Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2013/09

e-JEMMi edisi No. 09 Vol. 16/2013 (26-2-2013)

Generasi Yosua (Roma 8:37)


Februari 2013, Vol.16, No.09
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Generasi Yosua (Roma 8:37)
No.09, Vol.16, Februari 2013

Shalom,

Sebagai pembuka edisi ini, redaksi menyajikan sebuah Renungan Misi 
yang berjudul "Generasi Yosua". Yosua sendiri adalah sosok pemimpin 
hebat yang menjadi panutan Bangsa Israel. Namun, sebelum menjadi 
seorang pemimpin yang hebat, ia terlebih dahulu menjadi pengikut Musa 
yang setia. Dari waktu ke waktu, ketaatannya kepada pemimpin, 
kerendahan hati, kepemimpinan, dan imannya kepada Allah terus 
meningkat. Ketika saatnya tiba, Musa menyerahkan kepemimpinan kepada 
Yosua dan ia siap untuk itu. Di sini, kita belajar bahwa untuk menjadi 
pemimpin yang baik, kita harus menjadi pengikut yang baik terlebih 
dahulu.

Selain renungan tentang Yosua, simak juga profil suku Bawean di Jawa 
Timur dan berdoalah bagi pekabaran Injil di sana. Tuhan Yesus 
memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Yusak
< http://misi.sabda.org/ >


            RENUNGAN MISI: GENERASI YOSUA (ROMA 8:37)

Generasi Yosua adalah generasi lebih dari pemenang. Menjadi lebih dari 
pemenang merupakan kerinduan setiap orang percaya. Sering kali, 
kegagalan dan kelemahan kita membuat kerinduan itu menjadi sekadar 
kerinduan saja, memandang hal itu hanya sebagai impian dan fantasi 
yang tidak mungkin terwujud. Apa yang Allah janjikan tidak pernah 
gagal. Dia menjanjikan kemerdekaan melalui kebenaran-Nya (Yohanes 
8:32), 
kekuatan dalam Kristus Yesus (Filipi 4:13), serta kemenangan di 
dalam iman (1 Yohanes 5:4). Seperti Allah menjanjikan Tanah Kanaan 
kepada Bangsa Israel dan menggenapi janji-Nya, demikian pula Allah 
akan menggenapi janji-janji-Nya dalam kehidupan kita, yaitu jika kita 
beriman, setia, dan mengasihi Dia (Roma 8:28).

Yosua adalah teladan yang luar biasa. Dia bukan saja berhasil memimpin 
Bangsa Israel menaklukkan Tanah Perjanjian, tetapi dia juga berhasil 
memimpin generasinya selama masa 40 tahun untuk tetap setia kepada 
Allah, yang telah menjanjikan Tanah tersebut kepada nenek moyang 
mereka dan menggenapi janji tersebut.

Berikut ini beberapa karakter yang dimiliki oleh Yosua:

1. Rendah Hati (1 Tawarikh 7:20-27)

Yosua berasal dari suku Efraim, generasi ke-10 dari Yusuf. Ayahnya 
adalah Nun, kakeknya adalah Elishama yang memimpin Efraim di padang 
gurun. Melihat dari latar belakang keluarganya, Yosua berasal dari 
keluarga yang memegang kepemimpinan, namun ia tidak bersandar pada hal 
itu. Dia rela menjadi hamba Musa. Ini membuktikan kerendahan hatinya. 
Yosua lahir pada masa perbudakan dan dalam lingkungan yang menyembah 
berhala. Namun, Yosua tidak membiarkan hal itu mengikatnya. Selama 
hidupnya, ia tidak menyembah berhala, bahkan dia memimpin umat Tuhan 
untuk hidup benar dan tulus di hadapan Allah, sehingga Allah 
memberkati kehidupannya dan Bangsa Israel selama masa kepemimpinan 
Yosua.

2. Rela Berkorban (Ulangan 1:34-40)

Oleh karena kekerasan hati umat Israel, maka Allah murka terhadap 
mereka sehingga mereka mengalami banyak penderitaan, sakit penyakit, 
peperangan, dan berbagai kesengsaraan lainnya, selama 40 tahun dalam 
pengembaraan mereka di padang gurun. Yosua yang setia kepada Allah dan 
berpegang pada janji-Nya, juga harus mengembara bersama umat yang 
telah memberontak kepada Allah. Dia tidak semestinya menderita dan 
mengalami berbagai kesusahan dan kesengsaraan selama 40 tahun 
pengembaraan di padang gurun yang tandus dan penuh bahaya. Namun, ia 
rela berjalan bersama mereka menanggung hukuman yang tidak selayaknya 
dia tanggung, dia rela menderita karena kesalahan orang lain. Yosua 
tidak bersungut-sungut melainkan memancarkan kasihnya kepada Allah dan 
kepada sesamanya.

3. Senantiasa Mencari Wajah Tuhan (Keluaran 24:12-18)

Yosua memiliki pengalaman rohani yang luar biasa semasa menjadi hamba 
Musa. Selain Yosua, tidak ada orang lain yang diizinkan untuk menemani 
Musa naik ke Gunung Sinai, di mana kemuliaan Allah tinggal. Di situ, 
Musa tinggal selama 40 hari, 40 malam dalam kemuliaan dan hadirat 
Allah, di mana Allah memberikan petunjuk yang sangat penting dan luar 
biasa kepada Musa, yaitu membangun Kemah Suci dengan segala petunjuk 
arsitekturnya. Tidak ada pemimpin yang akan berhasil memimpin umat 
Allah tanpa pengalaman pribadi dengan Allah.

Keluaran 33:7 dan Keluaran 11 memberikan suatu gambaran kerinduan hati 
Yosua untuk senantiasa berada dalam hadirat Allah. Dia tidak takut 
(secara negatif) kepada Allah, sebaliknya mengharapkan Allah berbicara 
kepadanya secara pribadi.

4. Beriman dan Optimis (Bilangan 13,14, 32:12)

Yosua adalah pemuda yang gagah perkasa, ia terpilih bersama 11 pemuda 
lainnya untuk menyelidiki Kanaan; Tanah Perjanjian. Namun sangat 
disesalkan, setelah mereka kembali dari pengintaian, ke-10 pengintai, 
kecuali Yosua dan Kaleb, hanya memandang hal-hal lahiriah saja; 
mengandalkan sepenuhnya kemampuan indera mereka. Memang sebagian 
laporan mereka benar sesuai dengan apa yang mereka lihat, yaitu tanah 
yang berlimpah dengan susu dan madu, dan raksasa-raksasa yang 
menguasai tanah tersebut. Mereka berkesimpulan, jika situasinya 
seperti itu, maka mereka tidak akan mampu menaklukkan Tanah tersebut, 
mereka telah mengabaikan Allah, Sang Pencipta yang telah menjanjikan 
Tanah itu kepada mereka. Akan tetapi, Yosua memunyai pandangan yang 
berbeda dengan mereka. Ia bersama dengan Kaleb memberikan semangat 
kepada umat Israel untuk tetap memegang janji Tuhan dan tetap 
mengikuti perintah-Nya menaklukkan Tanah tersebut. Yosua memunyai 
sikap yang optimis karena dia menaruh harapan dan imannya kepada Allah 
yang Setia (Ibrani 11:1; Yeremia 17:7).

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: HARVESTER, Edisi Desember, Tahun 1993
Penulis: Steven
Penerbit: Indonesian Harvest Outreach, Jakarta
Halaman: 10 -- 11


               PROFIL BANGSA: BAWEAN DI INDONESIA

Sejarah

Kampung halaman orang-orang Bawean adalah pulau berukuran 200 
kilometer kubik, dan berjarak sejauh 120 kilometer di sebelah Utara 
Kota Surabaya (Jawa Timur), di tengah Laut Jawa. Bawean juga dikenal 
sebagai "Pulau Putri" karena mayoritas penduduknya adalah wanita. Hal 
itu disebabkan karena para pria cenderung mencari pekerjaan di pulau-
pulau yang lain. Seorang pria dari desa Tanjung Ori yang dahulu 
bekerja selama 20 tahun di Malaysia berkata, "Seorang pria Bawean 
tidak akan dianggap sebagai seorang dewasa sampai ia menjejakkan 
kakinya di tanah asing." Merantau merupakan aspek utama dari budaya 
orang-orang Bawean, dan hal itu memengaruhi hampir setiap segi yang 
lain dari masyarakat mereka. Terdapat sejumlah besar orang Bawean yang 
tinggal di Malaysia. Kenyataannya, jumlah penduduk Bawean yang tinggal 
di sana jauh melebihi yang ditemukan di pulau mereka sendiri, yang 
berjumlah 60.000 jiwa. Wilayah-wilayah migrasi orang-orang Bawean yang 
lain meliputi Singapura, di mana mereka dikenal sebagai orang-orang 
Boyan dan Perth, Australia.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Budaya merantau menciptakan beberapa dinamika yang menarik bagi orang-
orang Bawean. Di satu sisi, kampung halaman mereka terisolasi dan 
terpisah dari kehidupan Indonesia yang modern. Di sisi lain, mereka 
sangat terbuka kepada dunia melalui anggota-anggota keluarga mereka 
yang bermigrasi dan kemudian kembali ke Bawean. Meskipun nenek moyang 
mereka berasal dari pulau Madura (seperti yang terlihat dalam 
kemiripan bahasa mereka), selama berabad-abad orang-orang Bawean telah 
mengembangkan budaya mereka sendiri yang unik. Pengaruh-pengaruh yang 
jelas berasal dari Madura, Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, dan 
Kalimantan. Oleh karena itu, maka Emmanuel Subangun, seorang wartawan 
Kompas, menulis di tahun 1976 bahwa orang-orang Bawean adalah "sebuah 
kristalisasi dari keragaman suku Indonesia". Sumber pendapatan utama 
untuk mereka yang hidup dan bekerja di pulau tersebut adalah bertani 
dan menangkap ikan. Selain itu, beberapa penduduk membuat tikar dari 
serat daun kelapa sebagai kerajinan tangan setempat, memiliki toko-
toko kecil, atau menambang sejenis batu akik dengan kualitas tinggi 
yang ditemukan di pulau tersebut, dan dikapalkan ke Jawa atau ke 
tempat lain di dunia. Namun demikian, hampir semua pendapatan penduduk 
di pulau tersebut berasal dari anggota keluarga yang tinggal dan 
bekerja di luar negeri, dan yang mengirimkan uang kembali kepada 
keluarga mereka di Bawean.

Apa Keyakinan Mereka?

Mulanya, orang-orang Bawean menganut keyakinan animistis. Kemudian, 
pengaruh-pengaruh Hindu dan Buddha memasuki pulau tersebut sampai 
tahun 1600-an ketika orang-orang Bawean berpindah ke Islam. Ketaatan 
keagamaan mereka sangat kuat dan mereka bangga pada diri mereka 
sendiri dalam hal jumlah penduduk keseluruhan pulau mengikut Islam. 
Ada banyak masjid, musholla, dan pesantren di setiap desa. Anak-anak 
laki-laki dan perempuan dari usia 6 atau 7 tahun mendapatkan 
pengajaran keagamaan, termasuk pelajaran-pelajaran menghafalkan Quran, 
dan kadang-kadang tinggal di rumah seorang kiai. Para kiai sangat 
dihormati oleh orang-orang Bawean.

Apa Kebutuhan Mereka?

Meskipun standar kehidupan pulau tersebut lebih tinggi daripada banyak 
tempat yang terisolasi lainnya, masih ada banyak kebutuhan yang belum 
terpenuhi. Listrik yang mengalir 24 jam sehari baru akhir-akhir ini 
mencapai pulau tersebut seperti halnya telepon, bank yang pertama di 
Bawean, dan beberapa komputer. Banyak rumah masih tanpa kamar mandi 
dalam. Sektor pariwisata di pulau itu terbuka bagi pengembangan di 
bawah cahaya kecantikan alami Bawean. Semua yang disebutkan di atas 
merupakan aset untuk mengembangkan ekonomi Bawean dan merupakan pintu-
pintu yang terbuka untuk menjangkau orang-orang Bawean. (t/Anna)

Pokok Doa:

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi pembangunan fasilitas yang merata 
   seperti listrik, air bersih, telepon, dan kamar mandi pribadi di 
   Pulau Bawean.

2. Doakan agar pemerintah mengoptimalkan tempat-tempat baru untuk 
   dijadikan tempat pariwisata di Pulau Bawean.

3. Doakan agar usaha kerajinan tangan dan pertambangan akik di Pulau 
   Bawean semakin maju.

4. Doakan agar orang-orang asli Bawean yang berada di luar pulau atau 
   di luar negeri dapat mengenal Tuhan Yesus secara pribadi.

5. Doakan agar Tuhan Yesus membuka jalan untuk Injil diberitakan di 
   Pulau Bawean.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10740
Judul asli artikel: Bawean of Indonesia
Tanggal akses: November 2012


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amy G., Yulia, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org