Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/51 |
|
![]() |
|
e-JEMMi edisi No. 51 Vol. 11/2008 (23-12-2008)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL NATAL: Lagu Natal Bala Tentara Surga SUMBER MISI: Hisportic Christian Mission (HCM) KESAKSIAN NATAL: Batu Bara yang Banyak Sekali DOA BAGI MISI DUNIA: Iran, Afrika Selatan DOA BAGI INDONESIA: Persiapan Natal 2008 STOP PRESS: Publikasi e-SH ______________________________________________________________________ GOD`S GRACE MAKES NEW CREATURE OUT OF THE BEST OF SINNEARS AS WELL AS THE WORST OF SINNEARS ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Kisah-kisah seputar Natal sering memberi inspirasi agar hidup kekristenan kita tidak mati, tapi terus bertumbuh dalam kesegaran akan kasih Allah. Oleh karena itu, edisi terakhir e-JEMMi tahun 2008 mengangkat kesaksian seputar kisah Natal yang kami harap dapat menjadi inspirasi bagi para Pembaca e-JEMMi. Kesaksian pertama adalah sebuah kisah nyata di balik lagu "Bala Tentara Surga", yang merupakan lagu Natal populer yang sering kita dengar dan nyanyikan pada saat perayaan Natal. Sedang kesaksian yang kedua adalah contoh hidup Kristen yang menjadi berkat. Kami percaya kedua kesaksian ini dapat menghangatkan hati kita yang dingin karena kasih Allah yang memancar dalam hati kita. Mari kita memedulikan dan memerhatikan mereka yang membutuhkan kasih di hari Natal ini. Tak lupa, kepada seluruh Pembaca e-JEMMi, segenap Redaksi e-JEMMi ingin mengucapkan: "SELAMAT NATAL 2008" Pada kesempatan ini, kami juga ingin memberitahukan bahwa edisi minggu ini adalah edisi e-JEMMi terakhir yang kami terbitkan tahun 2008. Kita akan bertemu lagi di tahun yang baru, tahun 2009. Karena itu, perkenankan kami mengucapkan: "SELAMAT TAHUN BARU 2009" Kiranya kasih Tuhan senantiasa menjadi inspirasi agar hidup kita menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Nya. Soli Deo Gloria!! Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti ______________________________________________________________________ ARTIKEL NATAL LAGU NATAL BALA TENTARA SURGA Kebanyakan orang Kristen mungkin menyangka bahwa setiap nyanyian rohani yang menjadi lagu pilihan umat Kristen pada zaman sekarang sudah menjadi lagu pilihan umat Kristen sejak nyanyian itu diciptakan. Memang ada nyanyian rohani yang tetap populer sejak diciptakan hingga kini, tetapi tidak demikian halnya dengan "Lagu Natal Bala Tentara Surga". Pengarang yang Pandai Syair untuk lagu Natal pilihan ini dikarang oleh Charles Wesley, salah seorang penulis nyanyian rohani terbesar sepanjang abad. Bersama kakaknya, John Wesley, ia menjadi pembina aliran Kristen yang kemudian dikenal sebagai aliran Gereja Metodis. Pada masa hidupnya, dari tahun 1707 sampai tahun 1788, ia menciptakan tidak kurang dari 6.500 lagu. Charles Wesley biasa menulis dengan sangat cepat ketika ia mengarang lagu baru. Lagipula, ia jarang meredaksikan karangannya. Orang lainlah yang meredaksikannya, terutama kakaknya, John. John menjadi redaktur kumpulan nyanyian rohani yang jumlahnya mencapai 56 jilid. Syair "Lagu Natal Bala Tentara Surga" ini dikarang oleh Charles Wesley pada tahun 1738. Pada tahun itu juga, sebelum ia mengarang syair lagu itu, Charles Wesley mengalami pertobatan sungguh-sungguh sesudah bertahun-tahun menjadi "orang Kristen KTP". Ia sempat menjelaskan dalam bentuk puisi, apa arti kelahiran Kristus. Anehnya, dalam syair karangannya itu, ia tidak menyinggung-nyinggung kelahiran Yesus. Bayi Kudus di palungan, kandang, binatang, gembala di padang -- semua hal itu tidak disebut-sebut. Bahkan, baris-baris pertama tentang "lagu yang merdu" dan "malaikat yang berseru" itu ditambahkan kemudian hari oleh orang lain, bukan oleh Charles Wesley. Artinya, Charles Wesley memulai syairnya kira-kira demikian: "Cakrawala bergema: Mulia Sang Maharaja!" Pengarang yang selalu tergesa-gesa sewaktu menciptakan syair itu tidak memberi judul apa pun pada hasil karyanya. Di sebelah kertas itu hanya ada catatan: "Lagu Rohani untuk Hari Natal". Proses Perubahan yang Rumit Syair karangan Charles Wesley itu mula-mula diterbitkan pada tahun 1739. Tetapi banyak orang Kristen merasa kata-kata syair itu kurang pas. Misalnya, kata dalam bahasa Inggris pada baris pertama yang berarti "cakrawala" sudah dianggap kuno. Ada berbagai perubahan yang diusulkan. Kedua baris pertama pernah diubah menjadi: "Jagat raya proklamir: Kristus kini t`lah lahir!" Namun, usul peredaksian yang ini pun tidak berkenan di hati kebanyakan orang Kristen. Kemudian seorang penyunting kumpulan lagu pilihan mencoba mengubahnya lagi. Dari karangan aslinya yang terdiri dari sepuluh bait, dan yang setiap baitnya terdiri dari empat baris, ia membuang empat bait. Sisanya yang enam bait digabung menjadi tiga bait saja; masing-masing terdiri dari delapan baris. Kedua baris pertama, yaitu kalimat tentang bala tentara surga (yang rupanya dibubuhkan oleh redaktur musik itu sendiri), diolahnya menjadi semacam refrein yang diulangi di belakang setiap bait. Melalui berbagai perubahan itu, kata-kata "Lagu Natal Bala Tentara Surga" akhirnya memperoleh bentuk seperti yang biasa kita nyanyikan pada bulan Desember. Tak dapat dipastikan, siapa redaktur yang membuat saduran itu. Lagu yang Telantar "Lagu Natal Bala Tentara Surga" tidak hanya mengalami berbagai perubahan dalam susunan katanya, tetapi juga hampir terlupakan oleh umat Kristen pada masa penciptaannya. Seandainya sesuatu yang tak terduga ini tidak terjadi, nyanyian itu mungkin sudah lenyap sama sekali dari peredaran. Kejadian apakah yang tak terduga itu? Seorang tukang cetak sedang mengerjakan sebuah buku liturgi dan doa -- bukan untuk aliran Metodis, tetapi untuk Gereja Inggris, yaitu Gereja Negara yang resmi. Kebetulan ada satu halaman kosong dalam buku itu. Untuk mengisi halaman kosong itu, tukang cetak tersebut mencetak syair Natal karangan Charles Wesley. Sesudah dicetak, para pembesar Gereja Inggris baru menyadari bahwa syair itu karangan seseorang yang mereka anggap pemimpin bidat. Tak pelak lagi, mereka mengusulkan supaya syair tersebut jangan dimuat lagi pada edisi berikutnya. Tetapi telanjur. Ada sejumlah anggota Gereja Negara yang menyukai lagu Natal itu. Jadi syair itu tidak dicabut. Pada zaman itu, syair Natal karangan Charles Wesley sudah diterapkan dengan berbagai melodi. Ada yang cocok, ada yang kurang cocok. Maka dari itu, "Lagu Natal Bala Tentara Surga" tidak kunjung populer untuk jangka waktu yang lama. Siapakah yang akhirnya mengarang not-not yang riang itu, yang selalu mengalun pada setiap bulan Desember? Untuk menyelidiki ceritanya, mari kita melintasi samudera raya ke negeri Jerman. Musikus yang Berbakat Felix Mendelssohn adalah salah seorang komponis musik barat terbesar pada abad sembilan belas. Ia lahir di kota Hamburg pada tahun 1809. Keluarganya adalah pemodal dan sarjana bangsa Jerman yang kaya raya. Menurut garis keturunan, mereka orang Yahudi. Tetapi menurut agama, mereka orang Kristen yang setia. Felix dibesarkan dalam lingkungan yang serba nyaman -- jasmani dan rohani. Pada umur yang masih sangat muda, anak laki-laki itu sudah terlihat memiliki bakat musik yang brilian. Ketika ia baru berusia sembilan tahun, ia, sebagai pianis, mempersembahkan konser perdananya. Pada tahun yang sama, ia juga mulai mengarang musik. Musik gubahannya diciptakan pada usia belasan tahun, ada yang masih tetap dimainkan sampai sekarang oleh orkes-orkes simfoni besar. Sebagai seorang musikus, karier Felix Mendelssohn mencapai prestasi gemilang yang tiada taranya. Sebagai komponis, dirigen, pemain piano, pemain biola, orgel, dan sebagai pembina sekolah tinggi musik, ia dihormati dan dikagumi di mana-mana. Berkali-kali ia melawat ke negeri lain, menggelar konser yang disambut hangat oleh khalayak ramai. Di tengah-tengah segala kesemarakannya, Felix Mendelssohn tidak melupakan imannya kepada Kristus. Beberapa gubahannya yang paling anggun bersumberkan Alkitab; dua di antaranya Nabi Elia dan Rasul Paulus. Kedua oratorium itu hingga kini masih sering dinyanyikan di Indonesia. Penyanyi yang Masih Muda Pada musim semi tahun 1847, Felix Mendelssohn mengunjungi negeri Inggris untuk kesepuluh kalinya. Di sana, ia memimpin orkes dan paduan suara besar yang mementaskan hasil karyanya sendiri, yaitu oratorium Nabi Elia. Dalam acara itu, ada seorang penyanyi koor gabungan yang masih remaja, namanya William H. Cummings. Meski baru berumur 15 tahun, ia sudah 8 tahun menjadi anggota kor di sebuah katedral besar Gereja Inggris. Ia baru saja diangkat menjadi pemain orgel di gereja itu. William Cummings senang memadukan suara tenornya yang bagus dengan puluhan suara lainnya, terutama karena yang memimpin acara musik itu komponisnya sendiri, sang tamu agung dari negeri Jerman. Tetapi betapa menyedihkan, 6 bulan kemudian William mendengar kabar bahwa Felix Mendelssohn -- komponis ternama itu -- meninggal pada usia 38 tahun. Selang beberapa tahun, William Cummings membolak-balik halaman sebuah buku musik karangan Alm. Felix Mendelssohn. Buku musik itu berjudul "Festgesang" (Nyanyian Perayaan), dikarang pada tahun 1840 dalam rangka perayaan hari Ulang Tahun penemuan seni cetak yang ke-300. Tiba-tiba Cummings mulai menimbang-nimbang, apakah lagu kedua dari buku musik karangan Mendelssohn itu dapat dipasangkan dengan syair "Lagu Natal Bala Tentara Surga", yang sudah lebih dari satu abad menunggu melodi yang benar-benar cocok? Lagu kedua itu berjudul "Tuhanlah Terang". Mendelssohn menggubahnya untuk paduan suara pria dan alat-alat musik tiup. Anehnya, komponis besar itu pernah menulis yang berikut ini tentang "Tuhanlah Terang", "Saya yakin, lagu ini akan disenangi oleh para penyanyi dan pendengar. Tetapi lagu ini sama sekali tidak cocok untuk syair rohani. Seharusnya sajaknya bertemakan kebangsaan atau sesuatu yang bersifat riang dan ringan, sesuai dengan nada musik itu sendiri." Akhirnya Ditemukan Aransemen yang Cocok Musik karangan Felix Mendelssohn itu memang "bersifat riang dan ringan". Tetapi ia tidak menduga bahwa melodi seperti itu cocok dengan sukacita umat manusia atas kelahiran Tuhan Yesus! William Cummings menggubah kembali lagu karangan Mendelssohn itu pada tahun 1855. Ternyata not-notnya cocok sekali dengan syair Natal karangan Charles Wesley. Dengan demikian, terciptalah musik yang baru. "Lagu Natal Bala Tentara Surga" terbit pada tahun 1856. Akhirnya nyanyian rohani itu lambat laun menjadi lagu pilihan umat Kristen di seluruh dunia. William Cummings lahir pada tahun 1831 dan hidup sampai tahun 1915. Ia menjadi seorang mahaguru dan penceramah di bidang musik, juga seorang pengarang musik, penulis sejarah musik, dan pembina sekolah tinggi musik. Ia mengadakan tur keliling ke negeri-negeri lain untuk menggelar banyak konser vokalia. Meski demikian, nama William H. Cummings masih diingat sampai sekarang karena satu hal itu. Apakah itu? Pada umur 24 tahun, ia menemukan melodi yang paling cocok untuk syair "Lagu Natal Bala Tentara Surga" karangan Charles Wesley! Dahulu kala di kota Zanzibar, di pantai timur benua Afrika, ada sebuah pasar dan penjara besar untuk para budak belian. Setelah perdagangan manusia dihapus, seorang pengabar Injil mengusulkan supaya pasar dan penjara itu dirobohkan. Sebuah gedung gereja yang agung didirikan di situ. Ketika gereja itu selesai dibangun, umat Kristen di kota Zanzibar berkumpul untuk meresmikannya pada malam Natal. Di tempat yang dulu sarat kesengsaraan dan kejahatan, terdengarlah alunan suara riang yang melantunkan "Lagu Natal Bala Tentara Surga"! Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan Penyusun: Andreas Sudarsono dan Doreen Widjana Penerbit: Lembaga Literatur Babtis, Bandung 2007 Halaman: 266 -- 271 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI HISPORTIC CHRISTIAN MISSION (HCM) ==> http://www.hcm.org/ Pelayanan Hisportic Christian Mission yang didirikan pada tahun 1984 oleh Wayne Long dan istrinya, berawal dari sebuah kerinduan untuk menjangkau lebih dari satu juta orang berbahasa Portugis yang tinggal di Amerika Serikat. Setelah melewati bertahun-tahun perjuangan dan pelayanan, Dewan Direksi HCM merumuskan empat misi, yakni (1) menginjili para penutur bahasa Portugis; (2) mendirikan gereja; (3) melengkapi para pendeta; dan (4) melengkapi jemaatnya. Alhasil, dampak dari pelayanan ini luar biasa. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 25 gereja di kota-kota besar di Amerika Serikat yang dirintis oleh pelayanan HCM, bahkan gereja-gereja tersebut juga sudah merintis gereja baru di Brazil dan Afrika Barat. Selain itu, HCM juga sudah membawa ratusan orang percaya baru, membawa pemulihan bagi mereka yang mengalami trauma akibat pelecehan, memberi harapan baru bagi mereka yang mengalami depresi, serta menemukan dan melatih para pengajar dan pendeta baru. Tantangan yang kini dihadapi HCM adalah semakin meningkatnya jumlah orang Portugis yang ada di segala penjuru Amerika, dan itu berarti dibutuhkan juga lebih banyak gereja. Kunjungi situsnya untuk melihat bagaimana Anda bisa membantu mereka menghadapi tantangan tersebut. ______________________________________________________________________ KESAKSIAN NATAL BATU BARA YANG BANYAK SEKALI Di malam Natal tahun 1948, salju turun terus-menerus, berputar, dan bergerak di sekeliling truk pembuangan sampah saya yang sudah tua saat saya menyetir menuju Gunung West Virginia. Salju sudah turun berjam-jam dan kedalamannya telah mencapai 20 hingga 25 cm. Tugas saya saat itu adalah mengantarkan batu bara untuk para penambang yang tinggal di perkampungan batu bara. Saya selesai lebih cepat dari waktu yang seharusnya dan sedang dalam perjalanan pulang. Saat saya berjalan ke arah rumah, ayah tiri saya melambaikan tangan. Ia memberitahukan saya ada seorang ibu dengan tiga anaknya yang tinggal kira-kira 10 kilometer ke arah pegunungan. Suami ibu tersebut meninggal beberapa bulan yang lalu -- meninggalkan istri dan anaknya dalam keadaan melarat. Sesuai kebiasaan penduduk setempat yang saling menjaga satu sama lain, para penambang telah mengumpulkan beberapa kotak makanan kering, pakaian, dan hadiah-hadiah yang mereka minta agar saya antarkan bersama batu bara dalam jumlah besar untuk keluarga tersebut. Percayalah, saya sebenarnya tidak ingin pergi. Terus terang saja, saya sudah bekerja keras sepanjang hari ini, sedangkan sekarang malam Natal dan saya ingin pulang untuk berkumpul bersama keluarga saya. Tetapi begitulah -- karena sekarang malam Natal, saatnya untuk memberi dan berbuat baik. Dengan pemikiran seperti itu, saya memutar truk dan menyetir menuju alat pengisi batu bara untuk mengisi truk. Saat kembali, jok depan serta seluruh sudut dan celah truk, saya penuhi dengan kotak-kotak. Akhirnya saya siap berangkat. Di bukit West Virginia, masyarakat setempat membangun rumah di lokasi-lokasi yang cukup sulit dijangkau. Nah, rumah ibu ini sungguh sulit dijangkau. Saya harus menelusuri jalanan yang tak pernah didatangi departeman perhubungan, bahkan penunjuk arah pun tidak ada. Saya menyetir menuju bukit seperti telah mendapat penunjuk arah dan berbalik keluar dari jalan menuju lembah yang bernama Lick Fork. "Jalanan" itu sebebarnya sungai kecil yang diselimuti salju. Ketika saya melihatnya, saya mulai ragu-ragu apakah bisa melalui jalan tersebut. Meskipun demikian, saya memasukkan persneling gigi satu dan melaju. Ketika saya sampai 1,6 kilometer lebih jauh dari tempat yang seharusnya saya putari untuk menuju gunung -- rumah ibu tersebut -- semangat saya runtuh. Di depan saya, jalan kecil yang berkelok yang menghubungkan sisi gunung telah terputus. Saya masih belum bisa melihat di mana rumah ibu itu. Saya memundurkan mobil dan berbalik ke arah sebelumnya. Setelah memerhatikan situasi, saya menyadari tidak ada jalan lain bagi saya untuk membawa truk seberat 2 ton melalui jalur ini. "Apa yang harus saya lakukan?" pikir saya. Mungkin lebih baik saya menaruh batu bara di sini dan meminta keluarga ibu itu datang ke sini mengambil makanan dan pakainan ini. Jadi saya keluar dan berjalan menyusuri jalan kecil tersebut. Hari menjelang malam, suhu terus menurun, dan salju melayang menimbuni jalanan. Lebar jalan kecil itu kira-kira 2 meter, di sisi jalan ranting-ranting ditutupi salju dan dipenuhi dahan dan kayu pohon. Akhirnya saya bisa melihat dengan jelas di mana letak rumah yang dicari -- pondok kecil dengan dinding yang tipis dan retak. Saya berteriak memanggil ibu itu agar keluar dari rumah, menjelaskan mengapa saya ada di sana, dan menanyakan apakah ia tahu cara untuk membawa makanan dan batu bara. Ia menunjukkan ke arah sebuah kereta dorong buatan beroda satu. Di sinilah saya, kaki saya terbenam di salju setinggi 25 cm dengan sebuah truk yang sudah harus saya kosongkan muatannya sebelum hari gelap, di jalan kecil yang tidak bisa dilewati, dan sebuah kereta dorong beroda satu. Satu-satunya solusi yang bisa saya lakukan adalah memutar truk, memundurkannya sedemikian rupa agar saya bisa menurunkan batu bara dan kotak-kotak hadiah keluar. Saat saya kembali ke dalam truk, saya terus bertanya-tanya, "Tuhan, apa yang sedang saya lakukan di sini?" Saya menyalakan mesin, memutar truk tua saya, dan menyetir mundur. Truk tua saya mundur perlahan menyusuri jalan kecil tadi. Saya terus berkata pada diri sendiri, "Aku akan terus berjalan sampai benar-benar tidak bisa bergerak lagi." Namun, truk saya seperti memiliki pemikiran sendiri. Tiba-tiba saat saya duduk di tengah kegelapan dengan nyala lampu belakang di tengah salju, terlihat pondok kecil. Saya tercengang. Truk tua saya sama sekali tidak tergelincir satu sentimeter pun atau terperosok ke dalam salju. Dan, berdiri di depan beranda, di hadapan empat orang paling bahagia yang pernah saya lihat. Saya memindahkan semua kotak dan mengeluarkan batu bara, menyekop batu bara sebanyak yang bisa ke beranda pondok yang melengkung. Setelah saya selesai, ibu tersebut menggenggam erat tangan saya sambil terus-menerus mengucapkan terima kasih. Setelah mengucapkan kata-kata perpisahan, saya masuk ke dalam truk dan berjalan kembali. Kegelapan mungkin menguasai saya. Namun, setelah mencapai jalan besar, saya menghentikan truk dan melihat ke belakang, ke arah jalan kecil tadi. "Tidak mungkin," ujar saya kepada diri sendiri, "saya bisa memutar balik truk ini menuju gunung, melalui salju tebal, di tengah kegelapan, tanpa bantuan seorang pun." Saya dibesarkan oleh orang tua saya untuk selalu memuji Tuhan. Saya juga percaya dengan kelahiran Anak Allah. Dan di malam Natal itu, di bukit West Virginia, saya tahu saya telah menjadi alat Allah untuk memberi arti Natal yang sebenarnya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Guideposts bagi Jiwa: Kisah-Kisah Iman Natal Judul asli buku: Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of Faith Penulis: H. N. Cook Penerjemah: Mary N. Rondonuwu Penerbit: Gospel Press, Batam 2006 Halaman: 294 -- 299 ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA I R A N Penindasan besar-besaran terhadap gereja rumah terjadi di Iran, namun pemerintah menyadari ketidakmampuannya menghentikan penyebaran agama Kristen yang cepat di negara ini. Semakin hari semakin banyak orang Iran yang membuka diri untuk memeluk agama Kristen. Alhasil, kegerakan gereja rumah kini berkembang dengan pesat. Lagu-lagu pujian Kristen terdengar dari pemutar musik sopir taxi berkebangsaan Iran. Sopir itu adalah seorang petobat. Meskipun berisiko ditangkap dan terancam keselamatannya karena pertobatannya, dia tidak takut untuk membagikan imannya. Dia memberitakan Injil kepada para penumpang dan memberikan Alkitab kepada mereka seandainya mereka menginginkannya. Perbuatannya itu saja bisa membuatnya dipenjara. Seorang pemimpin gereja rumah mengatakan bahwa penindasan tersebut membuat orang Kristen tumbuh semakin kuat dan bersungguh-sungguh. "Allah menguji iman kita karena Dia ingin kita semakin menjadi seperti Yesus," katanya. Gereja rumah kini mengadakan persekutuan dalam kelompok kecil, bergerak lebih luas, dan membentuk gereja rumah di seluruh negeri. Orang Kristen Iran juga tekun berdoa bagi Presiden Ahmadinejad supaya mengalami pertemuan pribadi dengan Yesus Kristus. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, Edisi Oktober 2008, Volume 26, No. 10 Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Iran: Rapid Growth of House Churches Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 3 Pokok doa: * Puji Tuhan! Injil Kristus semakin tersebar ke seluruh bumi, termasuk di Iran. Tetaplah mendukung dalam doa bagi kegerakan gereja-gereja rumah, sehingga pertumbuhan orang percaya di Iran semakin meluas. * Berdoalah bagi jiwa-jiwa baru di Iran, negara yang masih tertutup untuk Injil, agar mereka selalu diberi perlindungan dan mereka tetap setia mengikut Yesus. * Berdoalah juga bagi oknum-oknum pemerintah yang belum mengenal Yesus secara pribadi supaya mereka mau membuka hati untuk Yesus. A F R I K A S E L A T A N Dengan runtuhnya sistem masyarakat Zimbabwe, orang-orang Kristen terlatih dari Bible League (Persekutuan Alkitab) di gereja-gereja Sidang Jemaat Allah di Republik Afrika Selatan menyadari bahwa mereka berada di garis depan pelayanan. Diperkirakan ada tiga juta orang Zimbabwe yang mengungsi ke Afrika Selatan karena kekacauan sosial di tanah air mereka, dan orang-orang percaya Afrika Selatan menginjili dan memuridkan para pengungsi itu. Yang membuat pelayanan sulit dilakukan di Afrika Selatan adalah gelombang kekerasan "antiorang asing" terhadap para imigran dan pengungsi dari Zimbabwe. Orang-orang Kristen terlatih dari Bible League begitu bersemangat melayani di gereja, penjara, sekolah tinggi Alkitab, dan di jalanan Johannesburg di mana para pengungsi Zimbabwe tinggal. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, Edisi Oktober 2008, Volume 26, No. 10 Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: South Africa: RSA Churches Reach Out to Zimbabwe Refugees Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 4 Pokok doa: * Doakanlah para pengungsi dari Zimbabwe yang harus meninggalkan tanah air mereka karena masalah politik di negaranya. Biarlah mereka menemukan kedamaian dengan bertemu dengan Kristus melalui pelayanan Bible League di Afrika Selatan. * Bawalah terus dalam doa agar masyarakat Kristen Afrika Selatan memiliki kasih dari Allah sehingga rela menjangkau orang-orang asing yang sedang mengungsi di negaranya. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA PERSIAPAN NATAL 2008 Tanggal 25 Desember 2008 sudah di ambang pintu. Seluruh umat Kristen dan gereja Tuhan di seluruh dunia pasti sudah dan sedang akan memperingati hari kelahiran Sang Juru Selamat. Mari kita pakai kesempatan perayaan Natal ini untuk merenungkan makna Natal bagi iman kita. Kedatangan Kristus ke dunia sungguh merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Karena jika Ia tidak datang ke dunia, maka sia-sialah hidup kita di dunia ini. Jika Ia tidak datang, maka hancurlah semua harapan akan masa depan manusia. Jika Ia tidak datang, maka manusia tidak akan pernah mengalami kasih yang sejati yang pernah ada di dunia ini. Melalui Natal tahun ini, biarlah kita semakin mengerti akan arti dan tujuan mengapa Ia rela datang ke dalam dunia mengambil rupa seperti manusia. POKOK DOA: 1. Saat ini gereja Tuhan tengah melakukan persiapan-persiapan untuk merayakan Natal. Berdoalah agar setiap gereja Tuhan dapat lebih memahami dan mengerti akan arti kasih Allah yang sesungguhnya. 2. Berdoa agar kebaktian Natal tahun ini dipenuhi dengan kesederhanaan, sehingga kasih Kristus tidak tertutupi oleh kemewahan duniawi yang ingar-bingar. 3. Berdoalah agar selama perayaan Natal berlangsung, keamanan tetap terjaga. Biarlah Tuhan melindungi anak-anak-Nya dari tindakan orang-orang yang kurang bertanggung jawab. 4. Doakan juga aparat keamanan yang bertugas, agar Tuhan memberi wibawa dan kesabaran sehingga kebaktian Natal bisa berlangsung dengan aman dan tertib. 5. Doakan untuk jemaat Tuhan yang telah mengalami kasih Allah, agar mereka tergerak untuk membagikan kasih Allah dengan sesama yang berkekurangan. ______________________________________________________________________ STOP PRESS PUBLIKASI e-SH Terbitnya publikasi e-SH ini dilatarbelakangi perlunya bahan renungan versi elektronik yang tersusun secara teratur dan sistematis bagi masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet sehingga memungkinkan mereka melakukan saat teduh dengan menggunakan media internet. Karena itu, Yayasan Lembaga SABDA bekerja sama dengan Persekutuan Pembaca Alkitab menghadirkan publikasi e-SH, yaitu publikasi yang menyajikan bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) dan diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Jika Anda ingin mendapatkan bahan saat teduh ini secara gratis setiap hari, kirim email kosong ke alamat: < subscribe-i-kan-akar-Santapan-Harian(at)hub.xc.org > atau menghubungi redaksi di alamat: < sh(at)sabda.org > Selamat bersaat teduh! ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |