Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/48 |
|
e-JEMMi edisi No. 48 Vol. 11/2008 (9-12-2008)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL RENUNGAN NATAL: Dilahirkan Sebagai Pelayan KESAKSIAN MISI: Jalan Tuhan Terindah SUMBER MISI: Christian Mission Aid DOA BAGI MISI DUNIA: Mali, Internasional DOA BAGI INDONESIA: Gloria Ministry ______________________________________________________________________ IS YOUR CHRISTIAN EXPERIENCE ANCIENT HISTORY? OR CURRENT EVENTS? ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Bulan Desember telah tiba, berarti sebentar lagi kita akan merayakan hari kelahiran Tuhan kita, Yesus Kristus. Untuk itu, e-JEMMi akan menghadirkan tiga edisi Natal yang akan membantu Pembaca mempersiapkan diri menyambut hari istimewa ini. Sebagai edisi Natal pertama, kami mengajak Pembaca merenungkan kehidupan Yohanes Pembaptis sebagai seorang pelayan yang dipersiapkan Allah untuk menyambut kedatangan Sang Juru Selamat ke dunia. Kami sajikan pula kesaksian seorang hamba Tuhan yang dengan setia telah memenuhi panggilannya sebagai pelayan Tuhan. Dua contoh kehidupan pelayan di atas kiranya dapat menggugah kita untuk memiliki tekad dan panggilan hidup yang kuat sebagai pelayan Tuhan yang setia. Selamat mempersiapkan hati sebagai seorang pelayan untuk menyambut persiapan perayaan Natal 2008. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti ______________________________________________________________________ RENUNGAN NATAL DILAHIRKAN SEBAGAI PELAYAN Apa reaksi Anda jika tahu bahwa anak Anda dilahirkan untuk menjadi seorang pelayan? Tentunya tidak mudah untuk menerimanya, bukan? Biasanya orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik, bukan pelayan. Namun, itulah yang digariskan Tuhan atas Yohanes, putra Zakharia dan Elisabet. Ia tidak dilahirkan untuk menjadi "lakon utama" dalam karya keselamatan Allah. Ia dilahirkan "cuma" untuk menjadi "lakon pembantu", merintis jalan bagi sang "lakon utama". Peristiwa Natal, kelahiran Kristus yang terjadi sekitar 2.000 tahun yang lalu, tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Natal atau kelahiran pribadi lain yang kemudian dikenal sebagai Yohanes Pembaptis. Ia dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus. Ia dilahirkan hanya beberapa bulan sebelum kelahiran Kristus. Ibunya, Elisabet, adalah saudara Maria, ibu Yesus. Maria bahkan sempat tinggal di rumah Elisabet selama 3 bulan sejak Yohanes berusia 6 bulan dalam kandungan ibunya (Lukas 1:39-40). Sekalipun demikian, tampaknya Yohanes muda tidak punya kesempatan untuk tumbuh bersama-sama dengan Yesus. Sejak usia kanak-kanak, Yesus sudah dibawa orang tuanya tinggal di Nazaret, Galilea, jauh dari kampung halaman Yohanes di pegunungan Yudea. Yohanes sendiri kemudian tinggal di padang gurun untuk mempersiapkan diri memulai pelayanan kenabiannya (Lukas 1:80). Nama Yohanes sendiri berasal dari kata Ibrani yang berarti "Allah yang Pemurah". Nama pemberian Allah itu menyatakan bahwa penyebab kehadiran Yohanes adalah kemurahan hati Allah semata. Dialah yang mengaruniakan seorang putra bagi kedua orang tua Yohanes dalam usia lanjut mereka, apalagi ibunya mandul (Lukas 1:7). Dan bukan cuma itu, nama itu juga menyatakan kemurahan hati Allah pada umat-Nya. Setelah 400 tahun Tuhan mengambil sikap diam seribu bahasa terhadap mereka, kini ia mengutus nabi-Nya untuk menyuarakan pesan-Nya kepada mereka. Misi Yohanes adalah "berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia ..." (Lukas 1:17). Dalam pengharapan Israel kala itu, umat meyakini bahwa Elia akan datang mendahului kehadiran Sang Mesias (Maleakhi 4:5-6). Kehadirannya menandakan bahwa Sang Mesias yang dinanti-nantikan akan segera datang. Seruan pertobatan yang dikumandangkan Yohanes, jubah bulu unta, dan ikat pinggang kulit yang dikenakannya, juga tempat tinggalnya di padang gurun menyatakan digenapinya nubuat tentang Elia yang akan datang untuk mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias! Seruan pertobatan yang dikumandangkan Yohanes tidak tanggung-tanggung. Tanpa tedeng aling-aling, ia menyebut para pemimpin agama Yahudi "keturunan ular beludak" (Matius 3:7). Tajam sekali! Pesannya pun sangat keras: "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api" (Matius 3:8-10). Yohanes terus menyuarakan pesan kenabiannya dengan berani dan setia. Hingga suatu saat, karena tegurannya yang keras terhadap kejahatan Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea dan Perea, ia dipenjarakan lalu mati dipenggal kepalanya. Jalan hidupnya tidak banyak berbeda dengan para pendahulunya, nabi-nabi Perjanjian Lama, yang dengan setia menyerukan kebenaran ilahi dan harus menanggung berbagai kesulitan, bahkan malapetaka, gara-gara seruan mereka. Selain keberanian dan kesetiaannya yang luar biasa dalam menyuarakan kebenaran, Yohanes memiliki satu hal lain yang tidak kalah pentingnya. Ia sangat rendah hati. Di puncak popularitasnya, ketika banyak orang bertanya-tanya apakah dia Sang Mesias yang ditunggu-tunggu, ia tidak tergoda untuk mengultuskan dirinya. Dengan tegas, ia menyatakan dirinya sebagai "suara yang berseru-seru di padang gurun, "Luruskanlah jalan bagi Tuhan!" (Yohanes 1:23). Dengan rendah hati, ia menegaskan bahwa pelayanannya hanyalah "pengantar" dari pelayanan Sang Mesias. Yang lebih mencengangkan adalah pernyataannya: "Membuka kasut-Nya pun aku tidak layak" (Yohanes 1:27b). Di Palestina kuno, biasanya seseorang mengenakan kasut (sepatu sandal yang terbuka) untuk bepergian. Bisa dibayangkan, betapa kotor kakinya setelah menempuh suatu perjalanan. Tugas seorang budak adalah untuk membuka tali kasut tamu yang datang berkunjung ke suatu rumah. Kala itu, seorang guru biasanya tidak dibayar. Sebagai gantinya, murid-muridnya akan mengerjakan berbagai pekerjaan baginya. Namun, tentang membuka tali kasut, peraturan kerabian berkata, "Setiap jenis pelayanan yang dilakukan oleh seorang budak bagi tuannya haruslah juga dilakukan oleh seorang murid bagi gurunya, kecuali melepaskan tali kasutnya". Jadi, melepas tali kasut kala itu dianggap sebagai pekerjaan yang terlalu rendah untuk dilakukan seorang murid. Bagaimanapun, Yohanes mengganggap dirinya tidak layak bahkan untuk melakukannya bagi Sang Mesias! Betapa rendah hatinya! Kerendahan hati Yohanes bukan sekadar basa-basi. Terbukti ketika para pengikutnya akhirnya beralih mengikuti Sang Mesias (Yohanes 3:26), ia berkata, "Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh" (Yohanes 3:29). Ia mengenal dirinya dengan baik, sehingga ia bisa bersukacita dengan apa yang terjadi. Bahkan, kemudian ia berkata, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yohanes 3:30). Inilah sukacita sejati yang bisa kita peroleh di hari Natal. Bukan sukacita karena menjadi yang utama. Bukan sukacita karena beroleh pujian dari manusia. Bukan sukacita karena mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan. Melainkan sukacita karena mengerti panggilan Tuhan dalam hidup kita dan dimampukan untuk menunaikannya. Sudahkah Saudara memiliki sukacita semacam itu? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Harta Karun Natal Penulis: Sutrisna Penerbit: Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas, Jawa Barat 2005 Halaman: 76 -- 80 ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MISI JALAN TUHAN TERINDAH Pada bulan Agustus 1973, dengan semangat yang menggebu-gebu untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, aku melanjutkan studi ke Kanada. Meskipun kemudian aku telah berhasil mencapai apa yang kurindukan, tapi bukan kepuasan yang kuperoleh, melainkan kekecewaan dan kehampaan saja yang kurasakan. Aku tidak mengerti, mengapa orang seperti aku yang berhasil masuk di universitas yang terkenal dan menyandang predikat murid terbaik, tidak dapat menutupi kehampaan hidup? Aku tidak mengetahui apa yang harus kutuntut lagi dan apa yang masih kurang dalam diriku? Aku pernah dididik selama 10 tahun di sekolah Katolik, dan tentu aku banyak tahu tentang Tuhan. Tapi pada waktu itu, aku menganggap diri cukup baik, prestasi sekolah yang kucapai, sehingga aku merasa tidak memerlukan Juru Selamat. Apalagi setelah ditambah menerima pendidikan di luar negeri dan mengalami banyak sekali peristiwa di dalam kehidupanku, maka aku menganggap jika Tuhan itu memang ada, maka Ia pasti Tuhan yang kurang adil, kurang tulus, dan yang tidak diperlukan oleh umat manusia. Ketika duduk di bangku tingkat dua, aku berkenalan dengan seorang ketua wanita persekutuan gereja. Ia membawaku untuk mengikuti persekutuan di gereja. Sambutan yang penuh dengan kehangatan dan kasih dari anggota persekutuan itu, tidak dapat meluluhkan hatiku. Bagiku, "Tuhan" hanya merupakan nama benda yang tidak ada hubungan apa-apa denganku. Tapi pimpinan Tuhan sungguh ajaib! Di dalam suatu kesempatan, aku mendampingi seorang ibu tua untuk berobat, dan dokter yang merawat ibu ini dapat melihat tubuhku yang cacat. Memang aku tahu, tulang daguku tidak normal, tapi aku tidak menyangka hal tersebut dapat mengganggu kesehatan tubuhku. Setelah dokter tersebut menjelaskan keadaan kesehatanku dan mengusulkan agar segera dioperasi, otakku berubah menjadi kosong melompong. Aku benar-benar merasakan bahwa apa yang menimpa diriku tidak dapat ditangani dengan ketegaran kepribadian, dan kepintaran. Tahun itu juga, pada musim panas, aku menjalani operasi. Operasi kali ini bukan saja meluruskan tubuhku yang cacat, tapi juga meluruskan hubunganku dengan Tuhan. Pada waktu masuk ke kamar operasi, di luar negeri aku tidak memunyai sanak keluarga, tetapi saudara-saudara dari gereja secara tiba-tiba mengunjungi aku dan berdoa bagiku. Pada waktu itu, aku merasakan damai sejahtera yang belum pernah aku alami dalam kehidupanku. Ketika dirawat di rumah sakit, ibu pendeta dan saudara-saudara dari gereja tidak jemu-jemunya mengabarkan Injil, sehingga aku memunyai pandangan baru terhadap Tuhan dan manusia. Pada tahun itu juga (1975) dalam suatu kebaktian, firman Tuhan tiba-tiba menyadarkan aku. Jika dokter yang merawat aku dengan kepandaian yang hebat dapat memulihkan cacat tubuhku yang hanya makhluk ciptaan, maka dapat dibayangkan Allah sebagai Pencipta, pasti kuasa-Nya lebih ajaib! Secara tiba-tiba pula aku menyadari nilai hidup manusia, bukan hanya sehelai ijazah, demikian sederhananya. Aku sungguh menyesal, karena dulu hanya memikirkan pendidikan dan masa depan diri sendiri saja, tapi tidak berusaha mengasihi teman dan keluargaku; dan juga tidak memikirkan bahwa manusia pada suatu kali akan berhadapan dengan ketuaan, kesakitan, dan kematian. Terlebih pula, aku tidak mencari Tuhan yang menguasai semuanya ini. Aku mengetahui bahwa keegoisan, kesombongan, dan tabiat yang keras ini tidak dapat diatasi dengan kekuatan diri. Sebab itu, dengan kerendahan hati aku datang kepada-Nya, menyerahkan diri, mengakui kesalahanku, dan memohon agar Ia menguasai seluruh hidupku. Setelah menjadi orang Kristen, aku suka berdoa, membaca Alkitab, dan juga sering mengikuti kebaktian yang diadakan oleh gereja. Pada suatu kali, dalam sebuah acara seminar, Pdt. Chou memutar sebuah film yang berisi gambar dan berita tentang banyaknya tempat orang yang belum mendengarkan Injil, dan mereka di sana, meraba-raba untuk mencari arah tujuan hidup dan sebagainya. Aku berpikir, keadaan mereka bukankah sama dengan keadaanku sebelum menjadi Kristen? Yaitu, bagaikan domba yang tersesat dalam penderitaan, keputusasaan, dan menyerahkan hidup kepada dunia yang penuh dosa dan kegelapan ini. Tapi setelah percaya, terjadi perubahan. Hati diliputi damai sejahtera surgawi. Sejak itu, aku berdoa agar Tuhan memakai aku menjadi berkat bagi orang lain. Dalam suatu kebaktian Natal tahun itu, aku secara jelas mengetahui Tuhan memanggilku, dan aku pun taat menyerahkan seantero hidupku bagi-Nya. Meskipun pada waktu itu hatiku bersemangat bagi Tuhan, tapi aku belum mau menyerahkan diri untuk masuk sekolah teologi, karena hatiku masih terbujuk untuk melanjutkan studi untuk gelar master. Tanpa lagi mencari kehendak Tuhan, aku langsung mendaftar dan pihak sekolah juga telah menerimanya. Tuhan berkali-kali mengingatkan dan mendesak, sampai pada akhirnya aku menyerah untuk tidak melanjutkan studiku. Aku berpikir, sebelum masuk sekolah teologi, aku terlebih dulu pulang ke Hong Kong beberapa tahun untuk mengajar agar dapat membantu kebutuhan keluarga. Di samping itu, aku bisa belajar melayani dulu di gereja, setelah itu baru masuk ke sekolah teologi. Keluargaku di Hong Kong yang belum percaya, merasa kaget dan tidak mengerti waktu mendengar aku tidak mau melanjutkan studi dengan beasiswa yang disediakan pihak sekolah. Di samping itu, seluruh keluarga sudah merencanakan untuk pindah ke Kanada. Untuk maksudku itu, seluruh keluarga tidak menyetujui dan menganggap aku sudah menghancurkan masa depan sendiri. Baik dengan cara halus sampai jalan keras, mereka menghalangi aku mencari pekerjaan, tapi aku tetap pada pendirianku. Setelah keluarga mengetahui aku mendapat pekerjaan dan sudah memutuskan untuk tidak kembali ke Kanada, mereka lalu mencegah dan membatalkan keberangkatan studi adik perempuanku ke Kanada. Untuk mencegah hal tersebut, maka akhirnya aku mengalah dan kembali ke Kanada untuk melanjutkan studi masterku. Sampai di Kanada, masalah gelar sangat menggodaku, sehingga aku bermaksud untuk melanjutkan studiku ke program doktoral seusai studi master selesai kutempuh. Tapi hatiku tidak tenang, mengingat bahwa aku adalah orang yang sudah memersembahkan diri. Untuk mengatasi hal ini, maka aku bermaksud menyelesaikan studiku di pascasarjana sambil mengikuti pelajaran di sekolah teologi yang berdekatan dengan sekolahku. Tapi, Tuhan melalui firman-Nya mengingatkan aku, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu" (1 Yohanes 2:15). Selain itu, diingatkan pula, "Hendaklah engkau mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Aku menyadari sekarang, jika aku tidak berhenti dari perencanaan yang diatur sendiri, meskipun bagaimana rajinnya aku melayani, Tuhan tetap tidak akan memperkenankan pelayananku. Dalam hati, aku mengambil keputusan, sebelum jelas kehendak Tuhan, aku tidak akan melangkahkan kakiku. Sejak itu, aku merasakan pimpinan Tuhan dalam kehidupanku. Pimpinan Tuhan makin jelas, yaitu menghendaki agar aku masuk ke sekolah teologi sebagai persiapan untuk melayani seusai studi masterku. Tapi, untuk menaati kehendak Tuhan itu, aku menghadapi beberapa kendala. Di antaranya, pihak keluarga pasti menentang aku habis-habisan. Sebagai konsekuensinya, mereka akan memutuskan bantuan dana studiku. Statusku di Kanada adalah pelajar, dan pemerintah tidak memperkenankan aku sekolah sambil bekerja. Yang amat berat bagiku adalah kemungkinan buruknya hubunganku dengan keluarga yang sangat kucintai. Iblis selalu memakai hal-hal ini untuk menghalangi persembahanku. Tapi bersyukurlah, Tuhan selalu menggunakan firman-Nya membantu dan menguatkan aku bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia". Sekarang aku sadar benar bahwa orang yang berjalan dalam kehendak-Nya, maka Ia akan memimpin di jalan yang rata (Mazmur 27:11). Akhirnya dengan tekad bulat, seusai studi masterku, maka dengan mulus aku masuk ke sekolah teologi, bahkan aku mendapat beasiswa selama 2 tahun. Orang tuaku tetap tidak menyetujui langkahku, tapi aku tahu mereka berbuat demikian karena mencintaiku. Mereka mengkhawatirkan masa depanku, sehingga bersikap demikian. Aku tidak bisa berbuat banyak untuk mereka dan hanya dapat menyerahkannya dalam doa-doaku. Setelah masuk dalam perjalanan persembahan ini, aku menemukan kekecewaan besar, bukan karena tantangan dari orang tua, bukan pelajaran yang sulit, dan bukan kekurangan biaya, melainkan datangnya justru dari orang Kristen yang tidak mengerti jalan persembahan ini. Ketika saudara seiman mengetahui aku masuk ke sekolah teologi, mereka langsung bertanya, "Mengapa kamu mau masuk ke sekolah teologi? Bukankah dengan keputusanmu itu kamu menyia-nyiakan studimu di program pascasarjana?" Ada pula di antara mereka yang menasihati agar aku bekerja lebih dulu, setelah mengumpulkan uang baru masuk ke sekolah teologi, bahkan ada yang menakut-nakuti bahwa kalau masuk ke sekolah teologi, aku tidak akan mendapat calon suami dan sebagainya. Pimpinan Tuhan yang sangat jelas tidak menggoyahkan tekadku. Masa-masa awal di sekolah teologi, aku jarang menerima surat dari keluarga. Mungkin mereka marah, sehingga tidak menghiraukan aku lagi, betapa sedih dan sakitnya hatiku. Tapi syukurlah Tuhan mengetahui kesedihanku, sebab itu Ia menggunakan masalah pernikahanku, memulihkan hubunganku dengan keluarga. Aku tidak menyangka bahwa di sekolah teologi tersebut, ada pula murid-murid dari Asia. Pada waktu itu, karena terlalu memusatkan perhatian pada pelajaran, aku tidak memerhatikan hubungan dengan mereka. Tapi pimpinan Tuhan sangat ajaib, tanpa terasa aku berteman baik dengan salah seorang di antara mereka yang bernama C.L. Chou. Persahabatan kami makin dekat, dan akhirnya terjalin hubungan yang lebih intim. Kami bermaksud akan melangsungkan pernikahan seusai studi. Tapi siapa sangka, setelah kedua keluarga mengetahui hubungan kami, maka mereka mengusulkan agar pernikahan diadakan pada musim panas tahun itu. Aku tidak dapat berkata apa-apa, hanya dapat mengucap syukur pada kasih Tuhan. Pada hari pernikahan, ayahku menyempatkan diri untuk datang menyaksikan hari pernikahanku. Dan di sini, ia memunyai kesempatan berdekatan dengan orang-orang Kristen dan memunyai kesempatan mengikuti beberapa kali acara kebaktian. Meskipun ia sekarang belum percaya Tuhan, tapi aku berkeyakinan bahwa pada suatu hari nanti Tuhan akan menggerakkan hatinya untuk percaya. Seusai menuntut ilmu di sekolah teologi, maka kami sebagai suami istri terjun ke ladang Tuhan. Meskipun adakalanya dalam ladang pelayanan menghadapi hal-hal yang menyedihkan dan mengecewakan, tapi kami tetap maju! Sama seperti kata-kata syair yang diucapkan bagi "pelayan yang tak terkenal", yang berbunyi, "Meskipun jalan salib makin lama makin sulit, tapi tekad kami makin lama makin kuat." Kami suami istri berjanji bekerja bersama-sama, saling mendoakan, dan saling menguatkan untuk melayani Tuhan yang benar dan hidup. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Jalan Tuhan Terindah Penulis: Pdt. Paulus Daun, M.Div., Th.M. Penerbit: Yayasan Daun Family, Manado 1996 Halaman: 79 -- 85 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI CHRISTIAN MISSION AID ==> http://www.cmaid.org/ Christian Mission Aid (CMA) didirikan pada tahun 1986 sebagai organisasi nondenominasi nirlaba yang berupaya menyediakan bantuan, pelatihan, dan sumber daya bagi masyarakat di Kenya, Uganda, dan Sudan agar memiliki kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Untuk melaksanakan misinya, organisasi ini bekerja sama dengan donatur, organisasi misi, gereja, dan organisasi nonpemerintah lainnya. Mengusung misi untuk membantu gereja dan komunitas di Afrika agar dapat secara efektif memenuhi kebutuhan spiritual, sosial, dan fisik penduduk di sana, CMA memiliki empat program utama, yakni (1) Christian Outreach (pelatihan kepemimpinan, perintisan gereja, pembagian Alkitab, dll.); (2) Children’s Ministry (pendidikan, sekolah Alkitab liburan, kamp pemuda, dll.); (3) Community Development (pelatihan bidang pertanian, program air bersih, kegiatan untuk mendapatkan tambahan keuangan, dll.); dan (4) Aid and Relief (perawatan gigi, perawatan mata, program gizi, dll.). Kunjungi situsnya untuk mengenal lebih jauh program dan pelayanan mereka serta bagaimana Anda dapat terlibat. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA M A L I Diago adalah sebuah desa terpencil di Mali di mana sebelumnya tidak ada seorang Kristen pun yang peduli untuk pergi ke sana dan mewartakan Injil. Sulit untuk memerkirakan jumlah keseluruhan orang yang pernah ke sana, namun terhitung ada 611 kesembuhan yang terjadi di desa ini. Seorang gadis yang bisu tuli mulai bisa mendengar lagi dan bisa mengucapkan "amin". Ada seorang wanita mengidap beberapa tumor -- dan semua tumornya itu hilang. Beberapa orang mengalami pemulihan penglihatan. Beberapa orang tua yang tidak bisa lagi berdiri dengan tegak; setelah didoakan, mereka bisa berdiri tegak. Beberapa orang yang sulit berjalan bisa berjalan kembali dengan baik. Berbagai jenis penyakit telah sembuh. Orang-orang berkumpul kembali untuk mendengar lebih banyak tentang seseorang yang telah menyembuhkan mereka. Injil pun disampaikan dan mereka ditanyai siapa yang mau mengenal Yesus, memberikan hidupnya kepada Yesus, dan mengikut-Nya di sisa umur mereka. Banyak tangan yang terangkat. Kemudian mereka diminta untuk maju. Sekitar dua ratus orang maju -- tua dan muda, pria dan wanita -- dan berdoa, menyerahkan hidupnya kepada satu-satunya Tuhan Penguasa surga dan bumi. Di antara mereka adalah sang kepala desa. Dia diberitahu bahwa bersekutu membaca Alkitab, mempelajarinya, dan berdoa adalah hal yang penting dilakukan, maka ia pun mengundang orang-orang untuk bersekutu di rumahnya setiap Rabu pagi. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buletin: Body Life, Edisi Juli 2008, Volume 26, No. 7 Judul kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Mali: Village Receives Christ through Healing Miracles Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 4 Pokok doa: * Mengucap syukur untuk masyarakat Diago yang telah membuka diri menerima Injil, doakan agar mereka semakin bertumbuh dalam iman Kristen yang benar. * Berdoalah agar Tuhan mengirim utusan-utusan-Nya untuk memberikan pelajaran Alkitab yang lebih dalam sehingga mereka dapat menjadi murid-murid-Nya yang setia dan berani memberitakan Injil ke tempat-tempat lain. I N T E R N A S I O N A L Kenaikan harga bahan bakar berdampak besar terhadap pelayanan misi, memengaruhi penginjilan, bantuan kemanusiaan, misionaris, transportasi misi, dan penjangkauan jangka pendek di seluruh dunia. Living Water International (LWI) memiliki 5.000 proyek air di 13 negara, dan harga bahan bakar diesel yang tinggi membuat mereka mengurangi upaya penginjilan dalam pelayanan mereka. "Kami bisa melayani 100.000 orang 2 tahun yang lalu; kini kami hanya mampu membantu 66.000 orang," kata perwakilan LWI, BW. Mission Aviation Fellowship juga sedang memotong biaya operasi sampai dengan sepuluh persen di seluruh dunia untuk menahan harga bahan bakar, dan OM International Ships terpaksa membayar dua kali lebih mahal untuk harga bahan bakar daripada tahun lalu. Kenaikan biaya transportasi pesawat juga akan membuat gereja dan tim misi mengalami kesulitan melakukan perjalanan jangka pendek. Pelayanan di seluruh dunia meminta orang-orang Kristen berdoa dan meminta Tuhan membantu mereka dalam menjangkau jiwa yang terhilang bagi Kristus. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buletin: Body Life, Edisi September 2008, Volume 26, No. 9 Judul kolom: World Christian Report Judul asli artikel: Global: High Fuel Prices Hamper Missions Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 3 Pokok doa: * Berdoalah agar krisis ekonomi global yang saat ini sedang melanda dunia, tidak membuat anak-anak Tuhan menjadi mundur dalam melayani, melainkan melihat keadaan ini sebagai kesempatan untuk sungguh-sungguh melayani. * Doakan juga agar Tuhan menggerakkan setiap orang percaya untuk saling menopang dan mendukung pelayanan misi di lapangan, baik dalam doa maupun dana, sehingga berita keselamatan tetap dapat diberitakan. * Berdoa untuk misionaris yang sedang melayani di lapangan agar dapat mengelola bantuan yang mereka terima dengan bijaksana. Doakan agar mereka tetap menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan saja yang memelihara mereka. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA GLORIA MINISTRY Gloria Ministry merupakan suatu wadah pelayanan Kristen nonprofit yang memberikan dukungan beasiswa kepada anak-anak di ladang misi dengan melibatkan sebanyak mungkin anak-anak Tuhan untuk mewujudkan Amanat Agung Yesus Kristus. Jumlah keseluruhan anak yang didukung oleh Gloria Ministry mencapai dua ribu anak. Sumber: Buletin Transformation Connection Indonesia, Edisi V, Mei 2008 POKOK DOA: 1. Mengucap syukur untuk Gloria Ministry yang terpanggil memberikan beasiswa kepada anak-anak yang ada di ladang misi sehingga mereka dapat melanjutkan sekolah dan memeroleh pendidikan yang layak. 2. Berdoa agar Tuhan menggerakkan lebih banyak lagi orang-orang percaya untuk menopang pelayanan Gloria Ministry, khususnya dalam doa dan dana, sehingga pelayanan di ladang misi ini dapat berjalan dengan semaksimal mungkin. 3. Doakan untuk anak-anak yang menerima beasiswa agar mereka dapat memanfaatkan kesempatan bersekolah dengan sebaik-baiknya, dan menghargai apa yang telah Tuhan berikan ini. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |