Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/50 |
|
e-JEMMi edisi No. 50 Vol. 13/2010 (14-12-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI: Bukti Ilmiah: Apakah Arkeologi Mendukung atau Menolak Biografi Yesus? (Bagian I) SUMBER MISI: The American Indian Christian Mission (AICM) DOA BAGI MISI DUNIA: Iran, Amerika Serikat DOA BAGI INDONESIA: Menyambut Natal ______________________________________________________________________ JESUS CAME INTO THE WORLD TO TALK TO MEN FOR GOD HE IS NOW IN HEAVEN TALKING TO GOD FOR MEN ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Artikel Misi minggu ini adalah bagian pertama dari sebuah artikel panjang yang berjudul, "APAKAH ARKEOLOGI MENDUKUNG ATAU MENOLAK BIOGRAFI YESUS?" Di dalam artikel ini disajikan kebenaran Alkitab yang dapat dibuktikan secara ilmiah -- dalam segi keakuratan sejarah dan geografi -- khususnya dalam hal penemuan-penemuan arkeologis yang berkaitan dengan kehidupan Yesus. Minggu depan kami akan menyajikan bagian kedua sebagai lanjutan dari artikel minggu ini. Selamat menyimak. Dalam kolom Sumber Misi dan Doa Bagi Dunia, kami mengajak Anda untuk berdoa bagi pelayanan The American Indian Christian Mission (AICM), Vision Beyond Borders yang melayani pengungsi di perbatasan Iran-Irak, juga pelayanan InterVarsity di Amerika Sertikat. Jangan lupa doakan juga untuk persiapan natal baik gereja-gereja maupun keluarga-keluarga kristen di indonesia. Kita berharap Natal tahun ini membawa sukacita, damai sejahtera dan perubahan transformatif bagi umat Tuhan di manapun mereka berada. Selamat menyimak, semoga bermanfaat dan Selamat Berdoa! Tuhan memberkati kita. Redaksi tamu e-JEMMi, Samuel Njurumbatu http://www.sabda.org/publikasi/misi/ http://misi.sabda.org/ ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI BUKTI ILMIAH: APAKAH ARKEOLOGI MENDUKUNG ATAU MENOLAK BIOGRAFI YESUS? Ada sesuatu yang aneh saat makan siang bersama Dr. Jeffrey MacDonald. Dia duduk sambil mengunyah roti berisi ikan tuna dan keripik kentang dengan santai dalam sebuah ruangan pertemuan di pengadilan Carolina Utara. Dia membuat komentar-komentar riang dan tampaknya dia menikmati dirinya sendiri. Dalam ruangan lain di dekat ruangan ini, 12 juri sedang beristirahat setelah mendengarkan bukti menakutkan bahwa MacDonald telah membunuh istri dan kedua anak perempuannya secara brutal. Setelah makan siang, saya tidak dapat menahan diri untuk bertanya persoalan-persoalan yang sudah cukup jelas, "Bagaimana bisa Anda bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi?" ujarku, dengan nada keheranan dan geram. "Apakah Anda tidak khawatir sedikitpun juri-juri itu akan menyatakan bahwa Anda bersalah?" MacDonald dengan santai mengayunkan roti yang baru dimakan separuhnya ke arah ruangan juri. "Mereka?" Dia tergelak, "Mereka tidak bisa menyalahkanku!" Sesaat setelah menyadari betapa sinisnya kata-kata tersebut, dia dengan cepat menambahkan, "Saya tidak bersalah." Saat itu adalah terakhir kalinya saya mendengarnya tertawa. Dalam hitungan hari, mantan anggota Komando Pasukan Khusus AS dan fisikawan ruang gawat darurat itu, dinyatakan bersalah atas pembunuhan istrinya, Colette, dan dua putrinya, Kimberly, 5 tahun, dan Kristin, 2 tahun. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan diseret dengan borgol. MacDonald terlalu angkuh menganggap alibinya dapat menolongnya lolos dari tuduhan pembunuhan itu. Dia mengatakan kepada para penyelidik bahwa saat itu dia sedang tertidur di sofa, kemudian orang-orang jalanan yang terpengaruh obat terlarang membangunkannya tengah malam. Menurut pengakuannya, dia melawan mereka, ditusuk, dan dipukul sampai tak sadarkan diri dalam proses tersebut. Ketika dia terbangun, dia melihat keluarganya telah terbunuh. Sejak awal para detektif sudah meragukan pernyataannya. Kondisi ruang tamu hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda perkelahian sengit, dan luka-luka MacDonald hanyalah luka yang dibuat-buat. Akan tetapi, sikap skeptis saja tidak bisa menyatakan bahwa dia bersalah; hal tersebut membutuhkan bukti-bukti kuat. Dalam kasus MacDonald, Para detektif bergantung pada bukti ilmiah untuk membuka jaringan kebohongannya dan menghukumnya atas pembunuhan tersebut. Ada berbagai macam bukti ilmiah yang sering digunakan dalam pengadilan, mulai dari menggolongkan tipe DNA sampai antropologi forensik hingga toksikologi. Dalam kasus MacDonald buktinya adalah serologi (bukti darah) dan bukti jejak yang mengirimnya langsung ke penjara. Menurut para jaksa penuntut dan berdasarkan dugaan kuat atas keabsahan kejadian luar biasa yang mengejutkan itu, setiap anggota dalam keluarga MacDonald memiliki tipe darah yang berbeda-beda. Dengan menyelidiki bercak-bercak darah yang ditemukan, para penyelidik berhasil merekonstruksi rangkaian peristiwa yang terjadi pada malam yang mengerikan itu -- dan penemuan mereka langsung bertolak belakang dari gambaran versi MacDonald. Penelitian ilmiah tentang benang yang sangat kecil pada baju tidur birunya, yang ditemukan di berbagai tempat, juga menentang alibinya. Kemudian, analisis mikroskop menunjukkan bahwa lubang-lubang di baju tidurnya tidak mungkin disebabkan oleh penghancur es yang dihancurkan oleh orang-orang yang menyerang rumahnya, seperti yang dikatakan MacDonald. Singkat kata, para staf forensik FBI yang mengenakan jas laboratorium berwarna putih benar-benar berada di balik pengakuan MacDonald. Bukti ilmiah juga dapat memberikan kontribusi yang penting untuk pertanyaan mengenai ketepatan Perjanjian Baru tentang Yesus. Walaupun ilmu yang berhubungan dengan serum darah (serologi) dan ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang merugikan dari agen-agen kimia terhadap binatang dan manusia (toksikologi) tidak dapat membantu penelitian ini, kategori bukti ilmiah lain -- disiplin ilmu arkeologi -- memunyai hubungan yang kuat dengan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur Injil. Ratusan temuan arkeologi dari abad pertama telah diselidiki, dan saya penasaran: apakah mereka mempertentangkan atau sebaliknya menguatkan cerita-cerita para saksi mata tentang Yesus? Oleh karena itu, saya berkelana untuk bertemu dengan orang terkemuka yang telah menggali sendiri reruntuhan Timur Tengah, yang memunyai wawasan luas tentang penemuan-penemuan kuno, dan yang memiliki batasan-batasan ilmiah yang memadai yang diakui -- batasan-batasan arkeologi -- seraya menjelaskan bagaimana penemuan tersebut mengungkapkan kehidupan dalam abad pertama. Wawancara: John McRay, Ph.D Ketika para pelajar dan siswa mempelajari arkeologi, banyak yang kembali mengacu pada buku panduan John McRay yang akurat dan terpercaya pada halaman 432 tentang Arkeologi dan Perjanjian Baru. McRay menuntut ilmu di Hebrew University, Ecole Biblique et Archeologique Francaise di Yerusalem, Vanderbilt University Divinity School, dan The University of Chicago, universitas yang memberinya gelar doktor pada tahun 1967. McRay adalah seorang Guru Besar Perjanjian Baru dan Arkeologi di Wheaton College selama lebih dari 15 tahun. Untuk menguji apakah dia berlebihan tentang pengaruh arkeologi, saya memutuskan untuk membuka wawancara saya dengan menanyakannya apa yang dapat dia jelaskan tentang konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur Perjanjian Baru. "Arkeologi telah memberikan beberapa kontribusi penting," ujarnya mengawali dengan kecepatan dialek yang pernah dipakainya sebagai anak dari Oklahoma bagian tenggara, "Namun arkeologi tidak bisa membuktikan apakah Perjanjian Baru merupakan Firman Allah. Jika kita menggali tentang Israel dan menemukan letak-letak kuno yang konsisten dengan petunjuk Alkitab, maka hal ini menunjukkan bahwa sejarah dan geografi dalam Alkitab tepat. Namun demikian, hal ini tidak menyatakan bahwa apa yang dikatakan Yesus Kristus benar. Kebenaran rohani tidak dapat dibuktikan atau dilemahkan dengan penemuan-penemuan arkeologis." Sebagai suatu analogi, dia menceritakan kisah tentang Heinrich Schliemann, yang berusaha meneliti Troy untuk membuktikan ketepatan historis Illiad karya Homer. "Dia menemukan Troy," ujar McRay dengan senyuman lembut, "tetapi itu tidak membuktikan bahwa Iliad benar. Cerita tersebut hanya akurat pada referensi-referensi geografis tertentu." Saat kita menentukan batasan-batasan apa yang tidak dapat diungkapkan oleh arkeologi, saya penasaran untuk meneliti apa yang dikatakan arkeologi tentang Perjanjian Baru. Saya memutuskan untuk terjun ke topik ini dengan membuat pengamatan yang memperbanyak pengalaman saya sebagai jurnalis investigasi resmi. Menggali Kebenaran Saat mencoba memutuskan apakah seorang saksi berkata yang sesungguhnya, para jurnalis dan pengacara akan menguji seluruh elemen kesaksiannya yang dapat diuji. Jika investigasi ini mengungkapkan bahwa orang itu salah menyebutkan detail-detailnya, maka kebenaran kisahnya akan sangat diragukan. Akan tetapi, jika detail-detailnya cocok, ini merupakan indikasi -- bukan sebagai bukti kesimpulan, tetapi sebagai bukti bahwa mungkin saksi ini dapat dipercaya atas pernyataan keseluruhannya. Contohnya, jika seseorang bercerita tentang perjalanannya dari St. Louis ke Chicago, dan menyebutkan bahwa dia berhenti di Springfield, Illinois, untuk menonton film "The Passion of the Christ" di Odeon Theater. Kemudian dia melahap cokelat Clark besar yang dia beli di kedai, para penyelidik dapat menyelidiki apakah bioskop tersebut berada di Springfield serta apakah bioskop memutar film itu dan menjual merek permen cokelat dengan ukuran tertentu saat itu seperti yang dikatakannya. Jika penemuan mereka bertentangan dengan pernyataan orang tersebut, hal ini menodai keabsahannya. Jika detail-detail tersebut cocok, hal ini tidak semata-mata membuktikan bahwa seluruh ceritanya benar, namun hal ini memperkuat reputasinya karena mengatakan hal-hal yang tepat. Seperti inilah pencapaian arkeologi. Premis atau dasar pemikirannya adalah jika detail-detailnya tepat masa demi masa, hal ini menambah kepercayaan kita pada bahan-bahan lain yang ditulis sejarawan tetapi belum sempat untuk diperbandingkan (kros-cek). Jadi saya menanyakan pendapat profesional McRay. "Apakah arkeologi mengukuhkan atau mempertentangkan Perjanjian Baru ketika arkeologi membenarkan detail-detail kisah-kisahnya?" McRay menjawab dengan cepat. "Oh, tidak dapat diragukan bahwa kredibilitas Perjanjian Baru diperkuat," ujarnya, "sama seperti ketika kredibilitas dokumen kuno manapun diperkuat jika Anda menggali dan melihat bahwa penulisnya akurat berbicara tentang tempat atau peristiwa tertentu." Sebagai contoh, dia memaparkan pencarian-pencariannya di Caesarea di pesisir Israel, tempat dia dan yang lainnya menggali teluk Herodes Agung. "Untuk waktu yang lama orang-orang menanyakan validitas pernyataan Josefus, sejarawan abad pertama, bahwa teluk ini sebesar teluk di Piraeus, yang merupakan pelabuhan utama di Atena. Orang-orang mengira Josefus salah, karena ketika Anda melihat