NARWASTU
Tidak banyak barang miliknya yang bisa dibawa Ruti* saat dia melarikan diri dan pindah ke kota yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya, ribuan mil jauhnya dari rumah. Dia melakukan semua ini karena satu alasan: agar keluarganya tidak menemukannya dan kemudian memaksanya untuk menyangkal Kristus dan kembali menjadi seorang muslim.
Sebagai gadis berusia 17 tahun, Ruti* tidak akan pernah menyangka bahwa jatuh cinta pada "orang yang salah" akan mengubah jalan hidupnya selamanya. Ketika keluarganya mengetahui bahwa pacar Kristennya pindah ke sekolahnya, mereka memutuskan untuk memindahkan Ruti ke kota lain dan tinggal bersama kakak laki-lakinya, karena mereka tidak ingin dia terbujuk untuk menjadi seorang Kristen dan meninggalkan agama Islamnya. Tak berdaya, Ruti menyerah pada keputusan keluarganya dan pindah untuk tinggal bersama abangnya.
Selama setahun tinggal bersama abangnya, keluarganya terus menyarankan dia untuk segera menikah dan menjodohkannya dengan beberapa pria setelah mereka mengetahui bahwa dia masih berkomunikasi dengan pacarnya. Hal itu sangat sering membuatnya depresi. Dan, suatu hari, dia merasa tak sanggup lagi menanggungnya. "Tidak ada yang mengerti situasi saya. Saya merasa tidak ada harapan. Saya ingin bunuh diri. Saya menangis keras. Kemudian, saya merasakan kedamaian dalam hati saya dan sebuah suara berbicara kepada saya, 'Kamu harus tenang. Kamu tidak perlu menangis. Tuhan menerimamu apa adanya. Dia tahu apa yang terjadi dalam hidupmu. Kamu sangat berarti bagi-Nya.'" Pada saat itu, dia merasa seperti ada tangan yang terulur padanya. "Saya langsung merasa tenang, tidak lagi menangis dan saya mulai tersenyum sendiri. Tidak, saya tidak gila. Saya hanya merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Tiba-tiba, saya tahu bahwa saya telah memaafkan semua orang. Tidak ada lagi kemarahan dalam hati saya," katanya.
Tak lama, konflik dalam keluarganya membuatnya dapat keluar dari rumah abangnya dan pindah ke kos. Di situlah dia mulai pergi ke gereja dan dimuridkan di gereja tersebut. Awalnya dia minta langsung dibaptis, namun dia harus melewati proses katekisasi terlebih dahulu. Pada saat yang sama, Tuhan memberinya kesempatan untuk melarikan diri. Kesempatan itu diambilnya dan dalam pelariannya ke kota, ia berhasil mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, itu tidak berlangsung lama. Keberadaannya diketahui, dan ia dijemput pulang secara paksa oleh keluarganya.
Saat itu adalah bulan puasa, dan dia memutuskan untuk tidak berpuasa. Saat ibunya mengetahui hal itu dan bertanya kepadanya, Ruti hanya menjawab, "Saya sudah Kristen sekarang, Ma. Saya tidak puasa. Jika Mama tidak mau terima itu, lebih baik saya pergi." Saat ia hendak pergi, tubuhnya ditahan oleh empat orang. Mereka memaksa Ruti untuk menyangkal Kristus.
"Saya hanya percaya kepada Yesus! Yesus! Yesus!" dia berteriak. Saat itulah mereka memukuli mulutnya dan menamparnya berkali-kali. Mereka melemparkannya ke tempat tidur dan mencekiknya. Dia berkata, "Mereka juga memotong rambut saya dengan sembarangan. Menggenggam tangan saya dengan erat dan kuku saya mulai lepas. Tetapi pada saat itu, saya tidak merasakan sakit apa pun." Saat lehernya dicekik, keluarganya mengira mereka mendengarnya memanggil nama Allah, jadi mereka akhirnya melepaskan cengkeraman mereka dan berkata, "Dia sudah sadar sekarang. Jangan lakukan itu lagi ya. Islam itu indah, dan lain-lain."
Setelah itu, dia bertekad untuk mendapatkan kepercayaan mereka, sambil menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri. Ketika dia mendapat kesempatan itu, dia melarikan diri ke kampung sebelah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Salah satu warga mengizinkan dia tinggal di tempat mereka setelah dia menceritakan pengalamannya. Dari sana ia berkesempatan kembali ke kota untuk mencari pekerjaan, karena ia tidak lagi memiliki uang. Puji Tuhan, tempat dia bekerja sebelumnya bersedia menerimanya kembali.
Namun, keberadaannya diketahui kembali sehingga keluarganya kembali menjemput paksa bersama kepala desa dan polisi agar dia kembali ke rumah. Dia setuju dengan syarat dia tidak mau kembali ke rumah. Akhirnya ia tinggal di rumah kepala desa. Ibunya memeluknya ketika dia tiba di kampung, "Aku akan mengizinkanmu pergi ke gereja, yang penting kamu pulang." Jadi, pada beberapa kesempatan, keluarganya mengantarnya ke gereja tetapi tetap di dalam mobil. Mengalami hal ini, dia mengira keluarganya telah menerima keyakinannya sampai suatu malam, mereka menjebaknya.
Ketika dia datang ke rumahnya, mereka telah menyiapkan seorang dukun. Dukun itu menginterogasinya dan mengatakan bahwa pacarnya telah memantrainya. Dukun itu juga mengatakan hal-hal yang buruk tentang Kekristenan.
Terpojok, dia berkata pada dirinya sendiri, "Saya tidak akan bisa melarikan diri jika saya tidak melakukan apa yang mereka inginkan." Jadi, dia berpura-pura mau memeluk Islam lagi dan mengatakan hal-hal yang ingin mereka dengar. Dukun itu selalu memberinya ramuan dengan maksud untuk mengusir "roh Kristen". Dia meminumnya, tetapi sekaligus berdoa agar Tuhan melindunginya dari ramuan tersebut. Sejak itu, keluarganya berusaha "menyembuhkan" dia dengan mendatangkan beberapa dukun. Dia terus berdoa, meminta kekuatan dan kesabaran karena "perawatan" oleh para dukun itu membuatnya depresi dan terganggu mentalnya. Dia meminta Tuhan untuk memberinya kesempatan untuk keluar dari rumah.
Lima bulan telah berlalu. Dia mendaftar kuliah dan diterima. Di sini, dia melihat peluang dan membuat rencana. Suatu hari, dia memiliki jadwal kampus. Dia mengemasi tasnya, mengatakan bahwa dia akan mampir di binatu dalam perjalanan ke kampusnya bersama keponakannya. Saat keponakannya mengantarnya ke kampus, dia mengatakan bahwa dia akan masuk kelas selagi keponakannya menungguinya. Namun, ia mengambil jalan memutar dan berhasil melarikan diri tanpa diketahui keponakannya.
Dengan keberanian yang Tuhan berikan, Ruti naik bus seorang diri menuju ke satu kota yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Berkat bantuan jaringan dari anggota gereja yang sebelumnya memuridkannya, SALT mengetahui tentang keadaannya dan menjemputnya untuk segera membawanya ke rumah perlindungan.
Saat ini, Ruti tinggal bersama kakak-kakak rohaninya untuk dimuridkan dan dibina. SALT pun mendukung Ruti secara finansial sampai dia bisa berdiri sendiri. Suatu hari kelak, Ruti memiliki kerinduan untuk menjadi guru agama Kristen.
Doakan agar iman Ruti semakin dikuatkan dan Tuhan dapat memakainya secara luar biasa, khususnya untuk memenangkan keluarganya.
|