Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/47 |
|
e-JEMMi edisi No. 47 Vol. 10/2007 (20-11-2007)
|
|
November 2007, Vol.10 No.47 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI : Supremasi Allah dalam Misi Melalui Penderitaan SUMBER MISI : The Persecution Project Foundation KESAKSIAN MISI : Kesaksian dari Luar Tembok Penjara DOA BAGI MISI DUNIA: Pakistan, Laos, Ho Chi Minh DOA BAGI INDONESIA : Kesatuan Umat Tuhan dalam Menghadapi Penganiayaan ______________________________________________________________________ A LIFE GIVEN FULLY TO GOD BECOMES A GOD-FILLED LIFE ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Betapa seringnya kita mengagungkan kedaulatan dan supremasi Allah sebelum kita tahu persis apa artinya, terutama di area di mana kita akan merasa tidak nyaman, seperti dalam hal penderitaan. Bagian artikel yang ditulis oleh John Piper yang kami sajikan pada kolom Artikel Misi minggu ini seakan-akan menggugat kenyamanan pengertian supremasi Allah yang selama ini kita miliki. Mengapa? Silakan menyimak dan merenungkannya. Masih dalam rangka berdoa bagi saudara-saudara seiman kita yang sedang mengalami penganiayaan dan penderitaan karena iman mereka pada Tuhan, kami sajikan Kesaksian Misi yang kami harap dapat menguatkan keyakinan kita bahwa Tuhan tidak pernah melupakan kita dan Dia tidak pernah membiarkan kita hidup tanpa pimpinan-Nya. Selamat merenungkan kasih Tuhan. Pemimpin Redaksi e-JEMMi, Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI SUPREMASI ALLAH DALAM MISI MELALUI PENDERITAAN ============================================== Kita mengukur harga sebuah harta terpendam dengan apa yang rela kita jual untuk membeli harta tersebut. Jika kita mau menjual semua milik kita, berarti kita menghargai harta itu dengan sangat tinggi. Namun jika kita tidak akan menjual semuanya, berarti apa yang kita miliki lebih berharga. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu" (Mat. 13:44). Tingkat pengorbanan dan besarnya sukacitanya menyiratkan harga yang ia patok untuk harta milik Allah. Kehilangan dan penderitaan, semuanya diterima dengan sukacita demi kerajaan Allah, menunjukkan bahwa supremasi Allah jelas lebih berharga di dunia daripada semua penyembahan dan doa. Itulah mengapa kisah para misionaris yang dengan senang hati memberikan semua yang mereka miliki, telah membuat Allah lebih nyata dan berharga bagi kita semua. Selama hampir dua ratus tahun, dampak tersebut ada pada kehidupan Henry Martyn. Henry Martin Menyerahkan Hidupnya kepada Allah ---------------------------------------------- Ia lahir di Inggris pada tanggal 18 Februari 1781. Ayahnya yang kaya mengirimnya ke sekolah tata bahasa (begitulah sekolah itu disebut pada masa itu) yang berkualitas, kemudian ke Cambridge pada tahun 1797 saat ia berumur enam belas tahun. Empat tahun kemudian, ia menerima penghargaan tertinggi di bidang matematika. Setahun kemudian, ia merajai kompetisi penyusunan prosa dalam bahasa Latin. Saat muda, ia memalingkan diri dari Tuhan dan selama masa-masa prestasi akademiknya, ia dikecewakan oleh mimpinya. "Saya memperoleh apa yang paling saya inginkan, tapi saya terkejut karena apa yang saya gengggam hanyalah bayangan." Harta dunia rusak dalam genggaman tangannya. Kematian ayahnya, doa saudara perempuannya, nasihat seorang pendeta beriman, dan buku harian David Brainerd, membuatnya menyerahkan hidupnya kepada Allah. Pada 1802, ia memutuskan untuk meninggalkan martabat dan kesenangannya dalam bidang akademik dan menjadi seorang misionaris. Itulah nilai pertama dalam hidupnya yang ia jual untuk menghargai kerajaan Allah. Ia menjadi asisten Charles Simeon, seorang penginjil besar di Trinity Church di Cambridge, sampai kepergiannya ke India pada tanggal 17 Juli 1805. Ia melayani sebagai pendeta di perusahaan East India. Pada tanggal 16 Mei 1806, ia tiba di Kalkuta dan bertemu dengan William Carey pada hari pertamanya di sana. Martyn adalah seorang Anglikan; sementara Carey adalah seorang Baptis. Terdapat ketegangan antara dua denominasi tersebut dalam hal penggunaan liturgi. Namun, saat itu Carey menulis, "Seorang pendeta muda, Saudara Martyn, yang baru saja tiba, yang memiliki semangat misionaris sejati .... Kita membicarakan hal yang baik bersama dan pergi ke gereja sebagai teman." Selain melayani sebagai pendeta, tugas utama Martyn adalah sebagai penerjemah. Maret 1808 menandai masa dua tahunnya menerjemahkan bagian dari "Book of Common Prayer", sebuah uraian mengenai perumpamaan dan seluruh kitab Perjanjian Baru ke bahasa Hindustan. Ia kemudian ditugaskan untuk mengawasi penerjemahan kitab Perjanjian Baru versi Persia. Terjemahan itu tidak terlalu diterima seperti yang lainnya, dan juga membuatnya jatuh sakit. Jadi, ia memutuskan untuk kembali ke Inggris untuk memulihkan diri. Ia kembali ke Inggris dengan jalur darat melalui Persia dengan harapan ia dapat merevisi terjemahannya selama dalam perjalanan. Namun, sakitnya menjadi semakin parah sampai-sampai ia tak lagi sanggup melakukan pekerjaannya. Ia meninggal di tengah orang-orang asing di kota Tocat di Asiatic Turkey pada tanggal 16 Oktober 1812. Saat itu ia berumur 31 tahun. Rasa Sakit Martyn yang Tersembunyi ---------------------------------- Apa yang tidak dapat Anda lihat dalam gambaran mengenai kehidupan Martyn di atas adalah apa yang dirasakannya, yang membuat pencapaiannya begitu nyata dan berguna bagi banyak orang. Saya diyakinkan bahwa alasan mengapa "David Brainerd`s Life and Diary" dan "Henry Martyn`s Journal and Letters" begitu berpengaruh bagi misi adalah karena dua buku itu memaparkan kehidupan misionaris sebagai kehidupan peperangan dalam jiwa yang tiada hentinya, bukan kehidupan yang adem ayem. Penderitaan dan perjuangan yang ada dalam kehidupan mereka membuat kita merasa bahwa supremasi Allah adalah yang paling penting dalam hidup mereka. Lihatlah perkataannya ketika berada di sebuah kapal menuju India: Ternyata sangat sulit untuk mencapai sesuatu yang ilahi. Aku lebih banyak tergoda dengan hasrat duniawi dalam dua tahun terakhir .... Mabuk laut dan bau kapal membuatku sangat menderita, dan kemungkinan akan kutinggalkannya kenyamanan dan saudara-saudara seiman di Inggris, menuju ke tempat antah-berantah, untuk memikul suatu penyakit dan penderitaan dengan orang-orang yang tak mengenal Tuhan selama berbulan-bulan, sangat membebaniku. Hatiku berada di ambang kehancuran. Di antaranya terdapat kisah cinta. Martyn jatuh hati kepada Lydia Grenfell. Ia merasa bahwa tidak benar untuk mengajaknya serta jika ia tidak pergi terlebih dahulu dan membuktikan ketergantungannya akan Tuhan saja. Namun dua bulan setelah ia sampai di India pada tanggal 30 Juli 1806, ia menulis surat untuk melamarnya dan memintanya datang menyusulnya. Ia menunggu jawabnya selama lima belas bulan. Demikian jurnal tertanggal 24 Oktober 1807-nya tertulis: Bukan hari bahagia; akhirnya menerima surat dari Lydia, yang tidak mau datang menyusulku karena ibunya pasti tidak akan mengizinkannya. Pada awalnya, kesedihan dan kekecewaan menghempaskan jiwaku dalam kekacauan; namun perlahan, seiring surutnya kekacauan itu, mataku terbuka, dan aku pun memahaminya. Aku memahami keputusannya karena Allah tidak akan dimuliakan dan kita tidak akan mendapatkan berkat, jika ia tidak menaati kehendak ibunya. Ia meraih penanya dan membalas surat itu hari itu juga: Meski hatiku dipenuhi dengan kesedihan dan kekecewaan, aku menulis surat ini bukan untuk menyalahkanmu. Kejujuran dalam segala tindak tandukmu menghindarkanmu dari kecaman .... Sulit sekali hatiku diatur -- sungguh suatu badai yang besar yang menggoyahkanku! Aku tak menyangka bahwa aku belum sepenuhnya menyerahkan diriku pada kehendak ilahi. Selama lima tahun, ia merentangkan harapan akan adanya suatu perubahan. Surat demi surat terus-menerus mengaliri ribuan mil jarak antara India dan Inggris. Surat terakhir yang diketahui, ia tulis dua bulan sebelum ajal menjemputnya (28 Agustus 1812), ditujukan seperti biasa, kepada "Lydiaku tersayang". Tertulis: Segera, kita tidak akan saling berkirim surat lagi; tapi aku percaya aku akan segera bersua denganmu. Salam kasih untuk saudara-saudara seiman. Milikmu selamanya, paling setia dan penuh kasih, H. Martyn Martyn tidak pernah melihatnya lagi. Namun, sekarat bukanlah hal yang paling membuatnya takut, tidak juga bertemu Lidya; itu bukanlah hal yang paling diinginkannya. Hasratnya adalah agar semua orang menyadari supremasi Kristus dalam segala kehidupan. Mendekati ajalnya, ia menulis, "Tak peduli aku mati atau hidup, biarlah Kristus dimuliakan melaluiku! Jika Ia memberiku sebuah mandat, aku tidak akan mati." Mandat Kristus untuk Martyn telah terlaksana. Dan ia telah melaksanakannya dengan baik. Rasa kehilangannya dan penderitaannya membuat supremasi Allah dalam hidupnya sangat kuat sepanjang masa. "Ia Memintanya untuk Ikut dan Mati" ----------------------------------- Penderitaan adalah panggilan bagi setiap orang percaya, khususnya bagi mereka yang Tuhan panggil untuk menjangkau orang-orang yang belum mengenal Yesus dengan Injil. Tulisan Dietrich Bonhoeffer benar-benar alkitabiah: "Salib bukanlah sebuah akhir mengerikan dari takut akan Allah dan hidup bahagia, melainkan merupakan titik awal persekutuan kita dengan Kristus. Saat Kristus memanggil seseorang, Ia memintanya untuk ikut dan mati." Kalimat itu adalah sebuah parafrase dari Markus 8:34, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Memikul salib dan mengikut Yesus berarti berjalan bersama Yesus menuju Kalvari dengan ketetapan hati untuk menderita dan mati bersama-Nya. Salib bukanlah sebuah beban yang harus dipikul, salib adalah sebuah alat penyiksa dan penjagal. Sama halnya ketika mengatakan, "Ambil kursi listrikmu dan ikuti aku ke ruang eksekusi." Atau: "Ambil pedang ini dan bawalah ke tempat pemenggalan." Atau: "Ambil tali ini dan bawa ke tiang gantungan." Mengidap batuk-batuk dan memiliki pasangan temperamental yang diartikan sebagai pemikulan salib sama sekali bukan merupakan panggilan Kristus. Ia memanggil setiap orang percaya untuk "meninggalkan segala yang ia punya," dan untuk "membenci kehidupannya sendiri" (Lukas 14:33,26), dan menaati-Nya dengan penuh sukacita, tak peduli betapa pun besarnya rasa kehilangan yang ia alami di dunia. Mengikut Yesus berarti bahwa di mana pun kita taat, kita akan menerima pengkhianatan, penolakan, pemukulan, hinaan, penyaliban, dan kematian. Yesus menjamin bahwa jika kita selalu mengikut Dia ke Golgota setiap Jumat Agung dalam kehidupan kita, kita juga akan bangkit bersama-Nya pada hari Paskah yang terakhir. "... barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Markus 8:35). "... barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal" (Yohanes 12:25). (t/Dian) Diterjemahkan dari: Judul buku : Let the Nations be Glad; Supremacy of God in Missions Judul artikel: The Supremacy of God in Missions Through Suffering Penulis : John Piper Penerbit : Baker Books, Michigan 1993 Halaman : 71 -- 75 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI THE PERSECUTION PROJECT FOUNDATION ==> http://www.PersecutionProject.org/ The Persecution Project Foundation lahir dari rasa keprihatinan terhadap bangsa Afrika yang mengalami kehancuran dari hari ke hari akibat pertikaian politik, penganiayaan kemanusiaan, dan bencana alam (kekeringan dan kelaparan) yang terus-menerus menimpa rakyat Afrika. Keprihatinan ini diwujudkan dengan memberikan bantuan, baik pangan maupun sandang, juga informasi. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dibangunnya situs The Persecution Project Foundation adalah untuk menyebarkan informasi kepada dunia tentang keadaan di Afrika agar dunia terbuka melihat penderitaan yang dialami di sana, termasuk penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Melihat banyaknya negara dan orang yang memerlukan, bantuan perlu datang dari berbagai tempat di dunia. Namun, kepentingan utama keberadaan proyek ini adalah untuk membawa harapan, tidak hanya pada keselamatan fisik, tetapi lebih daripada itu: keselamatan jiwa untuk bangsa-bangsa di Afrika. Memberitakan Kabar Baik Yesus Kristus secara efektif merupakan kerinduan para pendukung proyek ini. Silakan berkunjung ke alamat situs di atas untuk mendapatkan informasi lebih jelas tentang penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di Afrika. ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MISI KESAKSIAN DARI LUAR TEMBOK PENJARA ================================== Dr. Rebekka Zakaria, Eti Pangesti, dan Ratna Bangun akhirnya dibebaskan dari penjara Indramayu, Jawa Barat, pada tanggal 8 Juni 2007 pukul enam pagi, tiga jam lebih cepat dari jadwal awal untuk menghindari demonstrasi dari kelompok-kelompok radikal. Kelompok-kelompok ini berencana untuk menunggu di luar penjara dan mengantar ketiga ibu ini keluar dari kota Indramayu dan memastikan mereka tidak kembali lagi dan tidak lagi melayani di Indramayu. Setelah pembebasan, ketiganya langsung pergi ke Cirebon untuk beberapa hal administrasi. Mengendarai bis yang disediakan Open Doors, tujuh mobil yang berisikan keluarga, kerabat, media, dan aparat menemani mereka. Dr. Rebekka yang telah dicabut izin praktiknya karena pemenjaraan mengatakan, "Saya akan mengejar impian masa kecil untuk menjadi dokter misionaris." Ibu Ratna berencana untuk segera bertemu dengan anak-anaknya yang tinggal di Pekanbaru. "Ayah saya meninggal dunia dua bulan lalu. Saya sangat kehilangan karena kami sangat dekat. Jika saja ia masih hidup, pasti kata-kata ini yang akan disampaikannya saat bertemu saya setelah bebas, `Saya sangat bangga padamu, anakku, karena kau menderita bagi Kristus,`" demikian dikatakan Ibu Ratna. Sementara Ibu Eti belum memunyai rencana setelah pembebasan dirinya. Sebuah acara ucapan syukur telah disiapkan di rumahnya, "Keluarga saya berjumlah dua puluh orang akan hadir. Beberapa dari mereka bahkan cuti dari kantor untuk menyambut saya," ujarnya. Pembebasan ketiga ibu ini adalah jawaban doa. Namun, tantangan tetap ada, "Kami tetap memerlukan doa saudara-saudara seiman di Indonesia dan di seluruh dunia. Kami masih mencari tempat untuk beribadah. Kemungkinan kami tetap akan beribadah di Haurgeulis jika Tuhan menghendaki. Tolong doakan kami dan keluarga agar tetap setia dan tetap teguh mengikut Tuhan apa pun yang terjadi," Ibu Rebekka berkata mewakili kedua ibu lainnya. Diambil dan diedit dari: Judul Buletin: Open Doors, Edisi September -- Oktober 2007, Volume 14 No. 5 Judul Artikel: Kesaksian dari Luar Tembok Penjara Penulis : tidak dicantumkan Halaman : 9 ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA P A K I S T A N Beberapa waktu lalu, pengadilan negeri di Faisalabad, Pakistan, secara tak terduga membebaskan Shahid dari tuduhan fitnah. Tidak biasanya pengadilan negeri Pakistan membebaskan tersangka korban pemfitnahan. Todd dari Voice of the Martyrs menyatakan bahwa hal itu adalah jawaban doa. "Hal itu memberi harapan pada orang-orang Kristen di Pakistan akan adanya keputusan yang adil tanpa perlu melalui proses banding sampai ke Mahkamah Agung. Saya pikir ini jelas merupakan suatu perkembangan yang bagus." Pembebasan itu mengejutkan pihak Kristen maupun pihak lain. Todd memohon orang-orang percaya untuk berdoa agar berita itu membawa orang-orang Kristen untuk mengenal Yesus Kristus. "Saya pikir kita bisa berdoa bagi gereja di Pakistan yang keadaan politiknya sedang kacau. Kita dapat berdoa agar gereja itu akan tetap kuat meskipun mengalami banyak pergolakan, juga agar mereka dapat menjadi saksi Kristus dan kita akan melihat banyak orang dijamah hatinya dan datang kepada Kristus," ujarnya. Diterjemahkan dari: Mission News, September 2007 Selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10369 Pokok Doa --------- * Doakan gereja-gereja di Pakistan agar tetap kuat dan dapat menjadi berkat bagi masyarakat sekitar meskipun banyak mengalami tantangan dari pihak-pihak yang tidak percaya. * Doakan agar anak-anak Tuhan yang masih dipenjara karena iman mereka tetap kuat di dalam Tuhan dan percaya bahwa Tuhan berkuasa atas mereka. L A O S Tentara, polisi, dan aparat lainnya telah membunuh setidaknya tiga belas orang Kristen di Laos bulan lalu dalam sebuah penyerbuan terhadap penduduk desa Hmong yang dituduh sebagai pemberontak, demikian dilaporkan Compass. Dalam penyerbuan yang dimotori oleh para pemimpin desa komunis dan pihak lain yang memfitnah orang-orang Kristen sebagai kaum separatis, 200 dari 1.900 jemaat Laos Evangelical Church yang kuat di desa Ban Sai Jarern, Provinsi Bokeo di barat laut Laos, telah ditangkap dan dijebloskan ke bui. Salah satu yang terbunuh bulan lalu adalah Neng Mua, seorang Kristen yang kembali ke desa asalnya, desa Fay, setelah bersembunyi di pegunungan dari kejaran polisi. Pada 7 Juli, ia meminta sesuap nasi kepada salah seorang penduduk desa, namun orang itu malah menembaknya mati karena menganggapnya sebagai tersangka anggota "tentara liberal", demikian dikatakan salah seorang Kristen. Secara intensif polisi mengejar orang-orang Kristen di persawahan dan pegunungan, lalu langsung menembak mereka begitu mereka terlihat, kata seorang sumber yang tidak mau disebutkan identitasnya. "Banyak orang Kristen yang terbunuh dan terluka parah," katanya. "Para wanita dan anak-anak ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sumber asli: Compass Direct, 7 Agustus 2007 Alamat situs: http://www.compassdirect.org/en/display.php?page=news&idelement=4979&lang=en&length=short&backpage=archives&critere=&countryname=&rowcur=50 Dilaporkan di Missions Catalyst News Briefs, 15 Agustus 2007 Pokok Doa --------- * Doakan anak-anak Tuhan di Laos yang mengalami banyak tekanan dari pihak berwajib. Secara khusus, doakan mereka yang sedang dikejar-kejar oleh aparat berwajib karena iman mereka kepada Kristus. * Doakan jemaat Laos Evangelical Church yang ditahan oleh aparat setempat atas tuduhan sebagai kaum separatis, agar Tuhan memberi kekuatan dan ketabahan. Doakan juga keluarga mereka supaya iman mereka tidak goyah dalam menghadapi berbagai macam tekanan dan ancaman. H O C H I M I N H Seorang pemuda Kristen dari suku minoritas Hroi yang menolak untuk menyangkal imannya tewas dibunuh akibat penganiayaan saat ia melewati masa-masa interogasi di kantor polisi. Kantor berita Compass mengonfirmasikan bahwa Presiden Nguyen Minh Triet bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George Bush, di Washington DC pada hari Jumat, 22 Juni, di tengah protes keras tentang peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi di Vietnam. Pemuda Vin Y Het meninggalkan seorang istri yang tengah mengandung dan dua orang putra yang masih kecil-kecil. Ia berasal dari sebuah kota kecil di Provinsi Phu Yen, sebelah selatan Vietnam, dan menjadi Kristen sejak bulan September tahun lalu. Ketika pemerintah mengetahui hal tersebut, ia diperintahkan untuk datang ke kantor polisi dan dipaksa untuk menandatangani sebuah dokumen yang berisikan persetujuannya untuk menyangkal iman Kristennya. Ketika ia menolak, petugas memukulinya bertubi-tubi. Sebelum pertemuan bersejarah dengan Presiden Bush, Presiden Triet juga sempat bertemu dengan pemimpin Kristen di Kedutaan Vietnam di Washington pada hari Kamis. Ia harus menghadapi kritik dan protes tajam dari para pemimpin Kristen dan pemimpin Kongres Amerika Serikat. Diambil dan diedit seperlunya dari: Sumber asli : Compass Direct Judul buletin: Open Doors, Edisi September-Oktober 2007, Volume 14 No. 5 Judul artikel: Umat Kristen dari Suku Hroi Tewas Akibat Penganiayaan Penulis : tidak dicantumkan Halaman : 8 Pokok Doa --------- * Doakan keluarga Vin Y Het yang ditinggalkan, kiranya Tuhan memberikan kekuatan sehingga istri dan anak-anak Vin Y Het dapat terus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. * Doakan Presiden Triet agar dengan positif menanggapi protes pemerintah Amerika tentang perlakukan tidak adil terhadap orang-orang Kristen di Vietnam. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA KESATUAN UMAT TUHAN DALAM MENGHADAPI PENGANIAYAAN ================================================= Kesatuan di dalam tubuh Kristus adalah sesuatu yang harus terus kita jaga dan pelihara karena masing-masing kita adalah bagian dari tubuh tersebut. Jika ada salah satu dari bagian tubuh itu yang "sakit", tentu akan mengganggu dan memengaruhi anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu, perpecahan di dalam tubuh Kristus seharusnya tidak sampai terjadi. Nyatanya, kita masih menjumpai adanya perselisihan bahkan perpecahan di antara sesama umat Kristen. Kejadian semacam ini sungguh sangat menyedihkan. Sebab seharusnya, kita bisa lebih saling mengasihi di antara sesama orang Kristen dan menopang pelayanan satu dengan yang lainnya. Demikian halnya dalam berdoa, Tuhan menginginkan kita bersatu hati karena kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya. Mari menyingkirkan perbedaan-perbedaan yang ada dan bersatu hati, berdoa bagi anak-anak Tuhan yang mengalami aniaya karena mempertahankan iman mereka pada Kristus. Doa-doa Anda sangat mereka butuhkan. Pokok Doa --------- * Mintalah kepada Tuhan agar kesatuan hati di antara umat Kristen di Indonesia tetap terjaga dan terpelihara. Doakan juga agar lewat kesatuan hati ini, umat Kristen di Indonesia setia mendoakan setiap orang percaya yang mengalami aniaya karena iman mereka. * Mari kita meminta kepada Tuhan agar semakin mengokohkan kesatuan di antara umat-Nya supaya penderitaan yang berat dapat terasa ringan karena ditanggung bersama-sama. Selain itu, kita juga menjadi lebih kuat dalam menghadapi berbagai macam pencobaan yang datang. * Berdoalah bagi setiap umat Kristen di Indonesia dalam denominasinya masing-masing, agar kasih Kristus saja yang menjadi perekat di antara perbedaan yang ada. * Doakan juga agar perpecahan yang selama ini terjadi di dalam tubuh Kristus segera dapat diselesaikan sehingga kesatuan di antara tubuh Kristus dapat terjaga. Doakan agar terwujudnya kesatuan tersebut mendatangkan berkat bagi sesama sehingga rancangan Tuhan atas Indonesia bisa digenapi. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi : < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA : http://ylsa.sabda.org/ Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |