Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/50 |
|
e-JEMMi edisi No. 50 Vol. 11/2008 (16-12-2008)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL RENUNGAN NATAL: Zakharia dan Elisabet: Menebar Simpati dan Empati ARTIKEL NATAL: Penilik Natal SUMBER MISI: India Christian Mission Center (ICMC) DOA BAGI MISI DUNIA: India, Afganistan DOA BAGI INDONESIA: Yayasan Kasih Imanuel ______________________________________________________________________ LIGHTLY SPOKEN WORDS WILL BE WEIGHTY IN THE JUDGEMENT ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Apakah Anda telah menyiapkan hati untuk menyambut perayaan Natal? Kami mengajak Anda untuk menyiapkan hati dengan membaca Renungan Natal dan Artikel Natal yang kami siapkan di bawah ini. Biarlah perenungan ini dapat membawa hati kita untuk dipenuhi dengan simpati dan empati kepada orang-orang yang ada di sekitar kita yang membutuhkan kasih Kristus. Marilah kita menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Selamat menjadi saluran berkat, sehingga kasih Tuhan semakin terpancar melalui kita pada Natal tahun ini. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti ______________________________________________________________________ RENUNGAN NATAL ZAKHARIA DAN ELISABET: MENEBAR SIMPATI DAN EMPATI Setiap keturunan langsung dari Harun otomatis mengemban tugas istimewa sebagai imam yang melayani Allah di Bait Suci. Karena aturan tersebut, tidak heran kalau pada saat itu ada banyak sekali imam. Salah satunya adalah Zakharia, keturunan Harun dari rombongan Abia. Mereka dibagi ke dalam 24 sektor untuk bertugas bergantian, khusus pada hari raya keagamaan -- seperti Hari Raya Pentakosta atau Hari Raya Tabernakel. Semua imam itu bertugas bersama-sama. Setiap sektor melayani dua kali dalam setahun. Masing-masing 1 minggu. Bagi para imam, melayani Allah di Bait Suci adalah saat yang ditunggu-tunggu. Masa terpenting dalam hidup mereka. Bila tiba gilirannya, mereka akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Begitu pula Zakharia, yang hari itu mendapat tugas untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan. Zakharia menikah dengan Elisabet, wanita yang juga keturunan Harun. Sebagai seorang imam, menikahi wanita yang sama-sama berasal dari keturunan Harun adalah sebuah kehormatan besar. Sebab itu berarti ia akan sanggup memertahankan kemurnian darah keturunannya. Keturunan? Iya, betul keturunan. Tapi sayang sekali, justru itulah yang tidak dimiliki Zakharia dan Elisabet. Dalam usia tua, mereka belum juga dikaruniai anak. Sungguh sebuah kenyataan yang pahit. Bagi masyarakat Yahudi, tidak memiliki keturunan adalah sebuah aib. Seseorang bisa dikucilkan karena tidak memunyai anak. Perceraian dimungkinkan terjadi di antara pasangan suami istri yang tidak memiliki keturunan. Ketiadaan keturunan juga bisa menjadi alasan bagi seorang suami untuk memeristri wanita lain. Bandingkan kisah Abraham dalam Kejadian 16. Oleh karena itu, kesempatan berada di dalam Bait Suci tidak disia-siakan oleh Zakharia. Ia yang selama ini secara tekun berdoa dalam pengharapan untuk mendapatkan anak, tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk membawa permohonannya kepada Allah yang dilayani dan disembahnya. Namun, ketika doanya dijawab oleh Tuhan melalui berita Malaikat Gabriel, Zakharia justru tidak percaya. Ia bertanya, "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya" (Lukas 1:18). Zakharia lalu meminta tanda untuk dapat memercayai berita itu. Sebagai akibatnya, ia pun harus menuai apa yang ditaburnya. Keraguannya menyebabkan ia menjadi bisu. Tidak lama kemudian, apa yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel menjadi kenyataan. Elisabet mengandung. Zakharia tentu sangat bersukacita. Selanjutnya, fokus beralih pada Elisabet. Ketika kandungan Elisabet memasuki bulan ke-6, Maria, kerabatnya dari Nazareth, berkunjung ke kotanya di Yudea. Yang menakjubkan bagi Elisabet, sesaat ketika ia melihat Maria muncul di hadapannya dan memberi salam, ia merasakan tiba-tiba anak dalam