Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/41

e-JEMMi edisi No. 41 Vol. 15/2012 (10-10-2012)

Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 1

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 1
No.41, Vol.15, Oktober 2012

ARTIKEL MISI: SUPREMASI ALLAH DALAM MISI MELALUI DOA 1
DOA BAGI MISI DUNIA: AMERIKA SERIKAT
DOA BAGI INDONESIA: KEKERINGAN DI BEBERAPA WILAYAH DI INDONESIA

Shalom,

Tuhan memberikan suatu misi kepada anak-anak-Nya untuk memberitakan
Injil sampai ke ujung bumi. Ini merupakan misi yang tidak mudah
mengingat dunia berada dalam pengaruh si jahat. Namun tentu saja,
Tuhan tidak membiarkan kita menjalankan misi itu seorang diri, Dia
berjanji akan menyertai kita. Kenyataannya, hanya ketika ada kuasa
Allah itulah misi itu dapat terselesaikan. Tetapi bagaimana
menghadirkan kuasa Allah itu? Sebenarnya, Tuhan telah menyediakan
`transmiter` rohani supaya kita dapat menghubungi-Nya kapan saja.
Itulah doa. Mengingat begitu pentingnya kuasa Allah yang dapat
dihadirkan melalui doa dalam kehidupan Kristen, kami mempersembahkan
dua edisi untuk mengupas topik ini. Dalam edisi yang pertama ini, kita
akan melihat peran doa dalam kaitannya dengan kuasa Allah: bagaimana
doa itu bisa sangat bermanfaat dan bilamana doa itu tidak berfungsi.
Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

        ARTIKEL MISI: SUPREMASI ALLAH DALAM MISI MELALUI DOA (1)

Doa Adalah Menggunakan Firman Tuhan

Dalam Efesus 6:17-18, Paulus menghubungkan kehidupan perang dengan
doa: "...dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu
firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu
di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan
yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus". Dalam versi Yunani,
ayat 18 tidak memulai sebuah kalimat yang baru. Ayat itu terhubung
dengan ayat 17: "Ambillah pedang roh yaitu firman Tuhan, berdoalah
dalam segala doa dan permohonan untuk segala keadaan ..." Ambil pedang
... berdoa! Inilah caranya kita menggunakan firman Tuhan -- dengan
berdoa. Doa adalah komunikasi dengan markas besar, di mana senjata
untuk berperang dibagikan menurut kehendak Tuhan. Inilah hubungan
antara senjata dan doa dalam Efesus 6. Doa untuk peperangan.

Misi Diberikan Sebagai Sebuah Ladang untuk Didoakan

Hubungan antara doa dan misi dapat dilihat dalam sebuah bagian yang
tidak menggunakan istilah peperangan, namun berhubungan dengan
kenyataan yang sama, sebut saja, Yohanes 15:16. Yesus berkata, "Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu
itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu."

Logika kalimat tersebut sangatlah krusial. Mengapa Bapa mau memberikan
apa yang diminta para murid dalam nama Yesus? Jawabannya: karena
mereka diutus untuk menghasilkan buah. Alasan Bapa memberi para murid
perlengkapan doa adalah karena Yesus telah memberi mereka sebuah misi.
Kenyataannya, tata bahasa dalam Yohanes 15:16 menyiratkan bahwa alasan
Yesus memberikan misi kepada mereka adalah agar mereka mampu
menggunakan kuasa doa. "Aku mengutus kamu untuk menghasilkan buah ...
"sehingga" apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan
memenuhinya." Ini hanyalah sebuah cara lain untuk mengatakan bahwa doa
adalah sebuah alat komunikasi dalam masa perang. Tuhan telah merancang
dan memberikannya pada kita untuk digunakan dalam sebuah misi. Anda
dapat mengatakan bahwa misinya adalah "menghasilkan buah" atau Anda
dapat mengatakan misinya adalah "membebaskan mereka yang tertawan".
Intinya tetap sama: doa dirancang untuk memperluas kerajaan ke dalam
wilayah musuh yang tak berbuah.

Mengapa Doa Gagal Berfungsi

Alasan nomor satu mengapa doa gagal berfungsi dalam kehidupan orang
percaya, mungkin adalah kita mencoba mengubah alat komunikasi perang
menjadi interkom lokal. Doa adalah untuk menyelesaikan sebuah misi
pada masa perang. Seperti komandan lapangan (Yesus) memanggil para
prajurit, memberi mereka sebuah misi penting (pergi dan hasilkan
buah), memperlengkapi satu demi satu dengan sebuah transmiter pribadi
yang disandikan khusus pada frekuensi markas besar sang Jenderal, dan
berkata, "Sobat, sang Jenderal memiliki sebuah misi untukmu. Dia ingin
melihat misi itu dituntaskan. Dan karena itu, Dia telah memberi-Ku
otoritas untuk memberi masing-masing dari kamu sebuah akses pribadi
pada-Nya melalui transmiter ini. Jika kamu setia pada misi-Nya dan
memberi-Nya kemenangan, Dia akan selalu dekat, sedekat transmitermu
untuk memberi nasihat taktis dan untuk mengirim perlindungan udara
ketika kamu memerlukannya."

Namun, apa yang telah dilakukan oleh jutaan orang Kristen? Kita telah
berhenti memercayai bahwa kita berada dalam sebuah perang. Tidak ada
urusan penting dan mendesak, tidak ada pengawasan, tidak ada
kewaspadaan. Tidak ada rencana strategis. Yang ada hanyalah kedamaian
dan kemakmuran. Dan, apa yang kita lakukan pada alat komunikasinya?
Kita mencoba untuk memperlakukannya sebagai interkom rumah, kamar,
kapal, dan mobil kita -- bukan untuk meminta kekuatan untuk menyerang
musuh yang kecil, namun meminta lebih banyak kenyamanan dalam sarang.

Masa-Masa Kesusahan Besar

Dalam Lukas 21:34-36, Yesus memperingatkan murid-murid-Nya bahwa masa
kesusahan dan perlawanan besar sedang datang. Kemudian, Ia berkata,
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh
kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu
tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Dengan kata lain, jika kita
mengikuti Yesus, hal itu akan membawa kita pada konflik serius dengan
iblis. Hal itu berarti perang. Iblis akan mengelilingi, menyerang, dan
mengancam untuk menghancurkan iman kita. Namun, Tuhan telah memberi
kita sebuah transmiter. Jika kita mematikannya, hal itu akan membuat
kita dalam masalah. Namun, jika kita waspada seperti yang Yesus
katakan dan meminta bantuan dalam sebuah konflik, bantuan akan datang.
Sang Komandan tidak akan membiarkan mahkota kemenangan prajurit-Nya
yang setia ditolak di hadapan Anak Manusia. Karenanya, berulang-ulang
kita melihat kebenaran yang sama: kita tidak tahu mengapa perlu berdoa
sebelum kita tahu bahwa hidup adalah perang.

Berdoa untuk Kedamaian Adalah Bagian dari Perang

Satu Timotius 2:1-4 sepertinya bertentangan dengan medan peperangan
doa ini. Paulus mengatakan bahwa dia ingin kita berdoa untuk raja dan
semua orang yang berada dalam posisi yang lebih tinggi "agar kita
dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan"
(ayat 2). Sekarang kedengarannya sangat membumi, beradab, dan penuh
kedamaian.

Namun, bacalah sekali lagi! Alasan untuk berdoa dengan cara ini
sangatlah strategis. Ayat 3-4 berkata, "Itulah (Doa untuk perdamaian)
yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juru Selamat kita, yang
menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran." Tuhan ingin menyelamatkan orang-orang dari setiap
suku, bahasa, dan bangsa. Namun, salah satu rintangan terbesar untuk
meraih kemenangan adalah ketika orang terbawa dalam konflik-konflik
sosial, politis, dan militeristik yang menjauhkan perhatian, waktu,
tenaga, dan kreativitas mereka dari perang yang sebenarnya di alam
semesta.

Tujuan setan adalah agar tidak seorang pun diselamatkan dan mengetahui
kebenaran. Salah satu strategi kuncinya adalah memulai berbagai perang
di dunia, yang akan menarik perhatian kita dari perang yang
sesungguhnya demi keselamatan mereka yang terhilang dan kegigihan
orang-orang kudus. Dia tahu bahwa perang yang sesungguhnya, seperti
yang dikatakan Paulus, bukanlah melawan darah dan daging. Jadi,
semakin banyak perang, konflik, dan revolusi "darah dan daging" yang
dapat dimulai, bagi setan itu adalah hal yang semakin baik.

Jadi, ketika Paulus mengatakan kepada kita untuk berdoa demi kedamaian
karena Tuhan merindukan semua manusia diselamatkan dan mengenal
kebenaran, dia tidak sedang menggambarkan doa sebagai semacam interkom
lokal yang tidak berbahaya untuk meningkatkan kenyamanan kita sendiri.
Dia sedang menggambarkannya sebagai sebuah permintaan strategis pada
markas besar, untuk meminta agar musuh tidak diizinkan menggiring
kekuatan kita pada umpan berupa konflik-konflik darah dan daging.

Seruan pada Saat Ini

Tuhan telah memberi kita doa karena Yesus telah memberi kita sebuah
misi. Kita ada di bumi ini untuk memukul mundur kekuatan kegelapan,
dan kita diberikan akses pada markas besar melalui doa untuk
mempercepatnya. Ketika kita mencoba untuk mengubahnya menjadi sebuah
interkom sipil untuk meningkatkan kenyamanan kita, doa akan berhenti
bekerja dan iman kita akan mulai goyah. Kita memiliki doa yang begitu
lemah sehingga bagi kebanyakan dari kita, doa tidak lagi menjadi apa
yang dirancangkan untuknya -- sebuah alat komunikasi di masa perang
untuk pemenuhan misi Kristus.

Kita harus mencari sebuah mentalitas masa perang untuk diri dan
rekan-rekan kita. Kalau tidak, pengajaran Alkitab tentang betapa
penting dan mendesaknya doa, kewaspadaan berdoa, dan bahaya mengenai
pengabaian doa tidak akan mengena dan tidak memiliki gema dalam hati
kita. Sampai kita merasa kecewa akan serangan bom, atau sensasi dari
sebuah strategi baru untuk menyerang Injil, kita tidak akan berdoa
dalam Roh Yesus.

Seruan pada saat ini adalah untuk berada pada pijakan masa perang.
Para pemimpin misi berseru, "Di manakah konsep yang dimiliki gereja
tentang militansi, tentang sebuah angkatan perang yang kuat yang rela
untuk menderita, maju ke depan dengan sukacita yang tetap untuk
merebut dunia dengan sorak-sorai? Di manakah kenekatan menyerbu ke
luar hanya dengan Tuhan saja?" Jawabannya adalah bahwa hal itu telah
ditelan oleh mentalitas masa damai.

Kita adalah "tanah ketiga". Dalam perumpamaan tentang penabur, Yesus
mengatakan bahwa benihnya adalah firman Tuhan. Dia menaburkan
kata-kata yang mendesak mengenai kuasa kerajaan. Namun, alih-alih
mengambilnya sebagai pedang kita (atau menghasilkan buah), kita
"adalah mereka yang mendengar firman, namun kekhawatiran dunia ini dan
tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah". (Markus 4:18-19)

Inilah sebabnya Paulus mengatakan bahwa semua kehidupan adalah
peperangan -- setiap saat. Bahkan, sebelum kita terlibat dalam misi
gereja, kita harus melawan "tipu daya kekayaan" dan
"keinginan-keinginan akan hal yang lain". Kita harus melawan untuk
menghargai kerajaan di atas "hal-hal yang lain" -- inilah pertempuran
kita yang pertama dan yang paling konstan. Itulah "pertempuran iman".
Lalu, ketika kita memiliki beberapa pengalaman dalam pertempuran dasar
tersebut, kita turut serta dalam pertempuran untuk memercayakan
kerajaan kepada semua bangsa.

Tuhan akan Memenangkan Perang

Sekarang, dalam peperangan ini Tuhan menegaskan akan kemenangan-Nya.
Dia melakukan hal ini dalam sebuah cara yang tak mungkin salah,
sehingga kemenangan akan memuliakan-Nya. Dalam semua kisah ini,
tujuan-Nya adalah untuk menegakkan dan memperlihatkan kemuliaan-Nya,
untuk kesukaan orang-orang tebusan-Nya dari segala bangsa. Karenanya,
Tuhan melibatkan diri dalam pertempuran sehingga kemenangan adalah
manifestasi-Nya. Inilah jaminan kemenangan karena pergerakan-Nya.
Dalam rangka membesarkan kemuliaan-Nya, Dia akan mengusahakan kuasa
kedaulatan-Nya dan menggenapi misi yang telah Dia perintahkan.

Kuasa Pengharapan Kaum Puritan

Keyakinan dalam kedaulatan Tuhan dan kemenangan dari-Nya ini sangatlah
penting dalam doa-doa umat Tuhan dan misi gereja. Hal itu telah
terbukti sebagai sebuah kekuatan luar biasa dalam sejarah misi.
Pekerjaan misionaris pertama orang-orang Protestan di Inggris tercurah
dari pengharapan kaum Puritan. Kaum puritan adalah para pendeta dan
guru di Inggris (kemudian di New England), antara tahun 1560 dan 1660,
yang ingin memurnikan gereja Inggris dan membawanya pada kesesuaian
antara teologi dan praktiknya dengan pengajaran Reformis.

Mereka memiliki pandangan akan kedaulatan Tuhan yang menghasilkan
harapan yang berani, dalam kemenangan Tuhan atas seluruh dunia. Mereka
sangat dikobarkan oleh pesona kedatangan kerajaan Tuhan atas semua
bangsa. Hati mereka sungguh memercayai kebenaran janji-janji bahwa
kuasa Kristus akan menang. "Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam
maut tidak akan menguasainya." (Matius 16:18) "Dan Injil Kerajaan ini
akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14) "Segala bangsa
yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan,
dan akan memuliakan nama-Mu." (Mazmur 86:9) "Dan olehmu semua kaum di
muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 12:3b) "maka bangsa-bangsa
akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi
kepunyaanmu." (Mazmur 2:8b) "Segala ujung bumi akan mengingatnya dan
berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud
menyembah di hadapan-Nya." (Mazmur 22:27) "Seluruh bumi sujud
menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu."
(Mazmur 66:4) "Sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya
akan takluk bangsa-bangsa." (Kejadian 49:10b) Keyakinan yang luar
biasa bahwa Kristus suatu hari akan menaklukan hati setiap bangsa dan
dimuliakan oleh setiap orang di bumi ini, melahirkan pekerjaan
misionaris Protestan pertama di negara-negara berbahasa Inggris, dan
itu terjadi 150 tahun sebelum pergerakan misionaris modern dimulai
oleh William Carey di 1793.

Antara tahun 1627 dan 1640, 15.000 orang beremigrasi dari Inggris ke
Amerika, kebanyakan dari mereka adalah kaum Puritan, membawa keyakinan
yang luar biasa tentang pemerintahan Kristus ini ke dunia luas.
Kenyataannya, mereka mendapatkan jaminan dari kalangan koloni Teluk
Massachusetts pada seorang Indian Amerika Utara dengan kata-kata ini
keluar dari mulut mereka: "Menyeberanglah ke Makedonia dan tolonglah
kami!" yang diambil dari Kisah Para Rasul 16:9. Apa yang diperlihatkan
di sini adalah pada umumnya kaum Puritan melihat emigrasi mereka ke
Amerika sebagai bagian dari strategi misionaris Tuhan, untuk
memperluas kerajaan-Nya di antara bangsa-bangsa. (tRento)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Let the Nations be Glad
Judul bab: The Supremacy of God in Mission Through Prayer
Penulis: John Piper
Penerbit: Baker Books, Grand Rapids 1993
Halaman: 44 -- 50

                   DOA BAGI MISI DUNIA: AMERIKA SERIKAT

CURE telah berbicara kepada 10.000 pengunjung yang datang ke Uprise
Festival selama 2 hari di Shippensburg, Pennsylvania. Mereka
membagikan misi "memulihkan anak-anak dan menyatakan Injil". Melalui
Skype, organisasi tersebut memperkenalkan seorang koordinator CUREkids
yang melayani di Honduras dan Carlos, seorang anak yang baru-baru ini
menjalani operasi untuk memulihkan keadaan kakinya, kepada pengunjung.
Melalui usaha ini, CURE telah menjaring dana yang cukup untuk memberi
kesempatan kepada 15 orang anak, sehingga mereka dapat menjalani
operasi yang sangat mereka butuhkan.

Di negara-negara berkembang, anak-anak yang lahir dengan kaki yang
cacat atau mengalami kaki bengkok akan terus menjadi seorang yang
cacat sepanjang hidupnya. Namun, kecacatan tersebut dapat disembuhkan.
Anak-anak di bawah umur 2 tahun bahkan dapat disembuhkan secara
permanen, tanpa harus mengalami trauma dan bahaya akibat operasi,
dengan menggunakan Metode Ponseti, yaitu membalut kaki dengan gips
untuk dapat meluruskan kaki mereka. Perawatan atau operasi ini sering
kali tidak tersedia di banyak negara berkembang, namun sejak tahun
2006, CURE telah berhasil menyembuhkan lebih dari 10.000 anak yang
mengalami kaki pekuk. (tYudo)

Sumber: http://mnnonline.org/article/17732

Pokok Doa:

1. Bersyukur kepada Tuhan Yesus atas kemurahan hati para pengunjung
yang mengikuti Uprise Festival selama 2 hari di Shippensburg,
Pennsylvania, sehingga saat ini 15 orang anak dapat menjalani operasi
yang sangat mereka butuhkan dari organisasi CURE International.

2. Doakan agar melalui pelayanan CURE International, banyak orang bisa
mengenal dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

    DOA BAGI INDONESIA: KEKERINGAN DI BEBERAPA WILAYAH DI INDONESIA

Akhir-akhir ini, santer diberitakan bahwa beberapa wilayah di
Indonesia mengalami krisis air. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) mencatat bahwa dalam periode ini cuaca dalam keadaan
normal. Namun kenyataannya, setidaknya ada 127.788 hektar lahan sawah
yang mengalami puso. Wilayah yang mengalami kekeringan di antaranya
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa wilayah lain
di Indonesia. Selain berdampak pada ratusan hektar lahan persawahan,
kekeringan tahun ini juga menjadi dalang atas menyusutnya persediaan
air waduk beberapa wilayah di Indonesia. Meski kekeringan tahun ini
tidak mengakibatkan krisis pangan, namun sebagian masyarakat mengalami
kesulitan dalam memenuhi persediaan air bersih, terutama untuk memasak
dan minum.

Pokok Doa:

1. Berdoa bagi orang-orang percaya yang saat ini menjadi korban
kekeringan, berdoa supaya Tuhan Yesus memberikan kekuatan bagi mereka.

2. Berdoa untuk lahan-lahan yang mengalami kekeringan, supaya Tuhan
memulihkan keadaannya, sehingga dapat ditanami kembali. Berdoa juga
bagi para petani supaya mereka dapat mengusahakan lahan sawahnya
dengan baik, sehingga Indonesia tidak mengalami krisis pangan.

3. Berdoa bagi waduk-waduk yang mengalami penyusutan, supaya Tuhan
memulihkan keadaan air waduk, sehingga masyarakat dapat kembali
memanfaatkan air waduk.

"A TRUTH NOT PRACTICED IS A TRUTH NOT BELIEVED"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Kontributor: Doni Kukuh Mandiri
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
            Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org