Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2018/04

e-JEMMi edisi No. 04 Vol. 21/2018 (24-4-2018)

Apologetika

Apologetika
e-JEMMi -- Edisi 04/April/2018
 

e-JEMMi

DARI REDAKSI:

Firman Tuhan sebagai Dasar Apologetika

Apologetika sering menjadi bagian yang penting dalam proses penginjilan. Berbagai topik tentang Allah, Alkitab, Injil, dan iman Kristen selalu dan akan terus menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang yang belum percaya. Kita percaya bahwa Injil adalah kekuatan untuk menyelamatkan, terlepas dari siapa pun yang memberitakannya. Namun, di sisi lain, kita juga harus siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang belum percaya. Pada saat itu, apologetika menjadi bagian yang berperan penting dalam penginjilan atau kesaksian kita tentang Allah, yang sayangnya justru sering menjadi bagian yang gagal untuk dipresentasikan dengan baik oleh orang-orang percaya. Ada banyak alasan untuk ini, dan kurangnya hikmat serta relasi yang benar akan Allah sering kali menjadi alasan terbesar. Alkitab tentu saja adalah sumber pertama dan utama dalam apologetika karena dari sanalah pengetahuan, iman, dan relasi kita dengan Allah bertumbuh. Segala argumen atau pengetahuan yang kita miliki untuk berapologetika tidak akan ada gunanya jika itu tidak berdasar dari firman Tuhan. Untuk lebih jauh membahas mengenai hal ini, dalam edisi kali ini kami menyajikan satu artikel yang membahas Alkitab sebagai alat apologetika. Hidup kita yang menghadirkan Kristus sesungguhnya akan menjadi kesaksian yang paling kuat untuk menarik orang-orang agar mengenal-Nya. Dan, hal itu hanya akan terjadi jika kehidupan kita senantiasa terkait erat dengan firman Tuhan setiap hari.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
N. Risanti

 

ARTIKEL
Alat Apologetika yang Paling Efektif di Dunia

Sebagian besar orang tidak merasa perlu untuk bergumul seperti Descartes tentang bagaimana mereka bisa yakin bahwa mereka ada. Dan, sebagian besar tidak meragukan keberadaan matahari. Hal-hal ini adalah jelas dan terbukti nyata dengan sendirinya ketika seseorang melihat hal-hal tersebut.

Dan, demikian pula halnya dengan Yesus Kristus. Dia adalah yang ada sebelum siapa pun (Yohanes 8:58). Dia adalah “surya pagi dari tempat yang tinggi” (Lukas 1:78). Dia adalah Realitas yang paling terbukti nyata yang ada. Ketika orang-orang melihat Dia, mereka tahu siapa Dia.

Perlengkapan Apologetika yang Terhebat

Saya bersyukur sedalam-dalamnya kepada Tuhan untuk ahli apologetika seperti C.S. Lewis, Ravi Zacharias, William Lane Craig, dan banyak lainnya seperti mereka.

Allah memberikan mereka kepada gereja untuk “mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah” (2 Korintus 10:5). Dan, Dia memakai mereka untuk mendorong dan membangun orang Kristen lainnya dalam iman dan untuk menolong orang bukan Kristen melihat Yesus sebagaimana Dia sesungguhnya supaya menjadi Kristen.

Namun, Anda tidak harus menjadi cerdas untuk menunjukkan kepada orang-orang siapa sesungguhnya Yesus. Sebagian besar orang tidak menjadi percaya kepada Kristus melalui argumen-argumen yang "njlimet" dari para filsuf atau teolog-teolog berperingkat atas, tetapi melalui orang biasa yang dengan setia menunjukkan Yesus yang sangat luar biasa sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya sendiri di dalam Kitab Suci.

Alkitab itu sendiri merupakan alat apologetika terhebat yang ada di dunia. Sebab itu, semakin banyak orang yang menjadi tahu dan mengasihi Yesus Kristus hanya dengan membaca Alkitab dibandingkan hal lainnya.

Hati Diciptakan untuk Kemuliaan sebagaimana Dinyatakan Alkitab

Dan, itu adalah karena, seperti yang dikatakan oleh John Piper,

"Terdapat sebuah tempat dalam hati manusia yang diciptakan Allah untuk siap menerima kepastian kemuliaan ilahi [Yesus] yang terbukti nyata. Kita diciptakan untuk mengenal dan menikmati pribadi ini, Yesus Kristus, inkarnasi Allah yang mahamulia menjadi manusia yang rendah. Kita bisa merasakannya dalam kelelahan kita atau dalam mimpi-mimpi kita yang global. Akan tetapi, kita tahu. Itu tertulis dalam hati kita." (A Peculiar Glory, 224)

Apa yang terjadi ketika orang-orang membaca Alkitab dan diubah secara radikal menjadi para pengikut Yesus adalah bahwa mereka berjumpa dengan Dia. Mereka melihat Dia dengan mata yang sesungguhnya, di mana mata kita adalah tiruan dan bayang-bayang. Paulus menyebut mata kita “mata hati” (Efesus 1:18) atau mata pikiran (2 Korintus 4:4). Ini adalah mata yang dirancang untuk melihat realitas, yang kita sebut kebenaran. Dan, entah mata itu melihat kebenaran atau tidak, jika dewa dari dunia ini memiliki caranya, mereka hanyalah melihat yang tiruan yang dianggap sebagai kebenaran:

"Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4)

Yesus adalah kebenaran (Yohanes 14:6), dan karena itu juga maka Dia disebut sebagai Firman (Yohanes 1:1) dan terang dunia (Yohanes 1:5). Namun, melihat Yesus dengan mata yang sesungguhnya hanya terjadi ketika orang-orang melihat Dia dalam (atau melalui) kebenaran yang Dia sampaikan – “cahaya Injil”.

Itulah sebabnya, pendekatan apologetika paling efektif yang bisa kita gunakan adalah seperti yang Filipus gunakan saat menghadapi skeptisisme Natanael: ”Mari dan lihatlah!” (Yohanes 1:46). Lebih dari apa pun yang lain, kita ingin mengajak orang-orang kepada pewahyuan Yesus Kristus dalam Alkitab yang terbukti nyata. Kita ingin menolong mereka melihat ke Kitab itu. Dan, itu adalah karena,

"Inti dari kemuliaan Allah, seperti yang diwahyukan-Nya di dalam Kitab Suci, adalah bagaimana keagungan-Nya diekspresikan melalui kelemahlembutan-Nya. Saya menyebut ini penyejajaran Allah yang bersifat paradoks dari sifat-sifat yang sepertinya bertolak belakang. Jonathan Edwards menyebutnya 'penghubung yang mengagumkan dari kualitas-kualitas tinggi yang beraneka ragam'. Pola penyataan diri Allah dalam kegagahan dan kekuatan seperti singa ini bersamaan dengan kelemahlembutan dan melayani yang seperti domba ditemukan dalam seluruh Alkitab dan mencapai klimaksnya dalam pribadi dan karya Yesus Kristus ketika mati dan bangkit bagi orang-orang berdosa." (A Peculiar Glory, hal. 225-226)

Kemuliaan kekuatan Allah yang paling agung dan kelemahlembutan-Nya yang paling rendah hati, itu semua sesuai dengan tempat yang Allah rancang dalam hati manusia. Dan, ketika orang-orang melihat ke dalam Kitab itu, jika Tuhan menganugerahkan penglihatan dalam mata hati mereka, itulah yang akan mereka lihat terungkap di sana. Mereka akan menemukan Dia, yang untuk-Nya, mereka dirancang untuk mengenal dan mengasihi Dia, lebih dari apa pun yang lain.

Bantu Mereka Melihat pada Kitab Itu

Tidak ada satu pun dari hal ini yang mengurangi nilai dari karya brilian dari para ahli apologetika dan cendekiawan Kristen. Allah membangkitkan mereka untuk “mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 1:3) dan tentu saja memakai mereka untuk memperlengkapi dan menguatkan orang-orang kudus.

Akan tetapi, ini adalah dorongan yang sederhana bagi kita untuk tidak merendahkan kekuatan dari Alkitab. Bagi kita yang tidak kekal, sangatlah menggoda untuk mengira bahwa kita perlu menghadiri lebih banyak seminar, kelas-kelas pembinaan, atau konferensi. Atau, kita perlu membaca lebih banyak buku apologetika atau penginjilan sebelum kita siap untuk menyaksikan iman kita. Hal-hal ini bisa bermanfaat, tetapi kekuatan untuk menolong orang agar benar-benar melihat Yesus bukan terletak pada teknik, atau pengetahuan budaya, atau berdebat dari sisi sejarah dan logika. Hal itu terletak di dalam Alkitab.

Yang benar-benar kita butuhkan adalah keyakinan di dalam Alkitab. Itu adalah pewahyuan Allah di dalam Kristus Yesus yang terbukti nyata, yang diinspirasi Roh Kudus, yang dibentuk Roh Kudus, dan yang dipelihara Roh Kudus. Ini adalah Kitab yang paling berpengaruh sepanjang masa, alat yang paling efektif di dunia, dan sebagian besar orang Kristen di dunia telah melihat kemuliaan Yesus di dalamnya karena beberapa orang biasa yang setia menunjukkannya kepada mereka.

Dan, Allah menyukai cara itu. Dia suka menunjukkan kuasa-Nya dengan memilih orang-orang yang lemah dan bodoh, seperti Anda dan saya, untuk menunjukkan Dia kepada orang lain (1 Korintus 1:26-29). Jadi, majulah melangkah dengan iman. Tunjukkan kepada seseorang sumber segala keindahan itu. Bantulah mereka untuk melihat ke Kitab yang luar biasa itu. (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
URL : https://www.desiringgod.org/articles/the-most-powerful-apologetic-tool-in-the-world
Judul asli artikel : The Most Powerful Apologetic Tool in The World
Penulis Artikel : Jon Bloom
Tanggal akses : 4 Januari 2018
 

TOKOH MISI
John G. Paton: Seorang Misionaris yang Penuh dengan Keberanian

John Paton adalah seorang yang berani. Seperti ayahnya, John Paton memiliki kekuatan dalam imannya dan bekerja di antara para kanibal New Hebrides, yang merupakan bangsa modern Vanuatu di Samudra Pasifik Selatan.

Masa Muda

John Paton lahir pada 1824 di Skotlandia. Ayahnya mengabdikan imannya kepada Kristus. Tiga kali sehari, ayah John akan masuk ke dalam kamar doa dan berdoa. Setiap kali keluar dari kamar doanya, wajahnya akan berbeda dari sebelumnya. Dalam karyanya, John G. Paton: Apostle of Christ , Eugene Harrison menulis, "Dalam sebuah bagian yang luar biasa indahnya, dia membayangkan ayahnya, James Paton, sebagai orang yang saleh, tiga kali sehari pergi ke kamar doa dan keluar dengan wajah bersinar seperti orang yang pernah berada di Bukit Transfigurasi."[1] Hal itu sangat memengaruhi John muda. John belajar di sekolah dasar dan kemudian keluar pada usia 12 tahun untuk membantu ayahnya dalam perdagangan pembuatan stoking. Meskipun John tidak mendapatkan pendidikan formal di luar sekolah dasar, dia belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin selama dua jam setiap hari.

Persiapan untuk Pelayanan Misionaris

John Paton adalah seorang misionaris kota di Glasgow selama 10 tahun. Sebenarnya, sementara menjadi seorang misionaris di Glasgow, "Dia belajar untuk berurusan dengan semua jenis orang, dan dia melihat kekuatan Injil untuk mengangkat yang paling rusak".[2] Pekerjaannya di Glasgow, mempersiapkan Paton untuk bekerja di antara para kanibal di New Hebrides.

Bekerja di Antara Para Kanibal

Ketika Paton pertama kali diterima bekerja di antara para kanibal New Hebrides, ada orang-orang yang mencoba membujuknya untuk tidak pergi. Seorang pria tua memperingatkan John, "Orang-orang kanibal! Anda akan dimakan oleh para kanibal."[3] Terhadapnya, John menjawab bahwa dia mungkin akan menyerahkan hidupnya untuk Kristus karena pada akhirnya, tubuhnya akan membusuk di tanah.

Pada 1858, Paton berlayar ke New Hebrides untuk bekerja di antara orang-orang Tanna, yang bersifat kanibal. Setahun setelah tiba di pulau itu, istri Paton meninggal. Orang-orang Tanna adalah orang-orang yang tidak jujur, pengkhianat, dan Paton tidak menyukai nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakatnya. Orang-orang Tanna mencoba membunuh Paton berkali-kali melalui sihir hitam. Selain pertentangan dengan masyarakat, Paton juga mengidap Malaria.[4] Tidak seperti keluarganya yang lain, Paton selamat dari serangan Malaria.

Cuti

Pada 1862, para misionaris yang bekerja dengan Paton setuju bahwa dia harus mengambil cuti. Dia menggunakan cuti sebagai kesempatan untuk mengumpulkan dana bagi sebuah kapal untuk membantu misionaris di New Hebrides. Awalnya, Paton hanya pergi ke Australia untuk melakukan penggalangan dana, dan hasilnya berjalan sangat baik. Karena begitu sukses, dia memutuskan untuk pergi ke Skotlandia dan Inggris juga. Sementara di Skotlandia, dia bertemu dengan seorang wanita bernama Miss Margaret Whitegross, menikahinya, dan kemudian kembali ke New Hebrides -- kali ini ke Pulau Aniwa.

Bekerja di Aniwa

Orang-orang Aniwa lebih terbuka terhadap Kabar Baik daripada orang-orang Tanna. Banyak orang datang untuk mengetahui kasih Kristus dan sebuah gereja dimulai di sana.

Perjalanan yang Meluas

Pada 1884 dan 1892, Paton melakukan perjalanan yang lebih luas untuk berbicara tentang kebutuhan akan lebih banyak misionaris di New Hebrides. Pada 1900, Paton melakukan perjalanan terakhirnya di Amerika.

Kematian

Paton meninggal pada tanggal 28 Januari 1907 di Melbourne, Australia. Dia hidup sampai usia 83 tahun.

Warisan

Kisah Paton telah mengilhami ribuan orang untuk menjadi misionaris. Menurut Randy Alcorn, "Karena kisah Paton, hampir satu dari enam pendeta Presbyterian di Australia pergi untuk melayani Allah sebagai misionaris."[5] Itu adalah dampak yang luar biasa. Semua penderitaan Paton tidak sia-sia.

Kesimpulan

Paton tidak pernah membiarkan rasa takut menahannya untuk membagikan Kabar Baik, bahkan saat hidupnya berada dalam bahaya dari ancaman kanibal. Kita juga bisa untuk tidak menjadi takut pada saat membagikan Kabar Baik. (t/N. Risanti)


[1] Harrison, Eugene Meyers. John G. Paton: Apostle of Christ. Wholesome Words. http://www.wholesomewords.org/missions/biopaton.html

[2] Pounds, Jessie Brown. Pioneer Missionary: John G. Paton. Wholesome Words. http://www.wholesomewords.org/missions/biopaton9.html

[3] Piper, John. You Will Be Eaten by Cannibals! Lessons from the Life of John G. Paton. http://www.desiringgod.org/messages/you-will-be-eaten-by-cannibals-lessons-from-the-life-of-john-g-paton

[4] Parsonson, G.S. Biography - John Gibson Paton. Australian Dictionary of Biography. http://adb.anu.edu.au/biography/paton-john-gibson-4374

[5] Alcorn, Randy. To “Live and Die Serving and Honoring the Lord Jesus”: Missionary John G. Paton. Eternal Perspectives Ministries. http://www.epm.org/blog/2016/Jul/27/john-g-paton
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Mission Box
Alamat situs : http://missionsbox.org/missionary-bio/john-g-paton-missionary-courage/
Judul asli artikel : John G. Paton: A Missionary of Courage
Penulis artikel : Tim Missions Box
Tanggal akses : 14 November 2017
 
Stop Press! Dapatkan Publikasi 40 Hari Doa, Mengasihi Bangsa dalam Doa!

Publikasi 40 Hari Doa

Yayasan Lembaga SABDA melalui publikasi 40 Hari Doa mengajak Anda bersatu hati untuk mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah puasa pada Mei-Juni mendatang. Dengan bergabung dalam gerakan doa ini, kita akan bersama-sama memohon kuasa Tuhan dinyatakan bagi saudara-saudara kita sehingga mereka dapat beroleh jalan kepada Kristus, sang Kebenaran Sejati.

Jika Anda rindu untuk bergabung dalam gerakan doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail Anda ke: subscribe-i-kan-buah-doa@hub.xc.org. Anda juga dapat mengajak teman-teman Anda untuk bergabung menjadi pendoa dengan mengirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: doa@sabda.org. Setelah terdaftar menjadi pelanggan, Anda akan menerima kiriman publikasi kami melalui email.

Mari, kita bersatu hati dan berdoa supaya setiap suku bangsa memuliakan nama-Nya. Amin.

"... supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:2)

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-JEMMi.
misi@sabda.org
e-JEMMi
@sabdamisi
Redaksi: N. Risanti, Rostika, dan Yulia Oeniyati
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org