kandungannya melonjak kegirangan. Elisabet dipenuhi Roh Kudus dan ia pun berkata kepada Maria, "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana" (Lukas 1:42-45). Episode ini kemudian ditutup dengan nyanyian Maria. Salah satu kekhasan Injil Lukas adalah gaya penceritaannya yang sederhana. Pun bila itu berkenaan dengan peristiwa besar atau tidak biasa. Misalnya, ketika Maria menerima kabar dari malaikat tentang kehamilannya (Lukas 1:26-38), atau ketika Maria melahirkan di kandang ternak (Lukas 2:1-7). Kedua peristiwa itu diceritakan dengan sangat "mulus", seolah tanpa riak pergumulan. Begitu juga pertemuan antara Maria dengan Elisabet dan Zakharia. Wajar saja, sebab Lukas tidak hendak berkhotbah. Ia hendak bercerita, bahwa Sang Juru Selamat dunia yang dinanti-nantikan itu telah lahir. Dan betapa Allah sendiri yang turun tangan memuluskan kelahiran-Nya. Karena itu, bagi Lukas, kedalaman makna tidaklah begitu dipentingkan. Sebab yang lebih utama adalah fakta. Dalam praktik, perihal pertemuan Maria dengan Elisabet dan Zakharia -- seperti juga perihal pergumulan batin Maria ketika mendengar berita kehamilannya dan perihal kelahiran Yesus di kandang ternak -- tentunya tidak "semulus" dan "sesederhana" yang ditampakkan dalam teks. Ada luapan emosi dan pergumulan batin yang dalam. Sebab bagaimanapun juga, peristiwa yang mereka hadapi itu bukan peristiwa biasa. Secara manusiawi, Zakharia dan Elisabet punya alasan untuk memberondong Maria dengan seribu satu pertanyaan dan nasihat bernada curiga -- bagaimana mungkin seorang gadis baik-baik seperti Maria hamil sebelum menikah? Sungguh memalukan. Ini akan mencoreng nama baik keluarga besar mereka. Dan sebagainya. Namun, sikap negatif itu tidak mereka tunjukkan. Sebaliknya, Elisabet dan Zakharia mendengarkan cerita Maria dengan empati dan simpati. Jauh dari sikap menghakimi atau pun mencemooh. Mungkin saja mereka tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi pada Maria, tapi toh mereka percaya dan berusaha memahami. Sikap demikian itu sudah lebih dari cukup bagi Maria -- membuatnya merasa tidak "sendirian" lagi. Dukungan dari orang yang dekat dalam pergumulan yang berat itu bagaikan oase di padang gersang. Sebagai kerabat, Maria dan Elisabet tampaknya memiliki relasi sangat dekat. Itulah sebabnya ketika Maria harus mengalami kejadian "monumental", yang diingatnya adalah Elisabet. Betul bahwa Maria sudah rela untuk taat kepada kehendak Tuhan -- mengandung Sang Bayi itu -- tapi bagaimanapun, secara manusiawi wajar kalau ia tetap merasa gentar. Ia membutuhkan orang terdekat untuk berbagi cerita. Mencurahkan segala beban berat yang menindih dalam hati. Selain memberitahu Maria bahwa ia akan mengandung, malaikat juga menyebut nama Elisabet. Elisabet adalah bukti, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika Allah menghendaki, akan terjadilah demikian. Tidak ada yang dapat menghalangi Allah untuk menyatakan kehendak-Nya. Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain. Memiliki keluarga, saudara, dan kerabat selalu menyenangkan. Apalagi kalau mereka bertindak sebagai kawan seiring dan sejalan dalam pergumulan, sahabat yang bisa mengerti dan memahami kondisi yang kita hadapi. Memiliki orang seperti itu tentu akan memudahkan hidup kita, meringankan langkah kita, menjadikan kita lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Zakharia dan Elisabet menjadi orang yang demikian bagi Maria. Berita Natal adalah berita tentang simpati dan empati. Berita tentang persahabatan dan kasih sayang. Ketika hati kita tergerak akan penderitaan orang lain, mau menjadi sahabat bagi mereka, membalut luka mereka, merasakan segala kegetiran dan kesedihan mereka, dan menerima mereka apa adanya tanpa menghakimi. Di sekeliling kita, ada banyak orang yang membutuhkan empati dan simpati. Mereka memerlukan orang yang mau menolong dan menopang. Entah mereka yang hidup dalam kesepian di masa tua, mereka yang kehilangan kasih sayang orang tua di panti-panti asuhan, atau mereka yang "sendirian" hidup dalam belenggu masa lalu yang kelam dan suram. Mereka mungkin tidak membutuhkan belas kasihan kita. Tapi mereka membutuhkan pelukan persahabatan, pengertian, dan penerimaan. Marilah kita nyatakan empati dan simpati kita kepada mereka. Dengan begitu, kita telah menunjukkan bahwa Kristus telah lahir di hati kita dan Kristus terlihat dalam hidup kita. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Penggenapan Pengharapan Penulis: Ayub Yahya Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007 Halaman: 17 -- 23 ______________________________________________________________________ ARTIKEL NATAL PENILIK NATAL Di dalam Perjanjian Baru, kata "penilik" atau "bishop" atau "uskup" adalah "episcopus". (Kata Episcopal [baca: episkopal] berasal dari kata itu.) Kata episcopus memunyai sejarah yang kaya dan mengagumkan. Kata dalam bahasa Inggris, "scope" (lingkup), juga berasal dari kata yang sama. Sebuah scope adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat sesuatu. Misalnya kata "microscope" atau "mikroskop" untuk melihat benda-benda yang kecil, sedangkan "telescope" atau "teleskop" untuk melihat benda-benda yang letaknya sangat jauh. Awalan "epi" fungsinya untuk memperkuat akar katanya. Jadi, kita dapat melihat bahwa seorang episcopus adalah orang yang melihat sesuatu dengan sangat cermat. Di dalam dunia Yunani kuno, seorang episcopus (penilik) dapat merupakan seorang jenderal militer yang pada waktu-waktu tertentu mengunjungi kesatuan-kesatuan angkatan perangnya dan memeriksa mereka agar mereka selalu berada dalam keadaan siaga. Jika pasukannya dalam keadaan berjaga-jaga, kondisinya prima dan siap tempur, mereka menerima pujian dari episcopus (penilik, bishop, atau uskup) itu. Jika pasukannya malas dan dalam keadaan tidak siap, maka mereka akan menerima teguran keras dari penilik itu. Di dalam bentuk kata kerja bahasa Yunani, terjadi perubahan yang agak aneh pada kata episcopus. Bentuk kata kerjanya itu berarti "mengunjungi". Tetapi, bentuk kunjungannya itu bukan dalam arti biasa, bukan berarti dengan santai tiba-tiba datang berkunjung, melainkan suatu kunjungan yang bersifat mengamati secara cermat situasinya. Kunjungan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang sungguh-sungguh sangat memerhatikan orang yang sedang dikunjunginya itu. Uskup disebut uskup karena mereka adalah penilik domba-domba milik Allah. Tugas mereka adalah mengunjungi orang-orang yang sakit, yang dipenjarakan, yang lapar, dan sebagainya. Mereka diberi tugas untuk memerhatikan dan memelihara umat Allah. Di dalam Alkitab, ditulis bahwa Penilik atau Uskup Mahatinggi adalah Allah sendiri. Allah senantiasa memerhatikan segenap umat manusia. Mata-Nya memerhatikan kita masing-masing dengan cermat. Ia menghitung setiap rambut di kepala kita dan mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kita. Di dalam Perjanjian Lama, para nabi berbicara mengenai hari "Allah melawat mereka". Hari itu akan menjadi hari yang penuh rahmat dan sukacita dan di sisi yang lain sebagai hari yang menyedihkan dan hari penghukuman. Pada waktu Yesus dilahirkan, Allah melawat bumi ini. Penilik yang Mahatinggi menyatakan diri dalam wujud manusia. Lawatan ini dirayakan dalam Kidung Zakharia. Dalam nyanyiannya, Zakharia dua kali menyebutkan kunjungan Allah yang kudus: Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, ... oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, surya pagi dari tempat yang tinggi (Lukas 1:68-69, 78). Perjanjian Baru menyebut Tuhan Yesus sebagai "Penilik (uskup) jiwa kita". Ia adalah Penilik yang Mahatinggi yang menjelma menjadi manusia. Lawatannya ke dunia ini telah mengubah jalannya sejarah. Lawatan pertama dari Penilik Surgawi ini diliputi oleh misteri. Ia datang bukan sebagai seorang jenderal militer, melainkan sebagai seorang bayi, di dalam palungan yang dibuat dari batu yang dipahat. Dan Ia datang untuk memerhatikan jiwa-jiwa kita. Ia datang untuk menilik keadaan kita. Ia datang dengan berkat dan penebusan ilahi. Ia juga datang membawa peringatan ilahi. Penilik Natal mengumumkan kepada dunia bahwa pada suatu hari kelak, Ia akan datang kembali untuk kedua kalinya. Ia berjanji akan datang lagi untuk mengamati pasukan-Nya. Bagi orang-orang yang mencintai kedatangan-Nya, maka kedatangan-Nya kelak merupakan suatu saat yang penuh dengan sukacita dan kemuliaan yang tak terkatakan. Pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali itu, tugas-Nya sebagai Penilik akan disempurnakan. Bagi orang yang mengabaikan kedatangan-Nya yang pertama sebagai Penilik Natal, maka kedatangan-Nya yang kedua akan menjadi satu malapetaka yang datang dengan tiba-tiba. Itu adalah Hari Tuhan, yaitu hari yang digambarkan oleh Amos sebagai hari yang gelap, dan sama sekali tidak ada terang. Allah selalu memandang kita semua satu per satu. Pandangan Tuhan dapat menembus setiap penghalang dan setiap topeng yang menyembunyikan wajah kita. Penilik kita sedang memerhatikan kita. Ia tidak akan mengabaikan kita. Kita merindukan pandangan Tuhan Yesus. Kita menantikan kedatangan-Nya nanti dengan pengharapan yang penuh sukacita. Ia sangat memerhatikan jiwa kita. Ia mengunjungi umat-Nya untuk menghibur dan menyelamatkan. Ia adalah Penilik Natal. Kita merayakan lawatan-Nya yang menakjubkan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kristus di Dalam Natal Judul asli buku: Christ in Christmas, A Family Advent Celebration Penulis: R.C. Sproul Penerjemah: Drs. Chris J. Samuel Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996 Halaman: 70 -- 72 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI INDIA CHRISTIAN MISSION CENTER ==> http://www.icmcindia.org/ India Christian Mission Center (ICMC) adalah organisasi interdenominasi nirlaba di India yang didirikan pada 1988 oleh Dr. S. Jayaraj Krishnan yang sering kali dipanggil "Pendeta Jay". Dibesarkan sebagai anak yatim piatu, Pendeta Jay kini mengabdikan hidupnya bagi kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual anak-anak yatim piatu di India bagian selatan. Bertumbuh dari pelayanan kepada dua belas anak yatim piatu dan janda pada 1988, dan kemudian mencapai lebih dari 1600 pada 2008, ICMC telah menjadi salah satu panti asuhan terbesar di India dan terus berusaha menyediakan perawatan kesehatan dan pendidikan bagi orang-orang miskin di Asia. Dalam pelayanannya tersebut, ICMC didukung oleh para donatur serta program sponsor anak. Kunjungi situsnya untuk mencari tahu bagaimana Anda bisa membantu pelayanan mereka dengan menjadi sponsor anak. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA I N D I A Kaum radikal mengamuk menyerang orang Kristen setelah seorang anggota Swami sayap kanan terbunuh, 23 Agustus silam. Kekerasan berlanjut sehingga menyebabkan 21 orang meninggal dan ratusan gereja dan rumah rusak. "Serangan yang paling parah dialami orang-orang di daerah Kandhamal, di mana lebih dari 400 gereja, 500 rumah, dan banyak institusi Kristen dihancurkan," tulis Presiden Global Council of Indian Christians (GCIC), Dr. SG. Polisi mengatakan bahwa serangan tersebut melibatkan Naxalite, kelompok pemberontak antipemerintah, yang kemudian mengaku bertanggung jawab atas penyerangan tersebut. Beberapa orang berspekulasi bahwa kaum Naxalite mungkin telah mencoba mengambil hati orang Kristen dengan seakan-akan berpihak pada kaum miskin dan membunuh penganiaya utama mereka. Dengan memercayai bahwa orang Kristen telah membalas dendam dan mencari alasan akan penyerangan terhadap orang Kristen, tokoh mayoritas garis keras segera menuduh orang Kristen memiliki perilaku yang buruk. Tak lama kemudian, kerumunan massa melakukan tindak kekerasan. GCIC telah menyusun sebuah daftar yang berisi 114 serangan berbeda terhadap orang Kristen. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, Edisi September 2008, Volume 26, No. 9 Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: India: Violence in Orissa Explodes Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 4 Pokok doa: * Doakan pihak-pihak yang tidak menyukai kekristenan di India, agar Tuhan menjamah hati mereka, sehingga mereka melihat kasih Kristus yang menjangkau mereka. * Doakan orang percaya di India, agar mereka tetap setia dalam mengikut Tuhan di tengah aniaya dan tindakan-tindakan kekerasan yang memojokkan mereka. * Akhir-akhir ini, situasi di India tidak kondusif, terlebih pascaserangan teroris pada November lalu. Biarlah Tuhan melawat dan memulihkan bangsa ini. Doakan juga agar orang percaya di India tetap bertekun dalam doa bagi negara mereka. A F G A N I S T A N Setelah bekerja selama 20 tahun di bawah pengawasan United Bible Society, Alkitab bahasa Dari yang lengkap akhirnya siap untuk dibaca orang Afganistan. Tidak ada gereja yang terlihat di Afganistan selama ratusan tahun, namun kini jumlah orang percaya di negara berpenduduk 30 juta jiwa ini meningkat. Ada juga kelompok-kelompok orang percaya Afganistan yang tinggal di Australia, Austria, Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Norwegia, Swiss, dan negara-negara lain. Perjanjian Baru dalam bahasa Dari pernah diterbitkan 25 tahun yang lalu, namun orang-orang Afganistan harus bergantung pada terbitan orang Iran untuk dapat membaca Perjanjian Lama. Alkitab lengkap yang baru saja selesai dikerjakan ini adalah sebuah pencapaian besar, menyajikan 1.710 halaman dengan dua belas peta berwarna, sebuah pengantar umum, dan pengantar untuk setiap kitab. Seorang percaya Afganistan mengatakan, "Dapat membaca firman Tuhan dalam bahasa ibu saya sendiri pasti akan menyenangkan. Melihat segala keganjilan yang terjadi di negara kami, Alkitab bahasa Dari merupakan sebuah permulaan harapan bagi masa depan baru." (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Nama buletin: Body Life, Edisi September 2008, Volume 26, No. 9 Nama kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Afghanistan: First Dari Bible Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 1 Pokok doa: * Mengucap syukur karena orang percaya di Afganistan kini dapat membaca Alkitab dalam bahasa ibu mereka. Doakan agar setiap orang percaya di sana dapat lebih sungguh-sungguh mempelajari kebenaran firman Tuhan. * Berdoa bagi orang percaya di Afganistan agar mereka terbeban membagikan kebenaran Alkitab yang telah mereka peroleh kepada orang lain yang belum menerima berita keselamatan. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA YAYASAN KASIH IMANUEL Yayasan Kasih Imanuel memberkati daerah pemukiman masyarakat prasejahtera dengan membuka poliklinik gratis, sekolah gratis untuk TK, SD, dan SMP, panti asuhan untuk putra dan putri, panti jompo, pelatihan menjahit, serta membagikan sembako untuk masyarakat setempat. Sekolah Yayasan Kasih Imanuel memiliki tiga ratus siswa dan mereka sudah mulai mengerti bagaimana caranya berdoa serta menyembah Tuhan. Sedangkan poliklinik gratis untuk masyarakat prasejahtera buka selama 24 jam. Kapan pun mereka bisa datang untuk berobat. Sedangkan kursus jahit gratis untuk masyarakat sekitar sudah menghasilkan enam ratus orang lulusan dan sekarang sudah bekerja di perusahaan konfeksi. Sumber: Buletin Transformation Connection Indonesia, Edisi IX, September 2007 POKOK DOA: 1. Mengucap syukur atas pelayanan sekolah gratis yang diselenggarakan oleh Yayasan Kasih Imanuel untuk anak-anak yang kurang mampu. Doakan agar anak-anak tersebut semakin bertumbuh dewasa dalam iman mereka kepada Kristus. 2. Doakan agar Tuhan memakai pelayanan kesehatan yang dilakukan Yayasan Kasih Imanuel untuk menyebarkan kasih kepada lebih banyak orang. Biarlah Tuhan memakai staf medis yang terlibat agar memiliki hati yang melayani sehingga melalui pelayanan mereka, nama Tuhan akan semakin dimuliakan. 3. Berdoa juga untuk orang-orang percaya yang telah difasilitasi oleh Yayasan Kasih Imanuel dan telah mendapat pekerjaan di tempat lain. Kiranya, mereka dapat membagikan kasih dan dapat menjadi seluran berkat di tempat mereka bekerja. 4. Doakan untuk staf Yayasan Kasih Imanuel, agar Tuhan senantiasa memberkati pekerjaan dan pelayanan mereka, serta memampukan mereka untuk bekerja di ladang ini secara maksimal. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |