila Anda melakukan beberapa permainan peran yang sama yang
melibatkan kelompok besar dari anggota kelas. Kita sering kali
merasa sedikit lebih aman bila kita tahu bahwa kita tidak sendiri.
Bermain peran tentang cerita Alkitab relatif mudah. Alur dan
tokohnya sudah ada. Tetapi Anda juga bisa melakukan permainan peran
tentang kehidupan sehari-hari. Keluarga yang kurang mendengarkan
atau menyalahgunakan kekuasan, misalnya, juga bisa digunakan untuk
bermain peran.
Saya pernah bermain peran bersama anak-anak tentang Yusuf yang
dijual saudara-saudaranya untuk dijadikan budak. Mereka
memperlakukan Yusuf dengan kasar, tetapi itulah poin yang ingin
disampaikan. Yang paling akhir, dalam suatu seminar diadakan
permainan peran mengenai suatu permasalahan. Seorang wanita berperan
sebagai gadis SMA yang berkomitmen kepada Tuhan, namun kemudian
terluka parah karena kecelakaan. Dia kemudian dikunjungi oleh
teman-temannya yang tidak tahu apa yang harus dikatakan dan tidak
mengerti mengapa Tuhan mengizinkan hal seperti itu terjadi. Saya
bertanya kepada setiap orang tentang apa yang mereka rasakan saat
bermain peran. Wanita yang memerankan gadis yang terluka karena
kecelakaan itu mengatakan bahwa dia memiliki anak yang juga dalam
kondisi yang sama.
Bermain peran bisa membawa kita keluar dari diri kita sendiri.
Tanyakan selalu kepada orang-orang yang bermain peran tentang apa
yang mereka rasakan saat bermain peran dan mintalah mereka untuk
memikirkan bahwa apa yang mereka pelajari bisa berdampak terhadap
dunia mereka. Ingatlah poin dari ini semua -- pemulihan hubungan
kita dengan Tuhan dan sesama. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Christian Education And Publications (CE&P)
Judul asli artikel: Let`s Do Role Play
Penulis: Robert Edmiston
Alamat URL: http://www.pcacep.org/publications/EquipArchives/Tips/9701-RolePlay.htm
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
BARU! NASKAH OPERET NATAL DI PEPAK
Bulan September telah tiba. Kemungkinan, beberapa pelayan anak telah
mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk merayakan hari Natal
tahun ini. Apakah rekan-rekan berencana mementaskan operet Natal
bersama anak-anak layan Anda? Nah, silakan kunjungi situs PEPAK dan
dapatkan naskah operet Natal yang ditulis oleh Purnomo. Ada tiga
bagian naskah, dan semuanya sudah dapat diakses melalui situs PEPAK.
Silakan kunjungi URL berikut ini untuk mendapatkannya.
1. Operet Natal Anak - bag. 1
==> http://pepak.sabda.org/node/5586
2. Operet Natal Anak - bag. 2
==> http://pepak.sabda.org/node/5587
3. Operet Natal Anak - bag. 3
==> http://pepak.sabda.org/node/5588
Silakan berikan komentar atau tanggapan Anda mengenai naskah operet
Natal anak ini dalam situs PEPAK. Tentu saja Anda harus sudah
terdaftar sebagai pengguna PEPAK terlebih dahulu untuk dapat
melakukannya.
Anda juga bisa mendapatkan naskah ini dalam situs SABDA Space
<http://www.sabdaspace.org> karena sumber asli naskah ini berasal
dari situs tersebut. Tim PEPAK telah mendapatkan izin dari
penulisnya untuk mencantumkan pula dalam PEPAK. Silakan kunjungi URL
berikut ini.
http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_1
http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_2
http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_3
Oleh: Davida (Redaksi)
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
Para guru, yakinlah!
Tidak ada waktu lagi waktu yang paling tepat dalam hidup ini
untuk mengabarkan pertobatan keselamatan itu,
selagi anak-anak masih berusia dini!
- Theodore Ledyard Cuyler -
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|