|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 392/JULI/2008
- SALAM DARI REDAKSI
- ARTIKEL: Ceritakan kepada Anak-Anak
- TIPS: Metode-Metode untuk Menyampaikan Firman Tuhan
- BAHAN MENGAJAR: Kreasi Simulasi dalam Bercerita
- WARNET PENA: Konseling untuk Anak dalam C3I
- MUTIARA GURU
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/
Shalom,
Tanggal 23 Juli 2008, kemarin, bangsa Indonesia memperingati Hari
Anak Nasional. Tema yang telah ditentukan pemerintah adalah "Saya
Anak Indonesia Sejati, Mandiri, dan Kreatif". Tema tersebut
mengandung sebuah harapan, bahwa setiap anak di Indonesia dapat
menjadi anak yang benar-benar mencintai bangsa dan negara Indonesia,
serta dapat berjuang untuk masa depan bangsa dan juga dirinya
sendiri demi kehormatan nama bangsa.
Bagaimana dengan anak-anak layan Anda? Selain dididik untuk memiliki
rasa cinta kepada bangsa dan negara, apakah cinta akan Tuhan telah
lebih dulu tertanam dan berakar dalam hati mereka? Apakah mereka
telah menyadari bahwa hidup mereka harus selalu memuliakan Tuhan?
Redaksi mengajak Rekan-Rekan sekalian, menggunakan setiap kesempatan
bersama anak-anak layan untuk menanamkan rasa cinta kepada Juru
Selamatnya, salah satunya melalui acara menyampaikan firman Tuhan
dalam ibadah sekolah minggu. Ceritakanlah kepada anak-anak mengenai
kebesaran Allah yang ada dalam seluruh firman Tuhan. Gunakanlah
metode yang dapat memudahkan mereka menerima setiap pengajaran yang
kita sampaikan sehingga mereka dapat benar-benar menanam setiap
perkataan firman Tuhan dalam loh hati mereka. Bagaimana caranya?
Simaklah setiap sajian yang Redaksi e-BinaAnak tampilkan minggu ini.
Kami berharap kita semua dapat lebih memiliki hati untuk membawa
anak-anak kepada Kristus melalui setiap tugas pelayanan yang Tuhan
percayakan kepada kita.
Selamat hari Anak Nasional 2008! Selamat membawa anak-anak Indonesia
datang kepada Kristus!
Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
"haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu
dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:7)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Ulangan+6:7 >
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
CERITAKAN KEPADA ANAK-ANAK
Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang sedang
berjual beli. Dia membalikkan meja-meja para penukar uang dan
bangku-bangku pedagang burung merpati. Yesus menunjukkan rasa
ketidaksenangan-Nya, namun suasana hati-Nya segera berubah.
Orang-orang buta dan timpang datang kepada-Nya di dalam Bait Allah
dan Dia menyembuhkan mereka.
Anak-anak hadir pada waktu itu dan melihat kejadian-kejadian yang
bertentangan ini. Mereka berseru, "Hosana bagi Anak Daud!" Yesus
bertanya kepada imam-imam yang bersungut-sungut itu, "Belum
pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu
Engkau telah menyediakan puji-pujian?" (Matius 21:12-16).
Iman anak-anak adalah keajaiban yang besar! Mereka percaya pada apa
yang kita ceritakan kepada mereka. Tuhan berkata, "Jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga."
MENGAPA HARUS BERCERITA KEPADA ANAK-ANAK?
Tiga alasan dapat dikemukakan bagi pentingnya bercerita kepada
anak-anak tentang keselamatan.
1. Pada usia ini, kesanggupan untuk percaya sangatlah besar. Di
antara umur 2 dan 12, kurang terdapat keragu-raguan dan ada lebih
banyak alasan untuk percaya.
2. Mereka akan tumbuh dengan perkembangan sosial, emosi, dan mental
yang lebih baik, dan juga dengan perkembangan rohaniah yang lebih
matang.
3. Kita lebih dekat pada saat kedatangan Yesus daripada sebelumnya.
Kita tidak bisa menunggu sampai mereka lebih tua. Sekaranglah
saatnya untuk menceritakan kepada anak-anak.
SIAPA YANG AKAN MENCERITAKAN KEPADA ANAK-ANAK?
Agaknya pembawaan anak-anak menyanggupkan mereka mengukur ketulusan
dan alasan-alasan orang dewasa. Mereka akan mencintai kita apabila
kita mencintai mereka dengan sungguh-sungguh. Yesus memberi kepada
kita rasa belas kasihan yang menyebabkan kita merasa bahwa setiap
anak itu penting bagi kita. Seorang anak akan mengindahkan dan
menerima apa yang kita katakan apabila dia merasa bahwa kita
mengakui dirinya sebagai individu yang berguna, yang juga ingin
mengutarakan perasaannya. Kita harus mendengarkan dan berbicara
dengan anak-anak dahulu sebelum kita dapat memberitakan Injil Yesus
Kristus. Untuk bercerita kepada anak-anak, kita membutuhkan
guru-guru yang dapat membangun hubungan yang harmonis.
APA YANG HARUS KITA CERITAKAN KEPADA ANAK-ANAK?
Yesus mengatakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
(Yohanes 14:6). Dosa telah mendirikan suatu penghalang bagi kita
semua pada jalan ke surga. Kita telah dibelokkan ke neraka karena
dosa kita sendiri. Kristuslah satu-satunya Oknum yang dapat
mendobrak penghalang dosa kita dan memalingkan kita menuju ke surga.
Yesus berkata, "Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan
selamat." (Yohanes 10:9). Dia juga mengatakan, "Akulah gembala yang
baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal
Aku." (Yohanes 10:14). "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya." (Yohanes 11:25,26). Marilah kita menceritakan
kepada anak-anak siapa Yesus itu.
BERAPA BANYAK HARUS KITA CERITAKAN KEPADA ANAK-ANAK?
Dalam setiap kelompok usia, kita harus menyesuaikan diri dengan
perbendaharaan kata dari anak-anak, tingkat pengertian, pengalaman,
dan kebutuhannya. Bila kita melaksanakan hal ini, kita dapat
menjalin cerita Injil dalam hidup mereka.
Anak-anak kelas Bayi dan Pratama dapat mengerti banyak cerita dan
memahami Alkitab. Jangan menyimpang dari firman Allah dan uraikanlah
cerita itu ke dalam bahasa yang dapat mereka pahami. Perhatikanlah
kebenaran-kebenaran yang dapat mereka mengerti. Misalnya, jika
Petrus ketika sedang berjalan di atas air tetap memandang Yesus, dia
tidak akan takut. Kita takut apabila kita lupa bahwa Yesus akan
selalu menjaga kita. Luangkan waktu yang banyak untuk mendengarkan
komentar mereka. Pakailah reaksi mereka dalam menyampaikan cerita
Saudara.
Dalam kebaktian anak-anak, saya pernah bercerita tentang Yesus di
Getsemani. Saya ceritakan bahwa Yesus mengetahui Dia akan ditangkap
malam itu dan bagaimana Dia melihat para prajurit dengan obor dan
senjata di tangan, berbaris masuk ke taman itu. Saya belum jauh
beranjak dalam cerita saya ketika Stefen yang berusia tiga tahun
berteriak, "Mengapa Dia tidak lari?" Komentarnya ini menyadarkan
saya akan keberanian Kristus yang sebelumnya tak saya insafi.
Suatu keuntungan untuk mendengarkan komentar-komentar yang mengena
dari anak-anak adalah bahwa Alkitab menjadi lebih hidup bagi guru.
Keuntungan yang terbesar ialah bahwa Saudara sedang menyampaikan
berita Injil dan menunjukkan Yesus Kristus pada anak-anak.
Dalam kelas Pratama, kita membangun dasar paham-paham yang telah
diajarkan di kelas Kanak-Kanak dan Kelas Bayi. Sekarang kita dapat
memasukkan lebih banyak seluk beluk dari firman Allah, tentang
tujuan kematian Kristus. Kita dapat berbicara mengenai surga dan
neraka. Kita dapat menceritakan bagaimana dosa telah memutuskan
persekutuan kita dengan Allah.
Dalam kelas Madya, kita melanjutkan untuk menyusun ajaran di atas
ajaran. Di sini, kita dapat mengajarkan lambang dan hal-hal yang
abstrak yang bertalian dengan pekerjaan penebusan Kristus. Untuk
mengerti pernyataan, "Ambillah, makan, inilah tubuh-Ku," dibutuhkan
pikiran yang lebih berpengalaman dari anak usia 10 sampai 12 tahun.
Dia dapat memahami Darah sebagai penebusan atau selubung bagi
dosa-dosanya.
Anak Madya telah siap untuk mengerti penyangkalan diri sendiri.
Mereka dapat mengerti apa yang dimaksudkan dengan mengangkat salib
mereka dan mengikut Kristus. Mereka dapat mengenali godaan si Iblis
dan melawannya dengan memakai seluruh perlengkapan senjata Allah.
Kita perlu menceritakan kepada anak-anak segala sesuatu yang sanggup
mereka terima sesuai dengan kematangan jiwa dan rohaninya.
Sekolah dan masyarakat kita membuat jalan Kristen sukar bagi
anak-anak kita, dari kelas Bayi sampai dengan kelas Madya. Mereka
belajar lebih banyak tentang moral, nilai, dan keadaan hidup
daripada yang telah diketahui oleh orang tua mereka ketika di SMA.
Kita perlu berdoa dengan sungguh-sungguh bagi jiwa anak-anak kita
dan mendorong mereka untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap hari.
Mereka perlu baptisan Roh Kudus untuk menerima kuasa untuk menjadi
saksi dan pemenang.
Sangat banyak yang harus kita kerjakan, sedangkan waktunya sangat
sedikit untuk melaksanakannya. Bergegaslah dan ceritakan kepada
anak-anak.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2
Penyusun: Badan Pembina DSM Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 1996
Halaman: 283 -- 284
______________________________________________________________________
o/ TIPS o/
METODE-METODE UNTUK MENYAMPAIKAN FIRMAN TUHAN
Memilih Metode Mengajar
Dalam memilih suatu metode, mulailah dengan menganalisa cerita dan
tujuan dari cerita itu sendiri. Metode yang umum dipakai:
1. Gunakan metode narasi saat ceritanya memiliki plot sederhana
dengan elemen-elemen yang sudah dikenal anak-anak dan untuk
meminimalkan kebingungan yang mungkin akan dialami anak.
2. Pengikutsertaan atau nyanyian sederhana saat ada elemen-elemen
yang sering diulang-ulang dan/atau frasa yang mencolok. Gaya
pembacaan cerita tradisional banyak menggunakan pengulangan
sehingga anak-anak dapat dilibatkan.
3. Gunakan alat bantu visual bila dalam cerita yang disampaikan
terdapat unsur-unsur yang asing bagi anak-anak atau bila cerita
tersebut rumit. Alat bantu visual ini bisa berupa gambar, benda,
gambar pada kain flanel, dan lain-lain. Alat-alat bantu visual
itu dapat digunakan sebelum atau selama cerita itu disampaikan.
4. Karakter cerita (kostum atau penggunaan satu boneka) di mana aksi
penyampai cerita dalam memerankan tokoh dalam cerita dapat
membantu dalam menyampaikan poin penting atau dalam mengungkapkan
perasaan, pikiran, atau proses berpikir.
5. Gunakan sandiwara saat mengilustrasikan penerapan atau saat
beberapa karakter memiliki peranan-peranan yang penting.
Berikut beberapa cara menyajikan firman Tuhan yang lebih dari
sekadar menyampaikannya secara biasa-biasa saja.
1. Membacakan cerita yang disukai anak-anak.
Dalam mempersiapkannya, bacalah cerita tersebut selama beberapa
kali, setidaknya sekali dengan suara yang keras. Bersemangatlah
saat membacakan cerita untuk anak-anak, dan bacalah pelan-pelan
dengan sering melakukan kontak mata. Membaca untuk anak-anak
dengan suara keras adalah latihan yang bagus untuk pembaca cerita
yang masih pemula.
2. Bersandiwara. Cara ini bagus untuk mengeksplor peranan yang
berbeda-beda.
3. Membagikan pengalaman hidup Anda, khususnya yang dapat dijadikan
teladan.