bebatuan di atas permukaan air laut di teluk yang sekarang, teluk tersebut tidak terlalu besar. "Tetapi ketika kami memulai penyelidikan bawah laut, kami melihat bahwa teluk tersebut memanjang di bawah laut, bahwa teluk tersebut telah tertindih, dan dimensi-dimensinya secara keseluruhannya ternyata dapat dibandingkan dengan teluk di Piraeus. Jadi, Josefus ternyata benar. Ini adalah satu lagi bukti bahwa Josefus tahu apa yang dia bicarakan." Jadi, bagaimana dengan penulis-penulis Perjanjian Baru? Apakah mereka benar-benar tahu apa yang mereka tuliskan? Saya ingin menguji isu ini dalam pertanyaan saya selanjutnya. Ketepatan Lukas sebagai Sejarawan Lukas, seorang fisikawan dan sejarawan, menuliskan Injil yang memakai namanya sendiri dan kitab Kisah Para Rasul, yang mana kedua kitab itu merupakan seperempat dari seluruh isi Perjanjian Baru. Injil-injil seperti Lukas dan Matius adalah kitab-kitab yang memberikan detail-detail tentang kisah Yesus. Lukas dipercaya telah mewawancarai para saksi mata yang mengetahui segala sesuatu tentang kelahiran sampai kematian dan bahkan sampai kebangkitan Yesus. Kenyataannya, mitra sepelayanan Rasul Paulus ini mengatakan dia "menyelidiki segala sesuatu dengan teliti" agar dia dapat "menuliskan kisah-kisah yang berurutan" tentang "kepastian" yang terjadi. Tidak diragukan bahwa dia telah mencatat peristiwa-peristiwa historis yang aktual. Apakah Kekristenan Menyalin Mitos-Mitos Zaman Dulu? Para skeptis menyatakan bahwa kekristenan, termasuk kelahiran perawan (Kelahiran Yesus melalui sang perawan Maria, Red), hanyalah sebuah bungkusan ulang dari agama-agama misterius penyembah para dewa. "Tidak benar," ujar ahli apologi, Alex McFarland. Berbeda dengan mitos, "Perjanjian Baru berhubungan dengan orang-orang dan kejadian-kejadian nyata yang terbuka untuk diselidiki," tambahnya. Peneliti Gretchen Passantino setuju bahwa kelahiran Kristus sangat berbeda dengan kisah-kisah mitos ini. "Contohnya, alih-alih seorang perawan bersedia mengandung dari kekuatan ajaib Allah, mitos-mitos memberikan kita kisah-kisah dari illah-illah yang kuat memaksa bersetubuh dengan wanita," ujarnya. "Alih-alih Inkarnasi, mitos-mitos menceritakan setengah manusia, pahlawan-pahlawan super setengah dewa yang memunyai kelemahan, dosa, dan frustrasi-frustrasi seperti kita." Albert Schweitzer mengatakan, mereka yang menyatakan kekristenan berasal dari mitos-mitos ini "membuat berbagai macam penggalan atau potongan informasi sejenis agama misterius yang universal yang tidak pernah ada. C. S. Lewis menegaskan bahwa kekristenan berasal dari lingkaran tanpa jejak agama pada umumnya yang pernah ada." Tetapi saya ingin tahu apakah Lukas mendapatkan hal-hal yang benar. "Ketika para arkeolog memeriksa detail-detail yang dituliskannya," saya lalu berkata, "Apakah kata mereka tentang Lukas. Apakah dia teliti atau ceroboh?" Baik para pelajar liberal maupun konservatif sepakat bahwa sebagai sejarawan, Lukas sangat tepat," Ujar McRay. "Dia terpelajar, dia pandai berbicara dan bahasa Ibraninya mendekati kualitas klasik, dia menulis sebagai seorang yang berpendidikan, dan penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan lagi dan lagi bahwa Lukas tepat dalam apa yang patut dia sampaikan." Nyatanya, dia menambahkan ada beberapa contoh, mirip dengan cerita tentang teluk di atas. Dalam beberapa kisah itu, para pelajar awalnya mengira Lukas salah dalam beberapa acuan, tetapi beberapa penemuan-penemuan lainnya menyatakan bahwa apa yang dituliskannya benar. Contohnya, dalam Lukas 3:1 dia mengacu pada Lysania yang menjadi Gurbenur Romawi di Abilene sekitar tahun 27 Sesudah Masehi. Selama beberapa tahun, para pelajar menjadikan kisah ini bukti bahwa Lukas tidak tahu apa yang ia bicarakan, karena semua orang tahu bahwa Lysanias bukanlah gurbenur, tetapi dia adalah pemerintah Khalkis setengah abad sebelumnya. Jika Lukas tidak benar dalam fakta dasar, maka apa yang dia tuliskan tidak dapat dipercaya. Di sinilah arkeologi ikut berperan. "Sebuah tulisan kemudian ditemukan pada zaman Tiberius, dari 14 sampai 37 SM, yang menyebutkan Lysanias sebagai Gurbenur di Ablila dekat Damascus sama seperti yang dituliskan oleh lukas," jelas McRay. "Ternyata ada dua pegawai pemerintah yang bernama Lysanias! Sekali lagi, Lukas dinyatakan tepat sekali." Contoh lainnya adalah tulisan Lukas di Kisah Para Rasul 17:6 yang menyebutkan "Politarchs," yang diterjemahkan sebagai "pembesar-pembesar kota" oleh Alkitab Terjemahan Baru, di kota Tesalonika. "Untuk waktu yang lama orang-orang mengira Lukas salah, karena tidak ada bukti bahwa istilah "Politarchs" ditemukan di dalam dokumen Roma manapun," ujar McRay. "Tetapi, sebuah tulisan di bangunan melengkung abad pertama menuliskan frasa, "Pada waktu Politarchs..." Anda dapat pergi ke Museum Inggris dan melihat sendiri. Kemudian, lihatlah dan perhatikanlah, para arkeolog telah menemukan lebih dari 35 tulisan yang menyebutkan Politarchs, beberapa tulisan tersebut ditemukan di Tesalonika dengan periode yang sama seperti yang dituliskan Lukas. Sekali lagi, para kritikus salah dan Lukas terbukti benar." Seorang ahli arkeologi terkemuka meneliti dengan seksama acuan-acuan Lukas pada tiga puluh dua negara, lima puluh empat kota, dan sembilan pulau, ternyata tidak menemukan kesalahan. Intinya adalah: "Jika Lukas sangat amat akurat dalam laporan historisnya," ujar salah satu buku yang membahas topik ini, "dengan dasar logika manakah kita berasumsi bahwa dia mudah percaya atau tidak tepat dalam laporannya tentang hal-hal yang jauh lebih penting, bukan hanya untuknya tetapi bagi yang lain juga?" Hal-hal, seperti kebangkitan Yesus, bukti yang sangat kuat tentang ketuhanan-Nya, seperti yang ditulis Lukas, dicatat dengan "banyak bukti-bukti yang meyakinkan." (tUly) Diterjemahkan dari: Judul buku: The Case for Christmas Judul asli artikel: The Scientific Evidence: Does Archaeology Confirm or Contradict Jesus` Biographies? Penulis: Lee Strobel Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2005 Halaman: 37 -- 45 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI THE AMERICAN INDIAN CHRISTIAN MISSION (AICM) ==> www.aicm.org The American Indian Christian Mission (AICM) didirikan tahun 1969 yang ditujukan untuk orang-orang Indian di Amerika. Sejak tahun 1985, AICM mulai mendirikan sekolah dan asrama bagi anak-anak Navajo dan Apache. Anak-anak yang bersekolah di sana berasal dari keluarga Indian, dan rata-rata belum menerima Yesus. Orang tua memunyai kepercayaan yang baik terhadap sekolah ini, sehingga mereka mau menyerahkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di sana, sekalipun di sekolah itu diajarkan pendidikan agama Kristen. Setiap akhir minggu, mereka diizinkan untuk pulang ke rumah. AICM berharap agar anak-anak yang bersekolah di sana dapat menerima Yesus dan menjadi saluran berkat bagi keluarga mereka. (DIY) ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA I R A N Menjelang Natal, biasanya beberapa pelayan memperoleh kesempatan melayani yang jarang mereka peroleh. Vision Beyond Borders juga mendapat kesempatan untuk melayani di sebuah republik non-Kristen yang sering menindas umat Kristen. Diskriminasi di Iran yang menyulitkan para penganut agama mayoritas yang tidak mengikuti pandangan ekstrem para pemimpin agama mayoritas. Alhasil, banyak warga Iran keluar dari negeri itu dan mengungsi ke Irak. Menurut VBB, terdapat 6.000 pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian sepanjang perbatasan Iran-Irak. Kondisi di pengungsian itu benar-benar menyedihkan: hanya ada sedikit makanan, tidak ada alat pemanas, ataupun listrik. Keadaan mereka yang memprihatinkan itu tidak dimuat dalam berita sehingga kamp tersebut hampir tidak mendapatkan perhatian. Saat ini tidak ada satupun badan kemanusiaan yang membantu mereka. Tim VBB ingin menyediakan alat pemanas, selimut, makanan, dan salinan firman Tuhan dalam bahasa mereka bagi 100 keluarga. Ada sebuah gereja dengan 20 orang jemaat yang bersedia untuk membagikannya. Mereka ingin menjalin hubungan dengan orang-orang tersebut. Mereka ingin menawarkan bantuan nyata bagi para pengungsi sehingga mereka memiliki pengharapan dalam Yesus Kristus. Ini merupakan kesempatan untuk menjangkau 6.000 penganut agama mayoritas dengan Injil. Karena proyek ini merupakan proyek penjangkauan Natal, mereka perlu bertindak cepat untuk mendapatkan dana bagi gereja di Irak yang akan digunakan untuk menyediakan alat pemanas, makanan, selimut, dan Alkitab. VBB sangat senang karena mereka memperoleh kesempatan untuk menjangkau begitu banyak umat non-Kristen Iran dengan Injil. Waktu mereka singkat! Mereka berdoa agar Allah segera memenuhi biaya proyek ini sehingga mereka bisa memanfaatkan kesempatan Natal ini. (t/Setya) Sumber: Mission News, Desember 2010 [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/15057] Pokok doa: * Mengucap syukur untuk kesempatan mendemonstrasikan kasih Allah yang Tuhan berikan melalui Vision Beyond Borders pada masa Natal ini. Doakan agar melalui pelayanan mereka, banyak orang memperoleh anugerah keselamatan dari Kristus. * Doakan untuk setiap kebutuhan dana yang diperlukan, agar Tuhan mencukupkan. Doakan juga agar Tuhan melindungi dan memberi kesehatan kepada tim Vision Beyond Borders dalam pelayanan kasih ini. A M E R I K A S E R I K A T Tahun lalu, pada Konferensi Urbana 2009, lebih dari 16.000 pelajar berkumpul di kota St. Louis, AS untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali iman mereka dan untuk menangkap imbas dari Misi Allah bagi kehidupan mereka dan dunia. Setahun kemudian, InterVarsity Christian Fellowship mengirim para anggota staf konferensi tersebut kembali ke St. Louis. Kali itu adalah giliran mereka untuk memfokuskan diri pada pertumbuhan iman dan misi. Para anggota staf InterVarsity telah bekerja selama bertahun-tahun sebagai Utusan Injil untuk para pelajar sekolah tinggi di seluruh Amerika Serikat. Staf InterVarsity membantu memuridkan mereka untuk menjangkau dan mencari para pelajar yang sedang mencari Tuhan, dengan tujuan akhir untuk membawa kemuliaan Allah ke kampus-kampus. Staf tentu saja memunyai sebuah sistem pendukung yang telah terbangun melalui InterVarsity. Beberapa staf yang melayani di kampus yang besar memang memunyai lebih banyak rekan pelayanan, namun bagi mereka yang melayani di sekolah-sekolah swasta yang kecil, mereka secara terus-menerus mencurahkan diri mereka untuk melayani orang lain sedangkan mereka sendiri jarang mendapatkan pelayanan dari orang lain. Menurut mereka, lama-kelamaan pelayanan dapat membuat mereka suntuk, permasalahan bisa saja menjadi sukar untuk ditanggulangi, dan pertanyaan-pertanyaan pelajar menjadi sukar dijawab. Setelah melayani Injil melalui kerja keras, mereka perlu mengambil waktu untuk rehat sejenak. Dengan mempertimbangkan hal ini, setiap tiga tahun InterVarsity menjadi penyelenggara konferensi staf untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali dan menyegarkan para pelayan ini yang dengan setia memberitakan Injil. Konferensi staf berikutnya akan berlangsung pada tahun depan. Para staf akan bertemu di St. Louis untuk beribadah, belajar firman Allah, menghadiri seminar-seminar, dan berdoa untuk para pelajar universitas. Para staf akan mendapat kesempatan untuk membagikan kisah mereka dan berjumpa dengan para pelayan lain dari InterVarsity yang sama-sama terbeban untuk membawa Injil bagi pemuda Amerika. InterVarsity telah menyaksikan para pelajar berduyun-duyun datang untuk percaya kepada Kristus selama beberapa tahun terakhir ini. Semua ini dapat terlaksana berkat bantuan para staf yang berdedikasi dan memiliki keteladanan. Doakanlah agar konferensi ini dapat memperbarui semangat dan urgensi pelayanan yang dilakukan oleh staf InterVarsity. Apabila Anda tersentuh untuk mendukung pelayanan InterVarsity, ikutlah berdoa bagi konferensi yang akan diadakan tahun depan untuk para staf dan para pelajar agar bisa saling terhubung melalui pertemuan tersebut. (t/Samuel) Sumber: Mission News, Desember 2010 [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/15031] Pokok doa: * Doakan para mahasiswa dan pelajar yang telah dimuridkan oleh tim InterVarsity, agar memiliki hati yang rindu untuk lebih lagi mempelajari kebenaran firman Tuhan. * Doaka juga agar setiap mahasiswa dan pelajar yang telah dimuridkan oleh tim InterVarsity, dapat menjadi teladan, serta dapat memuridkan juga teman-teman mereka yang masih ragu-ragu akan keselamatan kekal mereka. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA MENYAMBUT NATAL Natal telah tiba. Berbagai pernak-pernik Natal telah menghiasi beberapa sudut toko dan mungkin juga ruangan rumah kita. Biasanya menjelang Natal, kita cukup disibukkan dengan berbagai macam kegiatan guna menyambut datangnya hari yang istimewa tersebut. Kita berharap Natal tahun ini tidak hanya akan diisi dengan kegiatan perayaan, tapi biarlah Kabar Baik yang membawa sukacita kekal dan perubahan transformasi hidup, baik untuk diri kita secara pribadi, keluarga, maupun untuk Indonesia, dapat terwujud. Sumber: Publikasi KADOS Edisi 42 Tahun 2010 [Selengkapnya: http://www.sabda.org/publikasi/kados/042/] Pokok Doa: 1. Doakan persiapan Natal tahun 2010, supaya Tuhan memberikan hikmat kepada gereja maupun orang-orang percaya, agar mereka tidak hanya disibukkan dengan berbagai kegiatan perayaan, tetapi boleh ingat dengan arti Natal yang sesungguhnya. 2. Doakan perayaan Natal di berbagai tempat di Indonesia, agar acara tersebut dapat membawa Berita Sukacita di hati setiap umat percaya dan masyarakat sekitarnya. 3. Berdoa agar setiap gereja Tuhan dan umat percaya di Indonesia dapat memanfaatkan masa Natal ini untuk membagikan kasih Kristus kepada mereka yang masih terhilang. 4. Doakan agar Tuhan ikut berintervensi dan memberikan cuaca yang baik sehingga banyak orang bisa menghadiri ibadah Natal tanpa dihalangi oleh cuaca buruk. 5. Doakan untuk keamanan menjelang perayaan Natal 25 Desember. Berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada aparat berwajib supaya bisa mengamankan situasi dan menjaga ketertiban jalan. 6. Berdoa untuk saudara-saudara kita yang tidak dapat merayakan Natal bersama-sama di gereja maupun keluarga, kiranya sukacita Natal tetap dapat hadir di hati mereka. 7. Doakan Natal tahun ini membawa transformasi dan pengharapan baru bagi Indonesia supaya negara dan rakyat Indonesia dapat hidup takut akan Tuhan. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi ______________________________________________________________________ Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |