|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 396/AGUSTUS/2008
- SALAM DARI REDAKSI
- ARTIKEL 1: Apakah Autis Itu dan Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- ARTIKEL 2: Agama dan Autis (Perspektif Kristen)
- BAHAN MENGAJAR: Hati yang Bersatu
- WARNET PENA: Bahan Seputar Autis di Situs TELAGA
- MUTIARA GURU
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/
Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,
Pada awalnya, sebelum ada istilah autis, anak yang terkena autis
dilihat sebagai anak yang mengalami keterbelakangan mental atau
"schizophrenia". Diagnosa ini semakin lama semakin berkembang di
dalam ilmu kedokteran. Lalu bagaimana sebenarnya autis pada anak dan
langkah positif apa yang bisa kita ambil untuk menolong mereka agar
dapat bersosialisasi dengan anak normal lainnya? Edisi publikasi
e-BinaAnak kali ini secara khusus mengangkat tentang anak dengan
kebutuhan khusus, yaitu anak penyandang autis.
Kami sajikan artikel yang mengajak Anda mengetahui lebih banyak
tentang apa itu autis dan tips yang bisa dipakai dalam menangani
anak autis. Jangan lewatkan pula artikel mengenai penerimaan anak
autis di gereja. Pelayan anak, selamat menyimak edisi publikasi
e-BinaAnak kali ini dan selamat mengaplikasikannya di tempat
pelayanan Anda. Tuhan Yesus memberkati.
Staf Redaksi e-BinaAnak,
Kristina Dwi Lestari
"Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat
dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+15:1 >
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
APAKAH AUTIS ITU DAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang
diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang
menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu
bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah
penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak
diketahui oleh para peneliti.
Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu
dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit
sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata,
faktor-faktor orang tua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan
oleh beberapa peneliti.
Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan
penyakit anak mereka ini, beberapa orang tua terus-menerus
mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu
berinteraksi dengan anak mereka. Berikut ini adalah apa yang
diketahui tentang autis.
1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi. Penderita autis, lepas
dari kemampuan intelektual mereka, ternyata memiliki kesulitan
mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar autis mungkin bisa
menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap perang yang
terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke kelas.
Murid-murid ini bisa menjadi seorang yang sangat rapi atau
paling jorok. Orang tua harus selalu ingat untuk tidak
memaksakan kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu
mengatur diri mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik.
Seorang anak penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan
mengatur dengan menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik
supaya berfungsi dalam situasi sosial dan akademis.
2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang
bersifat abstrak dan konseptual lepas dari apa yang dikatakan
orang tua. Beberapa penderita autis akhirnya memeroleh kemampuan
abstrak, namun ada juga yang tidak. Hindari kalimat pertanyaan
yang mengundang perdebatan saat berbicara dengan anak autis.
Sebaiknya Anda mengatakan, "Saya tidak suka kalau kamu tidak
mandi. Ayo, masuk ke kamar mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu
butuh bantuan, saya akan menolongmu, tapi saya tidak akan
memandikanmu." Hindari menanyakan pertanyaan yang panjang lebar.
3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan
stres dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab,
akan menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya
kontrol.
4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati. Penderita
autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang selalu
berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang lain
atau mencoba membuat hidup menjadi sulit bagi orang lain.
Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif.
Umumnya, perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka
keluar dari pengalaman yang menakutkan atau membingungkan.
Penderita autis, secara alami karena ketidakmampuan mereka,
memiliki sifat egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi
masa-masa sulit untuk bisa memahami reaksi orang lain karena
adanya ketidakmampuan persepsi.
5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya. Secara sederhana,
katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika pembicara tidak sangat
mengenal si penderita autis, sebaiknya mereka menghindari
penggunaan singkatan/panggilan, ejekan, kalimat bermakna ganda,
idiom, dan sebagainya.
6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak
berhasil. Mayoritas penderita autis memiliki kesulitan
membaca ekspresi wajah dan menafsirkan bahasa tubuh atau
perilaku dengan kesan-kesan tertentu.
7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah
tugas. Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas
itu terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya
adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda,
baik secara visual, fisik, maupun verbal.
8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata. Para guru dan
orang tua harus jelas dan menggunakan kalimat-kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud mereka.
Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa
memerhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa
yang diajarkan dan informasi lainnya.
9. Tetaplah konsisten dan persiapkan atau berikan sebuah daftar
pendek pelajaran yang akan Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah
grafik. Datangi mereka setiap hari pertama-tama dengan anak yang
muda. Jika perubahan terjadi, katakan padanya dan ulangi
informasi tentang perubahan itu.
10. Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap
anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres
pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap
sosial yang positif yang dilakukan secara rutin.
11. Hati-hati dengan lingkungan. Dalam banyak contoh, seorang
penderita autis bisa sangat sensitif dengan apa yang ada dalam
ruangan. Cat tembok warna cerah atau dengungan lampu pijar
sangat mengganggu bagi para penderita autis. Untuk membuat
perubahan yang berarti, guru dan orang tua perlu waspada dan
berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang ada.
12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus
membangkang merupakan sebuah tanda masalah. Sekalipun anak-anak
kadang-kadang berperilaku menyimpang atau membangkang, seorang
penderita autis sering kali bersikap demikian ketika dia
kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa seseorang atau
sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau terganggu. Hal yang
sangat menolong ialah keluar dari lingkungan itu atau
menyuruhnya menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi jangan
mengharapkan sebuah respons positif, misalnya ia melanjutkan
untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode
keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan
apa yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia
menjawab karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya.
Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi
kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan
memerhatikan apa yang mengganggunya.
13. Jangan menduga apapun saat mengevaluasi kemampuan atau
keahliannya. Orang-orang yang menangani anak-anak autis
melaporkan bahwa beberapa orang autis sangat pintar matematika,
tetapi tidak mampu menghitung uang kembalian yang sederhana di
kasir. Atau, mereka memiliki kemampuan mengingat setiap kata
yang ada dalam sebuah buku yang dibacanya atau pidato yang ia
dengar, tetapi tidak ingat untuk membawa kertas ke kelas atau
di mana ia menaruh sepatu olahraganya. Perkembangan kemampuan
yang tidak seimbang merupakan sifat autisme.
14. Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah bersabar,
berpikiran positif, kreatif, fleksibel, dan objektif.
Tips tambahan bagi para orang tua.
1. Temuilah dokter.
Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter
ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan
tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu
ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan
informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa
jawaban.
2. Pelajarilah hak-hak orang cacat.
Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan
takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah,
pengurus sekolah, atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa
yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini,
kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan
memberikan hasil yang baik.
3. Carilah bantuan.
Banyak anak cacat tidak pernah memeroleh bantuan karena orang tua
mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah
Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain
juga memunyai masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak
Anda. Teruslah mencari informasi.
4. Bersabarlah.
Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak
seperti itu, tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan
perhatian dari dunia dan sekitar mereka.
5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak.
Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin.
Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa menjadi
malapetaka. Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan,
mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu
yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah
mencapai batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian.
Cobalah untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indra
kontrol dan stabilitas diri. (T/Silvi)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: FaithWriters
Judul asli artikel: Autism: What Is It And What Can Be Done?
Penulis: Stephen A. Peterson
Alamat URL: http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=28047
Bahan ini juga dapat dilihat di:
Nama situs: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
Alamat URL: http://c3i.sabda.org/apakah_autis_itu_dan_apa_yang_bisa_kita_lakukan
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL 2 o/
AGAMA DAN AUTIS (PERSPEKTIF KRISTEN)
Bagi beberapa keluarga, pengalaman bergereja sering kali merupakan
tradisi yang diturunkan. Keluarga-keluarga lain mengenali kebutuhan
mereka akan tempat berlindung secara rohani dan mengasuh untuk
pertama kalinya dalam hidup mereka pada saat mereka memiliki anak
atau pada masa-masa sulit lainnya.
Contoh kasih "agape" atau kasih tak bersyarat yang Kristus berikan
merupakan contoh tertinggi bagi pemahaman kita terhadap peran
penerimaan di gereja. Sangat banyak orang tua dan saudara kandung,
begitu pula dengan penyandang autis itu sendiri, yang diminta untuk
pergi atau merasa sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan
bagian hidup mereka yang paling berharga, dan pada saat mereka
benar-benar membutuhkan pertolongan.
Perilaku-perilaku yang dikaitkan dengan autis sering kali
menimbulkan tantangan untuk pengalaman keluarga gereja, sehingga
saya sering kali bertanya-tanya sendiri: "Bila bukan gereja, lalu di
mana seseorang bisa diterima apa adanya dengan kasih yang tak
bersyarat dan mendapatkan perhatian?" Keluarga orang percaya perlu
memiliki suatu gereja di mana seluruh anggota keluarganya
digembalakan. Dengan menyatupadukan penyandang autis sebagai anggota
gereja, dan dengan memberikan bantuan serta pendidikan yang luas
untuk komunitas itu, gereja menjadi terbuka bagi seluruh keluarga
dan pada gilirannya keluarga itulah yang memperkuat gereja melalui
pengalaman-pengalaman iman yang dibagikan.
Tips untuk Mendukung Penerimaan
1. Mulailah menghubungi.
Pada umumnya, para orang tua ingin menghubungi pendeta atau guru
sekolah minggu untuk memperkenalkan dan menyiapkan mereka untuk
membagikan pengalaman keberhasilan kepada semua orang. Berikan
informasi tentang tujuan-tujuan pendidikan dan diskusikan
metode-metode komunikasinya.
2. Diskusikan harapan-harapan Anda.
Saat menghadiri kebaktian, ada baiknya berdiskusi dengan pemimpin
kebaktian tentang apa yang dia harapkan. Dengan demikian,
pemimpin kebaktian dapat menawarkan dukungan kepada keluarga itu,
misalnya seseorang yang menemaninya saat orang tuanya harus
menghadiri kebaktian atau menemani anak penyandang autis ke
tempat yang nyaman saat dia mulai bosan.
3. Siap sedialah.
Kebanyakan orang tua yang berpengalaman tahu bahwa semua anak dan
beberapa orang dewasa menjadi gelisah saat di gereja. Siap
sedialah dengan benda-benda yang menyita konsentrasi, misalnya
pita karet, gambar-gambar, buku-buku, atau suatu benda dengan
fokus visual, yang bisa sangat membantu khususnya bila
benda-benda itu memiliki pengaruh rohani untuk memerluas
pengalaman penyembahan dengan cara yang berbeda. Benda-benda yang
memberikan kenyamanan dan keamanan di rumah bisa pula disediakan
di gereja.
4. Cepatlah menyesuaikan diri.
Karena ada anggapan yang mengatakan bahwa penyandang autis
mengalami hal-hal secara menyeluruh, maka pemandangan, suara, dan
bahkan bau dalam ruang ibadah atau ruang kelas harus
diperhatikan. Mengunjungi ruang ibadah dan ruang kelas di gereja
pada saat ruang tersebut kosong bisa memberi kesempatan kepada
mereka untuk menggali berbagai hal dengan berbagai cara yang
mungkin tidak bisa dilakukan bila ada banyak orang dalam ruangan
itu. Dengan izin khusus, seseorang juga bisa belajar memainkan
organ atau piano untuk melatih anak terhadap suara keras yang
mungkin tiba-tiba atau kadang-kadang terdengar selama ibadah.
5. Mengajar melalui contoh.
Pemimpin ibadah bisa dengan sopan memperingatkan perilaku yang
menganggu dengan kata-kata yang sederhana dan tidak kasar.
"Senang sekali kamu bisa ikut ibadah hari ini, Tom," setelah
mengatakan hal ini pemimpin ibadah bisa melanjutkan pelajaran
lagi seolah-olah apa yang dilakukan oleh Tom tadi adalah hal yang
wajar. Penerimaan dari pemimpin ibadah adalah hal yang sangat
penting. Kepekaan dan perencanaan strategi gabungan adalah
penting.
6. Jalinlah hubungan dengan teman sebaya.
Untuk menolong supaya hubungan dan persahabatan dapat bertumbuh,
teman sebaya yang bertanggung jawab untuk mendampingi secara
bergiliran bisa membantu menciptakan dukungan yang memadai bagi
anak sambil membantu timbulnya suasana penerimaan.
7. Bantulah setiap anak untuk merasa diterima.
Beberapa orang dewasa atau anak-anak harus merasakan peran
kepemimpinan yang hangat melalui sapaan kepada setiap anak dengan
kontak mata: "Hai, ... (nama anak)", atau tepukan di bahu. Ini
sering kali merupakan hal yang sederhana, namun perlu dilakukan
untuk menyampaikan firman Tuhan. Usaha "bawah tanah" dalam
menyapa menciptakan suasana penerimaan.
8. Bersikaplah teguh.
Akhirnya, keluarga harus tetap teguh dalam iman mereka bahwa kita
semua memunyai tempat dalam pengalaman penyembahan. Bila ada satu
anggota yang hilang, maka pengalaman anggota yang lain pun
berkurang.
Anak-Anak dan Sekolah Minggu
Dalam menjadi bagian dari komunitas orang percaya, semua orang
membutuhkan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Melakukan
apa yang dilakukan orang lain dapat meningkatkan rasa diterima. Bagi
anak-anak di sekolah minggu, ide-ide berikut ini biasanya bisa
berhasil.
1. Gunakan Alkitab.
Doronglah anak supaya bisa membuka halaman Alkitab dengan benar.
Gunakan petunjuk atau tuntunan bagi anak supaya dapat membaca
seperti yang lainnya.
2. Berikan kesempatan berpartisipasi.
Berikan kesempatan pada anak untuk berpartisipasi saat berbagi
atau mempelajari ayat hafalan. Anak penyandang autis diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dengan dibantu orang lain supaya
dapat menyampaikan pesan. Tugas yang diberikan untuk dikerjakan
di rumah bisa menyatakan pengalaman-pengalaman mereka, dan bila
perlu bisa menjadi tambahan pokok doa.
3. Berganti-ganti teman.
Ingatlah untuk mendorong mereka supaya menjalin persahabatan dan
berkenalan dengan berbagai teman dengan mengganti/tukar-menukar
teman sebaya dan pendamping.
4. Gunakan petunjuk-petunjuk yang bisa dilihat.
Gunakan petunjuk tambahan yang bisa dilihat, misalnya gambar,
selama menyampaikan cerita sesuai dengan tingkat usia mereka.
Pelan-pelan, bila perlu ulangi cerita yang disampaikan sehingga
bisa dipahami oleh anak.
5. Doronglah untuk meniru.
Doronglah, tetapi jangan memaksa, untuk meniru gerakan tubuh,
misalnya menganggukkan kepala dan melipat tangan untuk berdoa,
berdiri untuk menyanyi dan melihat orang yang sedang berbicara.
Hal ini tentu saja berbeda pada setiap individu, tetapi ini bisa
menolong untuk menciptakan sikap berdoa dan partisipasi.
Pemuda dan Partisipasi
Pemuda dan orang dewasa penyandang autis bisa berpartisipasi
sebagian atau secara menyeluruh dalam berbagai cara, sama seperti
pemuda dan orang dewasa lainnya yang tidak autis. Partisipasi dan
pelayanan yang mendukung bagi orang lain adalah penting baginya dan
masyarakat atau komunitas.
Saran-saran berikut ini didasarkan pada pendekatan yang diterapkan
pada penyandang autis tertentu.
1. Sapalah orang lain dengan senyuman dan bagikan buletin pelayanan.
2. Kumpulkan buletin-buletin dan kertas-kertas yang tertinggal di
bangku gereja setelah pelayanan, kembalikan ke ruang ibadah.
3. Bawalah kantong persembahan untuk pelayanan berikutnya. Bawakan
makanan kecil dan minuman untuk anak-anak di kelas prasekolah.
4. Kumpulkan dan berikan daftar hadir murid sekolah minggu ke
pengawas sekolah minggu.
5. Bantulah mengirimkan kartu-kartu atau makanan ke rumah anak
penyandang autis yang tidak bisa keluar rumah.
6. Di hari libur bersama dengan para diakon, ikutlah dalam mengemas
dan mengirimkan makanan dan mainan untuk orang-orang yang
membutuhkan.
Natal
Orang Kristen merayakan kelahiran Kristus dengan banyak
pertunjukkan, tradisi, dan ritual budaya. Menambah sejenis pelayanan
penyembahan di gereja bisa memerkaya makna natal, sekaligus
menjadikan perayaan itu lebih pribadi.
1. Bicarakan aspek rohani dari masa natal melalui percakapan
sehari-hari. Jelaskan kegiatan dan perayaan yang akan datang
melalui metode yang lebih sederhana, misalnya melalui gambar,
permainan peran, dan cerita.
2. Bawalah barang tertentu yang bisa mewakili beberapa elemen dari
perayaan liburan yang bisa diadakan selama ibadah. Barang itu
bisa berupa "kain bedung", bintang yang bersinar, tokoh-tokoh
pada masa kelahiran Kristus, atau kayu manis. Satu benda yang
melambangkan suatu peristiwa bisa menjadi bagian dari keseluruhan
pengalaman pada perayaan itu.
3. Selama ibadah, tetaplah mengikuti alur pada buletin dan
siapkanlah anak bila ada musik yang suaranya keras dan dramatis.
Tutuplah telinga anak dan pelan-pelan bukalah telinga mereka,
hal ini bisa menolong mereka. Namun, bersiap-siaplah bila usaha
ini tidak berhasil; sesuatu yang dianggap musikal bagi seseorang,
belum tentu berlaku bagi orang lain.
Memberi Hadiah -- Suatu Pendekatan yang Unik
Salah satu gereja yang saya kenal memunyai suatu perayaan yang
menarik di awal Desember, di mana mereka berkumpul untuk mengenalkan
talenta dan karunia rohani dari anggota-anggotanya -- sebuah nuansa
tukar-menukar hadiah yang sedikit berbeda dari biasanya. Dari yang
muda hingga yang tua, dengan talenta dari yang artistik dan musikal
hingga karunia belas kasih dan keramahan, semuanya ada. Ini
merupakan tradisi yang baik yang patut ditiru oleh gereja lain.
Sebagaimana halnya dengan penyandang autis, saya tahu ada orang yang
memiliki perhatian penuh pada setiap detail yang bisa dilihat, yang
bisa ditunjukkan dengan contoh-contoh gambar kesukaannya. Saya juga
tahu orang lain yang memiliki senyum hangat yang pernah saya lihat.
Teman saya ini juga menunjukkan sikap mementingkan kepentingan orang
lain, dan menjadi seorang yang sangat ramah.
Tanggung Jawab Masyarakat
Memperkenalkan konsep bahwa tanggung jawab setiap jemaat merupakan
tanggung jawab bersama, yang dipikul bersama. Inilah persekutuan
yang benar. Partisipasi dan penerimaan atas penyandang autis
seharusnya tidak dipikul oleh seseorang atau bahkan beberapa
sukarelawan yang "dilatih" atau "diberi" tugas. Anak-anak dan pemuda
akan membutuhkan tuntunan untuk bisa memudahkan penerimaan, demikian
pula dengan orang dewasa. Perlahan-lahan, fokus pendampingan khusus
seharusnya tidak diperlukan lagi karena setiap orang menerima
tanggung jawab bersama.
Membutuhkan usaha dan niat untuk menolong penyandang autis menemukan
karunianya. Tetapi dalam melakukan latihan ini, kita semua akan
ditantang untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan oleh individu
tersebut. Dengan memberikan penerimaan terhadap satu individu, kita
bisa menemukan kebutuhan setiap individu dalam keluarga dengan
memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam
komunitas orang percaya. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Autism Society of Amerika
Judul asli artikel: Religion and Autism (The Christian Perspective)
Penulis: Terri Connolly
Alamat URL: http://www.autism-society.org/site/PageServer?pagename=life_fam_religion
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/
HATI YANG BERSATU
Alat Peraga:
Kertas Marmer Merah, Gunting
Ayat Alkitab:
Filipi 1:3-11
Tema:
Kita menyatukan hati kita dengan orang lain pada saat kita memberi.
Anak-anak akan suka sekali melihat perubahan ini. Untuk ketenangan
Anda sendiri, berlatihlah jauh-jauh hari sebelumnya supaya
lipatan/potongan yang Anda buat itu tidak tampak ragu-ragu.
Perhatikan saya melipat kertas ini. (Lipat kertas menjadi persegi
panjang.) Kertas ini dilipat menjadi bentuk persegi panjang. Saya
dapat menggunting salah satu sudutnya dan sudut yang lain.
Lalu saya dapat menggunting bentuk lengkung pada sudut bagian atas
dan saya menggunting bentuk lengkung pada sudut lain. Kalau kertas
ini dibuka, maka akan terlihat bentuk hati yang menyatu.
Ada cara-cara lain guntingan hati-hati ini dapat disatukan. Kalau
kita memerhatikan orang lain, artinya kita menyatukan hati kita.
Kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita memerhatikan dan
mengasihi mereka melalui perbuatan kita kepada mereka.
Tuhan mau kita memerhatikan dan mengasihi orang lain. Dengan
cara-cara apakah kamu dapat memerhatikan orang lain? (Tunggu
tanggapan anak-anak dan beri mereka dukungan setelah mereka menjawab
cara-cara mengasihi orang lain.)
Perbuatan-perbuatan itu adalah cara-cara kita dapat memerlihatkan
kasih dan perhatian kita kepada orang lain. Kalau kamu melakukan
hal-hal seperti itu, artinya kamu membagikan dan menyatukan hatimu
dengan hati orang lain.
Jadi, seperti kertas bentuk hati yang menyatu ini, demikian juga
hati-hati kita di dalam gereja ini dapat disatukan kalau kita saling
mengasihi dan memerhatikan dengan menggunakan bakat-bakat dan
kemampuan kita. Pada saat kita melakukannya, maka kita membagikan
kasih dari hati Tuhan.
Mari kita berdoa:
Ya, Tuhan, terima kasih kami memiliki begitu banyak hal yang dapat
kami berikan kepada orang lain. Tolong kami untuk menyatukan hati
kami dengan mereka. Amin.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Ceritakan untuk Anak-Anak Sekolah Minggu (Buku 1)
Penulis: Donna McKee Rhodes
Penerbit: Gospel Press, Batam 2002
Halaman: 133 -- 134
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
BAHAN SEPUTAR AUTIS DI SITUS TELAGA
http://www.telaga.org/transkrip.php?memahami_autisme.htm
Apakah para pelayan anak ingin mengetahui informasi lengkap seputar
autis? Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) sekiranya dapat
membantu melengkapi pengetahuan Anda. Pembahasan seperti ciri-ciri
anak autis, tipe anak autis, lalu langkah apa yang bisa dilakukan
oleh orang tua yang memiliki anak autis, tersedia dalam bentuk MP3
yang bisa Anda unduh dan dalam bentuk transkripnya. Menu tersebut
bisa Anda dapatkan di bagian kanan atas halaman tersebut. Pelayan
anak, silakan Anda dapatkan selengkapnya artikel tersebut dan
sekiranya bisa memberkati Anda.
Kiriman: Kristina Dwi Lestari
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
Seorang pendidik yang baik tahu bahwa apa yang menjadi
keterbatasan yang ada pada anak layan kita adalah semangat
kita untuk memberikan yang terbaik bagi Allah.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|