3. Diskusi dan/atau tanya jawab. Cara ini tepat diterapkan untuk
anak-anak yang lebih besar. Ingat, penyampaian cerita firman
Tuhan tidak seharusnya dijadikan sebagai sebuah ceramah.
Metode-Metode yang Membutuhkan Keterlibatan
1. Cerita yang membutuhkan keterlibatan.
Saat Anda melibatkan anak dalam cerita, Anda layaknya seorang
pesulap yang melibatkan penonton. (Anak-anak belajar 60% dari apa
yang mereka lakukan, 30% dari apa yang mereka lihat dan,
hanya 10% dari apa yang mereka dengar.)
2. Cerita dengan unsur-unsur yang terus diulang.
Doronglah anak-anak untuk ikut terlibat dalam cerita itu dengan
memberi jeda, kontak mata antisipasi, gerak tubuh, dan bahasa
tubuh yang sifatnya memberi dorongan. Berikan "kata kunci" yang
tepat kepada mereka, bangunlah dan variasikan intensitas dan
irama dengan tepat. Metode ini bisa maksimal bila digunakan
dengan cerita-cerita sederhana dan plot yang sederhana pula.
3. Paduan suara, nyanyian pujian, dan "cerita bergema".
Guru menyampaikan cerita satu atau dua baris dan anak-anak
menggemakan (menirukan) kata-kata, gerakan, atau suara. Dalam
nyanyian pujian, anak-anak mengulang kembali kalimat-kalimat yang
sudah ditandai dengan irama yang sama. Atau mintalah anak-anak
membuat efek suara dari kata kunci yang diberikan selama cerita
disampaikan. Anda akan heran betapa cepatnya hal-hal penting bisa
diingat dengan cara ini.
4. Pantomim.
Pantomim khususnya efektif pada kelompok yang lebih kecil atau
lebih muda di mana mereka bisa "terlibat" dalam cerita itu dengan
memerankannya. (Pencerita harus menggali kepekaan bahasa tubuh.
Dan menggunakan kesempatan untuk mengenal lebih dalam lagi
tentang dunia lawak/badut. Bahkan saat menyampaikan cerita pun,
wajah dan gerak tubuh Anda sangatlah penting.)
5. Bermain peran.
Setelah menyampaikan cerita secara singkat, ajaklah anak-anak
untuk menjadi tokoh dalam cerita itu (atau menjadi benda-benda
dalam cerita itu, misalnya pohon, dll.) dan perankanlah. Biasanya
anak-anak akan ingin memainkan peran tertentu secara bergantian.
Cara ini sangat tepat untuk anak-anak usia sekolah yang masih
pemula.
Metode-Metode yang Menggunakan Alat Peraga
1. Cerita berantai.
Saat cerita mulai berkembang, gunakan serangkaian gambar untuk
mengilustrasikan cerita. Waktu adalah penting. Jangan terlalu
cepat menampilkan gambar, tariklah terus perhatian mereka dan
jangan alihkan perhatian mereka dari inti yang diajarkan.
2. Cerita dengan papan gambar.
Cerita dengan menggunakan kain flanel bergambar. Cara ini cukup
dapat menarik perhatian anak-anak bila benar-benar dipersiapkan
dan disampaikan. Metode ini sangat membantu bila rangkaian
cerita, gerakan, dan hubungan-hubungan dalam cerita itu adalah
hal penting yang perlu disampaikan. Alat peraga yang bisa
dipajang berdiri, misalnya boneka dengan tongkat, juga bisa
digunakan.
Alat-alat peraga sangat membantu saat benda-benda yang tidak dikenal
oleh anak-anak yang sulit mereka bayangkan ternyata muncul dalam
cerita yang disampaikan. Kadang-kadang ada baiknya menunjukkan
alat-alat peraga itu sebelum bercerita. Hal ini dilakukan untuk
menghindari gangguan pada saat cerita disampaikan.
Tujuan dari pelajaran. Di mana guru menggunakan alat-alat peraga
untuk memfokuskan perhatian dan memberikan ilustrasi atas cerita
yang disampaikan. Persiapan yang cermat dan latihan sangat
diperlukan. Pastikan terlebih dahulu bahwa alat-alat peraga ini bisa
digunakan!
Alat peraga lain, misalnya model, kertas lipat, papan tulis, peta,
dan lain-lain.
Metode-Metode Drama: Pertunjukan Boneka/Wayang
Ada banyak jenisnya: boneka tangan yang punya mulut; boneka tangan
yang punya lengan; boneka tangan yang punya mulut dan lengan,
marionet, dll.. Boneka sederhana dapat dibuat dari kaos kaki, tas
kertas, atau dari boneka mainan dari kertas. Setiap boneka harus
memiliki kepribadian yang jelas, berpikiran maju, dan harus tetap
dalam karakter itu, baik itu sombong, galak, pemalu, gelisah, dll..
Setiap tokoh harus memiliki suara sendiri dan harus memertahankan
suaranya itu.
Jangan menggunakan boneka hanya untuk menyampaikan cerita. Buatlah
percakapan dengan boneka itu atau buatlah boneka itu melakukan
sesuatu agar jangan membuat anak-anak cepat bosan. Karena boneka
membuat anak-anak harus mendengarkan percakapan, maka boneka ini
sangat menolong, khususnya saat situasi benar-benar memerlukan
pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah menjadi bagian dari
pelajaran hari itu. Saat anak-anak benar-benar dilibatkan dengan
boneka sehingga mereka seolah-olah mengalami sendiri cerita yang
disampaikan, maka sangat disarankan bila tokoh boneka itu bersikap
dan bertindak kekanak-kanakan.
Secara khusus, berhati-hatilah kalau-kalau boneka "tenggelam" karena
tangan Anda lelah, suara yang tidak bisa keras (khususnya bila
menggunakan panggung teater), pergerakan atau pembicaraan yang tidak
selaras, serta dialog, peralatan, atau alur yang terlalu rumit
(usahakan supaya hal-hal ini tetap sederhana). Perhatikan kontak
mata antara boneka satu dan boneka lain atau penonton.
Sering-seringlah berlatih.
Anak-anak yang masih kecil sering kali takut pada boneka dan harus
diperkenalkan secara perlahan-lahan. Ada banyak buku tentang boneka
dan ada banyak kesempatan untuk melihat pertunjukkan boneka. Bila
Anda memunyai keterampilan khusus dan peralatan yang dibutuhkan,
buatlah sendiri boneka-boneka itu, belajarlah berbicara dengan
menggunakan suara perut.
Mempersiapkan cerita boneka yang pendek dan lucu atau cerita
kelompok adalah suatu kegiatan yang lebih menantang. Saat
melakukannya, buatlah skenario terlebih dahulu sehingga Anda tahu
bagaimana alur cerita itu. Ambillah beberapa "kata kunci" yang
diperlukan. Bedakan mana dialog Anda dan cerita yang Anda bawakan.
Jadilah tokoh yang ada dalam pikiran Anda. Buatlah kepribadiannya.
Pikirkan kemungkinan-kemungkinan dalam dialog. Selama dalam cerita
atau drama pendek itu, berbicaralah dan berperanlah "dalam tokoh
yang dimainkan". Bersenang-senanglah dan nikmatilah
kesalahan-kesalahan Anda. Biasanya bila satu tim melakukannya, satu
orang "menyampaikan" pesan yang ingin ditekankan, dan yang lainnya
"mempermainkan" tokoh tersebut. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs: Eldrbarry.net
Judul asli artikel: Methods for Church Story Telling
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.eldrbarry.net/mous/strytl/st3mthd.htm
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/
KREASI SIMULASI DALAM BERCERITA
Simulasi adalah salah satu teknik bercerita dengan mengemas sebuah
aktivitas yang penuh dengan makna pengajaran bagi anak-anak. Setiap
simulasi selalu didesain sesuai dengan tujuan pelajaran yang hendak
diberikan. Nilai-nilai pengajaran dari suatu cerita harus dipikirkan
secara matang agar simulasi mencapai tujuannya.
Dengan demikian, simulasi ini akan menjadi aktivitas yang sangat
menyenangkan bagi mereka karena dunia mereka adalah dunia yang penuh
dengan aktivitas. Beberapa contoh simulasi di bawah ini merupakan
kreasi yang dapat dicoba.
SIMULASI: BENAR ATAU SALAH? (KREASI 1)
Kreasi ini menuntut anak-anak untuk menjawab pertanyaan dari guru
(atau menanggapi cerita) dengan jawaban benar atau salah. Oleh sebab
itu, mereka harus menyimak cerita atau pertanyaan guru dengan jeli.
Guru harus menekankan agar anak-anak memiliki jawaban pribadi dan
tidak terpengaruh dengan jawaban temannya. Setiap pertanyaan yang
membutuhkan jawaban dari anak-anak ditandai dengan sebuah kode,
misalnya guru membunyikan bel atau lonceng.
Urutan kegiatan:
1. Pada awal cerita, guru memberitahukan bahwa baris sebelah kanan
adalah tempat duduk untuk semua jawaban benar. Sedangkan baris
sebelah kiri adalah tempat untuk semua jawaban salah.
2. Guru menyampaikan sebuah cerita. Di sela-sela cerita, guru selalu
memberikan pertanyaan kepada anak-anak. Bentuk pertanyaan guru
selalu berupa pertanyaan yang dijawab dengan benar atau salah.
3. Setiap anak harus menjawab pertanyaan secara pribadi. Jika
menjawab benar, anak tersebut duduk di baris sebelah kanan.
Sebaliknya, jika jawabannya salah, anak-anak berpindah duduk di
sebelah kiri.
SIMULASI: BENAR ATAU SALAH? (KREASI 2)
Jika dalam kreasi 1 pertanyaan guru dijawab dengan berpindah tempat
duduk, dalam kreasi dua ini anak menjawab pertanyaan dengan berdiri
atau duduk. Anak berdiri bila ia menjawab benar. Jika menjawab
salah, maka ia duduk.
SIMULASI: BENAR ATAU SALAH? (KREASI 3)
Masih seperti kreasi 1 dan 2, guru memberikan pertanyaan benar atau
salah. Kali ini, anak menjawab pertanyaan dengan mengangkat sebuah
gambar. Gambar 1 mewakili jawaban "benar", sedangkan gambar 2
mewakili jawaban "salah".
Urutan kegiatan:
1. Setiap anak memegang dua kertas. Masing-masing memegang gambar 1
(untuk jawaban benar) dan gambar 2 (untuk jawaban salah).
2. Jika guru bertanya dan anak akan memberikan jawaban benar, maka
anak mengangkat gambar 1. Jika anak akan menjawab salah, maka
anak mengangkat gambar 2.
SIMULASI: BENAR ATAU SALAH? (KREASI 4)
Masih seperti kreasi sebelumnya, anak-anak diminta menjawab benar
atau salah atas pertanyaan yang diberikan guru. Jika anak ingin
menjawab benar, ia dapat bertepuk tangan satu kali dengan posisi
duduk. Jika anak ingin menjawab pertanyaan guru dengan jawaban
salah, maka anak dapat bertepuk tangan panjang sambil berdiri.
Contoh aplikasi kreasi 1, 2, 3, 4 dalam bercerita:
1. Guru bercerita: Kisah pelayanan Yesus dan para murid-Nya.
a. "Adik-adik, Tuhan Yesus memunyai beberapa murid." (Guru
membunyikan bel/lonceng sebagai tanda akan memberikan
pertanyaan). Guru bertanya, "Benarkah murid-murid Tuhan Yesus
berjumlah dua belas orang?"
(Anak-anak menjawab "benar" dan "salah" sesuai dengan kreasi
yang digunakan.)
b. (Guru melanjutkan cerita dan memberikan tanda bel sebagai
tanda akan memberikan pertanyaan.) "Yohanes Pembaptis adalah 1
dari 12 murid Yesus, benarkah?"
(Anak-anak menjawab benar atau salah sesuai dengan metode yang
digunakan.)
c. (Guru melanjutkan cerita.) "Adik-adik, para murid Yesus
memiliki bermacam-macam latar belakang, misalnya Petrus. Ia
adalah seorang pemungut cukai." (Guru memberi kode dan murid
harus menjawab.) "Benarkah?"
(Anak-anak kembali menjawab benar atau salah sesuai dengan
kreasi yang digunakan.)
Demikian seterusnya guru bercerita dan bertanya. Anak-anak
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Melalui kreasi ini,
anak-anak diharapkan aktif mengikuti cerita dan memberikan
respons, baik melalui perkataan maupun tindakan.
SIMULASI: BERBAGI ROTI
Simulasi "berbagi roti" ingin mengajarkan kepada anak-anak tentang
hakikat kasih yang merupakan sikap yang harus ditunjukkan orang
percaya kepada sesamanya.
Urutan kegiatan:
1. Guru membagi anak-anak dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari sepuluh anak.
2. Guru menyampaikan pelajaran (bagian satu) yang menceritakan
tentang kasih. Misalnya, kasih Yesus kepada manusia.
3. Setelah bagian pertama (lima menit) disampaikan, guru memberikan
masing-masing kelompok tiga buah roti kecil. Berikan kepada tiga
anak secara sembarang atau acak.
4. Sambil membagikan tiga roti, guru berkata, "Adik-adik yang
menerima roti, silakan memakannya!" Guru harus memerhatikan
reaksi anak-anak dalam menanggapi perintah tersebut karena
jumlah roti hanya ada tiga buah, sedangkan jumlah anggota tiap
kelompok sepuluh orang.
5. Guru dapat memberi pertanyaan kepada anak-anak, "Siapa yang
mendapat roti?"
Tanyakan lebih lanjut apa yang ia lakukan dengan rotinya setelah
ia mendapat perintah untuk memakannya.
"Mengapa roti itu kamu makan sendiri?" atau "Mengapa roti itu
kamu bagi dengan temanmu?"
6. Setelah anak-anak menanggapi, guru memberikan pengajaran (bagian
kedua) yang intinya kasih adalah ungkapan kesediaan atau
kerelaan membagi miliknya dan memberikannya kepada sesama yang
membutuhkan. Sikap egois seperti yang ditunjukkan beberapa anak
yang tidak mau membagi rotinya, bukanlah sikap mengasihi.
Sebaliknya, sikap anak yang mau membagi roti miliknya dengan
orang lain adalah sikap mengasihi.
7. Setelah memberikan pengajaran (bagian kedua), guru dapat
memberikan kepada tiap kelompok dua buah roti, masing-masing
diberikan kepada dua anak secara acak. Setelah itu, guru memberi
perintah yang sama, "Adik-adik yang sudah menerima roti, silakan
memakannya!" Berdasarkan pengalaman pertama, diharapkan
anak-anak akan membagi dua buah rotinya kepada teman-temannya.
Setelah makan roti, guru memberikan pertanyaan, "Siapa di antara
kamu yang membagi dan memberikan roti tadi dengan gembira dan
sukacita? Dan, siapa yang memberikan dengan cemberut atau bahkan
bersungut-sungut?" Setelah anak-anak memberikan tanggapan, guru
menyampaikan pengajaran (bagian ketiga) yang intinya mengajarkan
bahwa kasih yang sejati tampak dari kesukacitaannya dalam
mengasihi orang lain. Seperti yang ditunjukkan oleh anak-anak
yang membagi dan memberikan rotinya kepada anak yang lain dengan
suka cita. Sebaliknya, bukanlah kasih yang sejati bila ia
memberi dengan bersungut-sungut dan terpaksa.
8. Selanjutnya, guru memberikan sebuah roti kepada tiap kelompok
dan diberikan kepada seorang anak secara acak. Kemudian guru
memberikan perintah yang sama lagi, "Adik-adik yang menerima
roti, silakan memakannya!" Kali ini diharapkan anak-anak sudah
bersedia membagi roti dan membaginya secara adil dengan penuh
sukacita. Sampai di sini tujuan pelajaran sudah tercapai.
Anak-anak sudah menjadi pelaku firman.
9. Guru mengakhiri simulasi dengan sebuah kesimpulan bahwa Yesus
adalah teladan kasih. Ia memberikan kasih-Nya kepada manusia
dengan mengorbankan diri-Nya sendiri. Yesus melakukannya dengan
sukacita dan tidak merasa terpaksa. Sebagai anak-anak Tuhan,
kita harus meneladani sikap Yesus yang penuh kasih ini dengan
mengasihi orang lain. Kesimpulan ini hendaknya diikuti juga
dengan penerapan-penerapan praktis sesuai dengan kenyataan
hidup anak-anak.
10. Sebagai penutup, anak-anak diminta menghafalkan ayat hafalan:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
SIMULASI: PENGALAMAN DALAM KEBUTAAN
Simulasi ini ingin mengajarkan kepada anak-anak untuk percaya akan
penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Urutan kegiatan dan contoh aplikasi dalam bercerita:
1. Guru meminta anak-anak untuk berpasangan. Sebaiknya putra dengan
putra dan putri dengan putri.
2. Guru menjelaskan bahwa salah satu anak (dalam setiap pasangan)
akan berperan sebagai orang buta yang ditutup matanya dengan kain
(kain hitam). Teman yang lain berperan sebagai pembimbing orang
buta tersebut.
3. Guru menyiapkan arena simulasi dengan memberi beberapa rintangan.
4. Selanjutnya, pembimbing orang buta membawa orang buta
(pasangannya) berjalan berkeliling di arena simulasi yang sudah
diberi rintangan selama waktu tertentu (lima menit misalnya).
5. Pembimbing hanya boleh mengatakan kata-kata yang menunjukkan
arah, misalnya ke kanan lima langkah, kiri, maju, mundur,
berhenti, dan sebagainya.
6. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta setiap pasangan
berganti peran sehingga setiap anak pernah merasakan menjadi
orang buta.
7. Setelah itu guru dapat menyampaikan pengajaran (bagian pertama)
yang intinya menunjukkan penyertaan Tuhan kepada manusia yang
berdosa. Misalnya dengan menjelaskan bahwa dosa telah membuat
manusia kehilangan arah. Oleh sebab itu, manusia memerlukan
tuntunan dari Tuhan. Tuntunan itu berupa firman Allah yang
menunjukkan arah bagi manusia agar memeroleh keselamatan.
8. Setelah menyampaikan pengajaran bagian pertama, simulasi
dilanjutkan kembali. Jika simulasi pertama teman yang berperan
sebagai pembimbing menunjukkan arah, maka pada simulasi
berikutnya pembimbing tidak memberi petunjuk apapun kepada orang
buta. Ia hanya menuntun dan mengarahkan dengan menggandeng
tangannya saja. Setiap anak diharapkan merasakan pengalaman
tersebut.
9. Pada akhir simulasi, guru menyampaikan pengajaran berikutnya.
Misalnya menjelaskan bahwa kita harus percaya kepada tuntunan
Allah karena tuntunan-Nya pasti bertujuan baik dan demi
keselamatan manusia.
Diambil dari:
Judul buku: Metode Anak Aktif dalam Bercerita dan Membaca Alkitab
Penulis: Paulus Lie
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002
Halaman: 7 -- 12
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
KONSELING UNTUK ANAK DALAM C3I
Tidak jarang seorang pelayan anak juga merangkap sebagai konselor
untuk anak-anak layannya. Lengkapi diri Anda dengan
referensi-referensi seputar konseling anak dalam situs Christian
Counseling Centre Indonesia (C3I). Berikut beberapa artikel yang
dapat Anda simak di dalam situs tersebut.
1. Melayani Anak yang Menghadapi Kematian
http://c3i.sabda.org/melayani_anak_yang_menghadapi_kematian_0
2. Bagaimana Membantu Anak Menghadapi Stres
http://c3i.sabda.org/bagaimana_membantu_anak_menghadapi_stres_0
3. Anak Anda dapat Menjinakkan Si Monster Televisi
http://c3i.sabda.org/anak_anda_dapat_menjinakkan_si_monster_televisi_0
4. Bagaimana Menasihati Anak yang Begitu Nakal?
http://c3i.sabda.org/bagaimana_menasihati_anak_yang_begitu_nakal
5. Bagaimana Membantu Anak Menghadapi Stres?
http://c3i.sabda.org/bagaimana_membantu_anak_menghadapi_stres
Oleh: Davida (Redaksi)
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
Ceritakanlah segala perbuatan Allah yang ajaib
kepada anak-anak layan Anda, maka dia akan menjadi
duta Allah untuk bersaksi bagi dunia tentang kasih Allah.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|