Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/8 |
|
![]() |
|
e-JEMMi edisi No. 08 Vol. 14/2011 (22-2-2011)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI RENUNGAN MISI: MENGAPA ORANG SALEH MENDERITA? PROFIL BANGSA: ACEH, INDONESIA Shalom, Semoga kami menjumpai Anda dalam keadaan sehat. Kali ini, Redaksi e-JEMMi menyajikan sebuah renungan berjudul "Mengapa Orang Saleh Menderita?" Kalau ada orang yang mengalami penderitaan akibat ulahnya sendiri, itu adalah hal biasa dan wajar. Tetapi bagaimana dengan seseorang yang hidupnya benar-benar saleh di hadapan Allah mengalami penderitaan? Apakah karena ia masih ada dosa yang menghimpit hidupnya, atau apakah Allah ingin menguji ketaataan orang itu kepada-Nya ketika sedang mengalami penderitaan yang sangat dahsyat sekalipun? Temukan jawabannya dalam Renungan Misi edisi e-JEMMi kali ini. Kami juga mengajak Anda untuk berdoa bagi masyarakat Aceh agar Tuhan menyatakan kuasa-Nya sehingga jiwa-jiwa mereka diselamatkan bagi Kristus dengan cara Tuhan. Doakan pula agar Tuhan tetap meneguhkan iman orang-orang percaya di sana agar mereka tetap menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup. Selamat menyimak sajian kami, dan selamat berdoa. Tuhan memberkati! Redaksi e-JEMMi, Samuel Njurumbatu < http://misi.sabda.org/ > RENUNGAN MISI: MENGAPA ORANG SALEH MENDERITA? Mengapa? Mengapa Tuhan? Mengapa saya harus mengalami semua ini? Apa dosa saya? Pertanyaan serupa sering kita dengar, bahkan mungkin keluar dari mulut kita sendiri, ketika seseorang atau kita mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan dalam hidup -- sakit yang tak kunjung sembuh, masalah yang datang bertubi-tubi, gagal dalam pekerjaan, ditinggal orang yang dikasihi, dan sebagainya. Benarkah setiap penderitaan merupakan akibat dari dosa? Jawabannya, tentu tidak. Memang, dosa pasti akan menghasilkan kesengsaraan, tetapi penderitaan yang dialami seseorang belum tentu karena ia telah berbuat dosa. Ayub adalah contoh nyata bahwa orang saleh pun bisa menderita. Tentang Ayub, Allah berfirman, "...Sebab tiada seorangpun di bumi ini seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:8b). Namun, apa yang terjadi pada Ayub? Dalam sekejap ia kehilangan segala-galanya -- harta benda, kesepuluh anaknya, dan kesehatannya. Mengapa Ayub yang saleh harus menderita sedahsyat itu? Ada beberapa jawaban tentang tujuan penderitaan dalam kitab Ayub. Menurut Iblis, penderitaan merupakan alat untuk memaksa manusia menyangkal Allah. Iblis beranggapan bahwa kesalehan Ayub selama ini karena Tuhan selalu memberkatinya. Oleh karena itu, Iblis mencobai Ayub melalui berbagai penderitaan dengan tujuan meruntuhkan iman Ayub kepada Allah. Menurut ketiga teman Ayub (Elifas, Bildad, Zofar), penderitaan selalu merupakan hukuman karena dosa. Pendapat ini tidak dibenarkan oleh Allah (Ayub 4:7-8). Menurut Ayub, pada mulanya, penderitaan adalah untuk orang jahat, bukan orang benar. Kemudian, Ayub berpendapat bahwa penderitaan merupakan proses Allah untuk menghasilkan seorang yang bersifat emas (Ayub 23:10). Ayub sendiri kemudian mengaku, "Hanya dari kata orang saja aku mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (Ayub 42:5). Ternyata, justru melalui penderitaan yang dialami, Ayub mengenal Allah lebih dalam lagi (Knowing God better through adversity). Bagaimana menurut Allah? Tuhan sendiri bukan sebagai penyebab Ayub menderita, tetapi Ia mengizinkannya terjadi. Agak aneh ketika Allah menjawab Ayub, Ia tidak menyinggung masalah penderitaan Ayub. Yang penting adalah respons Ayub, bukan sebab mengapa Ayub menderita. Ayub bukan menderita karena dosanya, tetapi janganlah Ayub berdosa dalam penderitaannya. Penderitaan adalah panggilan untuk tetap percaya dan berserah meskipun kita tidak mengerti. Allah adalah adil, berdaulat, dan setia -- apa pun yang terjadi. Ketika penderitaan datang, bersikaplah benar. Jika ada dosa, akuilah. Milikilah perspektif yang benar. Allah tidak pernah mencobai (menginginkan kita jatuh), Ia menguji supaya iman kita bertumbuh. Tetaplah beriman dan berbahagialah! Diambil dari: Judul Buletin: Suara Alumnus, Edisi Warta Agustus - September 2000 Judul Artikel: Mengapa Orang Saleh Menderita Penulis: Snd Penerbit: Persekutuan Alumnus Gamaliel, Surakarta Halaman: 1 PROFIL BANGSA: ACEH, INDONESIA Siapakah Orang Aceh Itu? Orang Aceh tinggal di ujung bagian utara pulau Sumatra di provinsi Daerah Istimewa Aceh. Ibu kotanya adalah Banda Aceh yang biasa dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah." Daerah ini adalah tempat persinggahan umat muslim Asia Tenggara ketika hendak melakukan perjalanan ke Mekah, "Kota Suci" di Arab Saudi. Orang Aceh menggunakan dialek mereka sendiri, dan mayoritas penduduknya menggunakan bahasa, bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Orang Aceh adalah percampuran dari berbagai ras/suku bangsa, yang menandai mengapa mereka berkulit cerah/terang dan lebih berperawakan tinggi bila dibandingkan dengan orang Indonesia pada umumnya. Seperti Apakah Kehidupan Mereka? Pada umumnya, orang Aceh bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Rumah tradisional Aceh terdiri dari sebuah ruang tidur, sebuah ruangan yang besar, yang mana juga sebagai tempat untuk menyelesaikan pekerjaan dapur -- sebuah dapur yang terdiri dari tungku perapian terbuat dari tanah liat dengan empat sudut yang dipenuhi abu. Rumah ini biasanya berdiri di atas pilar-pilar dengan ketinggian dua meter. Para anggota keluarga menggunakan ruangan di bawah rumah itu sebagai kandang hewan peliharaan -- kandang ayam atau untuk menyimpan peralatan rumah tangga dan kayu api. Lantai dan dinding rumah terbuat dari kayu olahan batang kelapa. Atap rumahnya tertutup oleh genteng yang terbuat dari tanah liat atau dari daun-daun lontar. Namun, rumah-rumah penduduk masa kini cenderung sedikit modern, yakni terbuat dari semen. Pada umumnya, secara turun-temurun orang Aceh, baik laki-laki maupun perempuan mengenakan sarung, dengan mode dan warna yang bervariasi. Pada tahun-tahun terakhir ini, terjadi suatu pergeseran pada busana muslim -- pada umumnya, mereka berkopiah atau berjilbab dalam keseharian mereka. Senjata tradisional Aceh adalah rencong, yaitu sebuah pedang berhias. Pedang ini dipakai oleh kaum pria dan dilipatkan ke dalam sarung sebagai salah satu asesoris dalam pakaian upacara mereka. Kaum perempuan menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Pria pada umumnya, tidak berkeberatan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Semua anak bahkan yang paling muda/kecil sekalipun, diharapkan dapat membantu pekerjaan keluarga. Warisan yang ada berdasarkan hukum Islam, kaum pria menerima porsi dua kali lipat meskipun tugas mengurus rumah dan tanah diserahkan kepada kaum perempuan. Apa yang Mereka Percayai? Orang Aceh adalah kaum Muslim Sunni yang agresif dan yang telah menjadi alat di dalam penyebaran agama Islam di seluruh Indonesia dan bahkan di wilayah lain di Asia Tenggara. Sering diungkapkan bahwa "Menjadi orang Aceh berarti menjadi Kaum Muslim." Orang Aceh dengan tegas dan keras menentang agama lain. Provinsi Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah menerapkan Hukum Syariah Islam, yang secara sah telah dilembagakan/diterapkan. Namun demikian, hingga kini kelompok orang-orang dari etnis lain bebas untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Meskipun sebagai umat yang taat menjalankan ibadah berdasarkan agama Islam, banyak orang Aceh yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan animistik -- percaya kepada roh-roh dan berbagai takhyul. Kepercayaan-kepercayaan ini berfokus pada pencarian perlindungan melalui hal yang bersifat magis atas pengaruh dan kontrol dari roh-roh yang baik maupun jahat. Apakah Kebutuhan-Kebutuhan Mereka? Daerah Istimewa Aceh kaya akan sumber daya alam, seperti hasil pertanian, pertambangan dan industri, dan lain-lain. Kepariwisataan merupakan suatu industri yang sangat potensial. Namun, keterbatasan infrastruktur di daerah ini merupakan penghambat pengembangan pariwisata menjadi sebuah industri daerah. Sebelum mencapai potensi ekonomi mereka secara maksimal, dari segi sumber daya manusia, orang Aceh perlu meningkatkan keterampilan/keahlian mereka dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya demi kesejahteraan daerah ini. (tSamuel) Pokok Doa: 1. Berdoa agar Tuhan menggerakkan orang-orang Kristen untuk berdoa bagi kebutuhan orang Aceh untuk melihat kasih Tuhan. 2. Berdoa agar Roh Kudus membuka jalan untuk kasih Kristus dinyatakan bagi orang-orang Aceh. 3. Berdoa supaya orang-orang Kristen di Aceh berani menyaksikan perbuatan Allah yang besar bagi keselamatan umat manusia. 4. Memohon kepada Roh Kudus agar melunakkan hati orang Aceh sehingga mereka boleh melihat terang Allah. 5. Memohon kepada Tuhan agar membangkitkan gereja-gereja yang mau mengutus orang-orang Kristen melayani dan membagikan berkat di Aceh. Diterjemahkan dari: Nama situs: Joshua Project Judul asli artikel: Aceh of Indonesia Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/ people-profile.php?rog3=ID&peo3=10144 Tanggal akses: 24 Januari 2011 "WHEN WE ARE MOST READY TO PERRISH, THEN IS GOD MOST READY TO HELP US" Kontak: < jemmi(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Samuel Njurumbatu (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ < http://fb.sabda.org/misi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |