Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/7 |
|
e-JEMMi edisi No. 07 Vol. 12/2009 (18-2-2009)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI: Penyesuaian dalam Misi SUMBER MISI: International Christian Mission (Hawaii/Philippines) DOA BAGI MISI DUNIA: Eritrea, Mesir DOA BAGI INDONESIA: Harga yang Dibayar Demi Kristus ______________________________________________________________________ HE PLEASES GOD BEST WHO TRUSTS HIM MOST ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Salah satu kendala terbesar bagi seorang utusan Injil adalah kesulitan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru di mana mereka melayani. Mengapa demikian? Karena setiap daerah kadang memiliki tradisi dan budaya yang sangat berbeda dengan tradisi dan budaya utusan Injil, bahkan kadang juga bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Untuk itu, para utusan Injil harus bisa bersikap bijak terhadap masalah ini dan itu. Dan hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh sebab itu, para utusan Injil sangat membutuhkan dukungan, baik dukungan moral maupun informasi, baik dari gereja lokal maupun dari orang percaya yang berdoa untuknya. Hal ini sangat membantu mengingat pelayanan mereka penuh dengan risiko. Untuk itu, mari kita belajar lebih banyak tentang bagaimana para utusan Injil menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka yang baru dan bagaimana kita dapat mendukungnya. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti http://www.sabda.org/publikasi/misi/ http://misi.sabda.org/ ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI PENYESUAIAN DALAM MISI Masalah penyesuaian sebenarnya sudah ada sejak awal sejarah misi. Misionaris perintis yang ada di ladang misi harus bergelut dengan masalah ini sejak awal. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru semampu mungkin -- mendirikan rumah yang serupa, makan makanan yang sama, mempelajari bahasa mereka, dan menghormati adat-istiadat dan kebiasaan mereka. Dia akan berperilaku seperti halnya salah seorang dari mereka. Akan tetapi, semua penyesuaian itu hanya sementara sifatnya, tidak permanen. Sebagai contoh, seorang penginjil mengamati beberapa orang biasanya membicarakan masalah-masalah keagamaan hanya di malam hari dengan menggunakan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh semua orang dengan baik. Dalam kasus tersebut, mungkin misionaris itu akan ikut dalam diskusi tersebut dengan bahasa yang sama, meski ia menyadari keesokan harinya ia akan menginjili dengan bahasa umum masyarakat setempat. Penyesuaian diri pada pendekatan pertama biasanya tidak membahayakan penginjil. Ia bisa dengan leluasa beradaptasi. Namun, situasinya akan berbeda saat sekelompok orang Kristen mulai berkumpul. Masalah penyesuaian diri adalah sesuatu yang sangat penting bagi mereka. Jika mereka kebablasan dalam menyesuaikan diri, mereka akan terseret arus penyembahan berhala. Namun, jika mereka kurang menyesuaikan diri, mereka tidak akan mampu menjembatani celah antara mereka dan sesama. Karena itu, untuk melakukan penyesuaian diri dengan tepat, kita harus mengenal beberapa jenis penyesuaian. Johann Thauren membedakan enam tipe penyesuaian yang berbeda. 1. Eksternal Penyesuaian ini berkaitan dengan hal-hal seperti pakaian dan kesopanan. Penyesuaian ini biasanya dilakukan oleh misionaris asing. 2. Linguistik Penyesuaian ini harus dilakukan oleh misionaris yang harus menyesuaikan dirinya dengan bahasa di mana ia menginjili. 3. Estetis Ini menyangkut masalah pembangunan gereja serta dekorasi dan liturginya. 4. Sosial dan Hukum Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sosial, pernikahan, poligami, mahar, dan institusi hukum. 5. Intelektual Sejauh mungkin, gereja harus memanfaatkan literatur-literatur filosofi dan himne-himne rohani, setidaknya sampai pada tingkat nilai-nilai yang diusung dari bahan-bahan tersebut. 6. Rohani dan Etika Dengan menghargai beberapa hal, seperti sikap doa, perayaan, dan hari libur keagamaan, kita bisa memanfaatkan apa yang ada. Ketika ditanya adat-istiadat apa yang bisa diadaptasi dan yang tidak, Thauren menjawab dengan jelas bahwa beberapa adat bertentangan dengan iman Kristen, seperti penyembahan berhala, sihir, dan sejenisnya. Tentu saja kita tidak bisa mengadaptasinya. Tapi untuk hal lain, seperti kesederhanaan dalam berpakaian dan kesopanan, tidak menjadi masalah bagi kita untuk mengadaptasinya. Yang paling sulit adalah mengadaptasi kebiasaan yang tidak berbahaya, namun di bawah pengaruh pemberhalaan, misalnya keberadaan kasta di India. Dan kebiasaan yang sebenarnya netral, namun bertentangan dengan aturan gereja, seperti memakai topi selama ibadah. Untuk membantu kita menentukan mana yang bisa kita adaptasi atau tidak, mungkin kita harus memerhatikan beberapa hal. Kita dapat berusaha menentukan sejauh mana adat dan kebiasaan menopang nilai-nilai pemberhalaan. Apakah suatu kebiasaan nampak jelas berada dalam lingkup pemberhalaan? Beberapa kebiasaan masih sangat dekat dengan esensi pemberhalaan dan karena itu harus ditolak. Namun, ada juga kebiasaan lain yang telah jauh dari esensi pemberhalaan, dan meski secara emosional kebiasaan itu masih memiliki nilai-nilai agama, namun kebiasaan itu telah menjadi sejenis institusi sosial. Kebiasaan ini tidak perlu ditolak mentah-mentah. Dalam praktiknya, tidak mudah untuk memutuskan, namun kedekatan suatu kebiasaan dengan pemberhalaan menciptakan suatu acuan yang memungkinkan kita untuk melayani dengan kompetensi dan hikmat. Untuk itu, coba perhatikan tiga pertimbangan berikut. 1. Banyak tradisi para penyembah berhala biasanya memiliki fungsi ganda: fungsi agama dan sosial. Sebagai aturan, keduanya tidak beda jauh, karena kehidupan beragama tidak dirasa sebagai hubungan pribadi antara individu dengan Allahnya. Kehidupan beragama lebih banyak dipandang sebagai sikap kolektif suku bangsa atau orang-orang berkenaan dengan kuasa ilahi, yang dengannya ada semacam hubungan dekat, karena setiap orang adalah bagian dari kumpulan orang-orang suci. Di sisi lain, kehidupan sosial tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang di luar pemikiran agama. Suatu suku atau bangsa menyadari bidang sakral dalam kehidupan sosialnya. Kebiasaan yang mendominasi kehidupan sosial tidak bisa dipisahkan dari dasar kepercayaan mereka. Kebiasaan tertentu sangat didominasi oleh agama sehingga mustahil untuk memandang sosial sebagai elemen yang terpisah. Dan kebiasaan lain sangat memasyarakat (sosial) sehingga agama yang mengikat kebiasaan itu menjadi sangat lemah. Selanjutnya sangatlah tepat bagi gereja perintisan, yang tidak ingin meninggalkan persekutuan yang erat dengan masyarakatnya, untuk sebisa mungkin berpartisipasi dalam tradisi tersebut. Agar orang Kristen tidak memutuskan ikatan dengan sesama non-Kristen, mereka tidak perlu buru-buru menolak untuk ikut dalam pertemuan panen raya dan kegiatan sejenisnya yang melibatkan seluruh masyarakat. Di saat seperti ini, orang Kristen mengalami dilema karena jika dia tinggal dalam masyarakat, pada level tertentu, dia harus selalu berhubungan dengan penyembah-penyembah berhala, karena jika dia ingin menghindarinya, dia harus "meninggalkan dunia ini" (1 Korintus 5:10). Dalam Perjanjian Baru terbukti bahwa masalah ini juga sudah terjadi pada era gereja mula-mula (2 Korintus 6:14). Paulus memperingatkan "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jelas pada era gereja mula-mula Perjanjian Baru, berbagai macam orang menduduki status sosial yang menonjol. Bendahara Korintus, Erastus, nampaknya adalah orang Kristen (Roma 16:23), begitu juga dengan beberapa orang yang bekerja di istana Kaisar (Filipi 4:22). Orang-orang tersebut setiap hari diperhadapkan dengan satu pertanyaan, apakah mereka bisa mempertahankan keyakinan mereka karena setidaknya tempat di mana mereka bekerja mengharuskan mereka menyaksikan banyak praktik penyembahan berhala. Atau tetap bertahan sebagai orang Kristen, tetap melayani dan berhati-hati supaya tidak merusak ikatan sosial? Menarik garis pembatasnya sangat sulit. Pada umumnya, bisa dikatakan bahwa sangat penting bagi gereja baru untuk tidak memutuskan secara radikal ikatan dan hubungan dengan masyarakat non-Kristen. Jika hubungan tersebut terputus, maka akan terjadi penurunan kekuatan misi secara serentak. Aliran Injil tidak bisa mengalir. 2. Gereja yang baru berdiri biasanya memiliki penilaian yang lebih baik mengenai masalah ini. Ada banyak contoh dalam sejarah misi di mana para misionaris berpikir bahwa para pemuda Kristen bisa terus terlibat dalam berbagai tradisi, sementara mereka sendiri menunjukkan sikap penolakan. Ada juga contoh yang sebaliknya. Pada umumnya, misionaris Barat tidak memahami efek dari tradisi tersebut bagi pemuda Kristen. Namun, bagi pemuda Kristen yang menjadi bagian kebudayaan, situasinya sangat berbeda. Seorang misionaris mungkin dapat menikmati musik penyembahan berhala, namun hal itu sangat berbahaya bagi pemuda Kristen. Beberapa pemuda Kristen lokal Indonesia mengakui bahwa musik kuno dapat membawa mereka kembali ke dunia pemberhalaan, dan karena itu mereka harus memnghindarinya. Efek yang sama juga dapat muncul dari tradisi lain yang nampaknya biasa-biasa saja. Untuk hal ini, adalah hal yang bijak untuk membiarkan orang-orang Kristen lokal membuat keputusan sendiri mengenai masalah ini. Dalam konteks sekarang, kita juga harus mempertimbangkan fakta bahwa orang-orang yang baru bertobat sangat khawatir mengadopsi adat kebiasaan misi dan memutuskan hubungan dengan tradisi nenek moyangnya. Jika mereka terlalu diasingkan dari tradisi nenek moyangnya untuk menyesuaikan diri dengan tradisi yang dibawa misionaris (tradisi Barat misalnya), efeknya akan menjadi tidak baik bagi upaya penginjilan. Berdasar kehidupan barunya dalam Yesus Kristus, sebuah gereja baru harus berusaha mendapatkan bentuknya sendiri, bentuk yang sesuai dengan gaya lingkungan di mana ia berada. 3. Istilah "penyesuaian" tidak tepat menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Istilah ini menunjuk pada penyesuaian diri kepada tradisi dan kebiasaan yang asing terhadap Injil. "Penyesuaian" mengonotasikan suatu hasil penyangkalan, pemotongan. Oleh sebab itu kami lebih suka menggunakan istilah "possessio" yang berarti memiliki. Kehidupan Kristen tidak menyesuaikan atau pun mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan para penyembah berhala, tapi memilikinya dan kemudian memperbaruinya. "Barangsiapa di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru". Dalam kerangka kehidupan non-Kristen, adat dan kebiasaan memiliki kecenderungan mendorong orang menyembah berhala dan menjauh dari Allah. Kehidupan Kristen mengambil mereka dan membawa mereka kembali pada arah yang berbeda. Meskipun secara eksternal mereka masih serupa dengan masa lalunya, dalam kenyataannya sesungguhnya mereka sudah menjadi baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Kristus menguasai kehidupan orang, Dia memperbarui dan membangun kembali orang-orang yang penuh cela; Dia memenuhi setiap hal, kata, dan kebiasaan dengan pengertian baru dan memberinya arah yang baru. Hal seperti itu bukan "adaptasi" atau juga "penyesuaian"; hal itu berbicara tentang kepemilikan sah akan sesuatu oleh Dia yang kepada-Nya diberikan kuasa atas surga dan bumi. (t/Setya) Diringkas dan diterjemahkan dari: Judul buku: An Introduction to the Science of Missions Judul bab: The Threefold Aim Judul asli artikel: Accomodation Penulis: J. H. Bavinck Penerbit: Presbyterian and Reformed Publishing Co, New Jersey 1960 Halaman: 169 -- 179 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI INTERNATIONAL CHRISTIAN MISSION (HAWAII/PHILIPPINES) ==> http://icmhawaii.org/ International Christian Mission merupakan organisasi internasional Kristen yang telah terpanggil, diselamatkan, dan rindu mewartakan kasih dari Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Karena itu, sebagai salah satu anggota International Christian Mission, ICM Hawaii/Philippines pun juga melakukan hal yang sama -- mencoba untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan, yakni untuk mengabarkan berita Injil kepada banyak orang secara umum, dan secara khusus di Oahu dan Maui (Kepulauan Hawaii) serta daerah Ilocos, Filipina, dengan mengadakan persekutuan dan ibadah di berbagai tempat di kedua negara tersebut. Dengan membuka alamat URL di atas, Anda akan dapat mengenal organisasi ini lebih dekat, karena profil organisasi serta liputan-liputan kegiatan yang dilakukannya cukup lengkap. Jika semua itu belum jelas, disediakan juga fasilitas di mana Anda dapat bertanya dan mengirimkan pokok doa. Selamat berkunjung. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA E R I T R E A Seorang penginjil bernama T, yang dipenjara sejak tahun 2006 karena aktivitas penginjilannya, mendapat perlakuan yang amat kasar karena pelayanannya terhadap para narapidana. Beberapa sumber menyatakan bahwa T sedang berada di ambang batas keputusasaan ketika dia merana di penjara Mai Sirwa Maximum Security Confinement. "Sepertinya neraka telah memenjaraku," ucap T kepada Compass. "Tolong sampaikan kepada saudara-saudara lainnya untuk terus mendoakanku. Aku tidak yakin bisa melihat mereka lagi." Otoritas penjara menganggap T berbahaya karena keberaniannya dalam menyaksikan imannya. Seorang penginjil dari sebuah gereja telah memberitakan Kristus kepada para narapidana lain, dan banyak di antara mereka yang bertobat. "Hal itu membuat sipir penjara tidak menyukainya," ujar sebuah sumber. Keluarga T khawatir akan kondisi kesehatannya setelah usaha-usaha mereka untuk mendapatkan izin untuk mengunjunginya tidak berhasil. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, edisi November 2008 Volume 26, nomor 11. Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Eritrea: Evangelist Fears He`ll Die in Confinement Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 3 Pokok doa: * Berdoalah bagi T yang saat ini berada dalam penjara, agar Tuhan memberi kekuatan kepadanya dalam melewati hari-harinya di penjara, dan agar ia tetap berpengharapan kepada Tuhan. * Doakan keluarganya agar tetap mendukung T dalam doa dan tidak dikuasai oleh ketakutan yang berusaha ditabur iblis dalam hati mereka, yang bertujuan untuk memecah belah kesatuan hati dalam keluarga ini. * Berdoa juga untuk para narapidana di Eritrea yang telah memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka, agar mereka mendapatkan dukungan dari orang-orang percaya. Juga gereja Tuhan di Eritrea, agar iman mereka semakin bertumbuh dan dewasa di dalam Yesus. M E S I R Seorang wanita Kristen Koptik asal Mesir dijatuhi hukuman 3 tahun penjara karena gagal menegakkan identitas agama non-Kristen-nya -- identitas yang dimilikinya selama empat dekade tanpa disadarinya. Dua bersaudara S dan B, keduanya berusia hampir 50-an, warga kota kecil East Delta, MitGhamr, ditangkap dan diadili karena mengklaim agama Kristen sebagai identitas agama resmi mereka. Tanpa sepengetahuan mereka, identitas agama mereka diganti secara resmi 46 tahun yang lalu karena ayah mereka tiba-tiba menjadi non-Kristen. Keduanya buta aksara. S diadili karena menyatakan diri sebagai Kristen pada akta pernikahannya dan dihukum 3 tahun penjara pada tanggal 21 November 2007. Setelah 2 bulan berlalu, dia dibebaskan. Tanggal 23 September yang lalu, seorang hakim juga menghukum B dengan hukuman 3 tahun penjara karena "memalsukan" akta pernikahannya dengan menyatakan bahwa agamanya adalah agama Kristen. Ayah mereka, N, masuk non-Kristen tahun 1962 saat terjadi perselisihan rumah tangga agar bisa menceraikan istrinya dan memperoleh hak asuh anak-anak perempuannya. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, edisi November 2008 Volume 26, nomor 11. Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Egypt: Father`s Briefs Conversion Traps Daughters in Islam Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 4 Pokok doa: * Doakan untuk S dan B karena keberanian mereka menyatakan iman mereka di muka umum yang menyebabkan mereka harus dipenjara, agar Tuhan memberi kekuatan kepada mereka serta memberikan hikmat kepada mereka dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pihak berwajib kepada mereka. * Mengucap syukur atas dibebaskannya S dari penjara. Doakan agar pengakuan hukum atas kekristenannya, memberanikannya untuk bersaksi bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. * Berdoa juga untuk pihak pengadilan yang sedang menangani kasus ini, agar Tuhan memberi simpati kepada mereka dalam menyelesaikan kasus ini. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA HARGA YANG DIBAYAR DEMI KRISTUS Lokasi pelayanan M, seorang hamba Tuhan di Sulawesi Utara, berada di tengah-tengah daerah perjudian dan para pengedar minuman keras, sehingga aktivitas ibadah yang dilakukan jemaat tidak disukai oleh orang-orang di lingkungan itu. Pada suatu waktu, M dipanggil untuk menghadiri pertemuan warga, tapi tiba-tiba di tempat itu ada seorang warga yang memukul dan menusuk perutnya. M jatuh dan kemudian diinjak-injak oleh mereka. M berusaha keluar dan lari. Untungnya ada orang yang melihat kondisi M yang sedang terluka parah dan membawanya ke rumah sakit. M mengalami luka yang cukup serius sehingga harus menjalani operasi dan mendapatkan beberapa jahitan di perutnya. Mungkin karena takut peristiwa itu dilaporkan kepada pihak berwajib, maka para pelaku meminta maaf pada M, dan ia pun memaafkan mereka. Kasih pengampunan yang ditunjukkannya membuat para pelaku itu berbalik menghormati M. Inilah harga yang harus dibayar demi melayani Tuhan. Sumber: Buletin Kasih dalam Perbuatan, Edisi November -- Desember 2008, Halaman 9. POKOK DOA: 1. Berdoa bagi M dan mereka yang saat ini sedang melayani di daerah-daerah yang keras dan menghadapi banyak tantangan, agar kuasa Tuhan dinyatakan atas mereka. 2. Doakan agar Tuhan semakin mengurapi M dalam pelayanannya sehingga banyak orang yang akan dimenangkan bagi Allah. Berdoa juga untuk keluarganya agar senantiasa berada dalam lindungan Tuhan. 3. Doakan untuk orang percaya yang berada di lingkungan pelayanan M, agar Tuhan menjagai mereka, sehingga mereka tidak ikut terbawa arus, melainkan dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang ada di lingkungan mereka. 4. Berdoa bagi orang percaya di Sulawesi Utara, khususnya bagi mereka yang sering mengalami tekanan dan aniaya, agar Tuhan memberikan hati yang mengampuni dan mengasihi mereka yang telah melakukan tindakan anarkis tersebut. 5. Berdoa untuk kesatuan gereja Tuhan dan umat percaya di Sulawasi Utara, agar Tuhan memberi hikmat dan hati yang bijaksana kepada mereka, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang dengan sengaja dilakukan untuk memecah belah keberadaan gereja Tuhan dan umat percaya di sana. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniari, Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ Blog SABDA: http://blog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |