Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/40 |
|
e-JEMMi edisi No. 40 Vol. 10/2007 (2-10-2007)
|
|
Oktober 2007, Vol.10 No.40 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI : Keberhasilan Melayani Mereka yang Berkekurangan SUMBER MISI : Nashville Rescue Mission DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat, Sudan, India DOA BAGI INDONESIA : Focus Ministry Development of The Poor SURAT ANDA : Info Sekolah Teologia Jarak Jauh ______________________________________________________________________ PRAYER DOES NOT NEED PROOF, IT NEEDS PRACTICE ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Perjumpaan e-JEMMi di bulan Oktober ini akan membawa kita untuk lebih jauh lagi mengenal pelayanan misi melalui pelayanan pengembangan masyarakat. Ada empat bidang pelayanan masyarakat yang akan kami sajikan selama empat pekan berturut-turut. Bidang-bidang tersebut meliputi: - Bidang Sosial - Bidang Kesehatan - Bidang Pendidikan - Bidang Kewanitaan Sebagai fokus utama minggu pertama, kita akan membahas misi di bidang-bidang sosial. Sebagaimana kita lihat dalam pelayanan Yesus, penginjilan yang dilakukan-Nya lewat bidang sosial terbukti cukup efektif. Yesus benar-benar masuk ke dalam kehidupan masyarakat dan selalu membuka tangan-Nya untuk memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Hal tersebut membawa orang berbondong-bondong datang mencari-Nya, ingin tahu lebih banyak tentang kebaikan-Nya, dan hal ini membuat mereka mau mendengar apa yang diajarkan-Nya. Melalui Artikel Misi yang kami sajikan di edisi ini, kami mengajak Anda untuk melihat lebih jauh lagi faktor-faktor apa yang membuat pelayanan di bidang sosial dapat berhasil menjadi cara yang efektif untuk menjangkau jiwa-jiwa. Tak lupa, kami mengajak Anda untuk terus berdoa bagi mereka yang membutuhkan pertolongan melalui kolom Doa bagi Misi Dunia dan Doa bagi Indonesia. Kiranya menjadi berkat! Redaksi Tamu e-JEMMi, Davida Welni Dana ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI KEBERHASILAN MELAYANI MEREKA YANG BERKEKURANGAN =============================================== Belum cukup jelas mengapa penginjilan yang diintegrasikan dengan kegiatan sosial itu bisa begitu efektif. Namun, faktanya memang demikian. Karena itu, mari kita melihat beberapa sebab yang masuk akal atas meningkatnya jiwa-jiwa yang diselamatkan ketika pada situasi yang tepat penginjilan dilakukan berbarengan dengan kegiatan sosial. Ada dua alasan dasar mengapa seorang misionaris harus merasa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Pertama, membantu mereka yang membutuhkan adalah salah satu tugas orang Kristen yang paling fundamental dan salah satu tindakan yang paling konsisten ditekankan dalam Alkitab. Ayat-ayat di bawah ini dengan baik menunjukkan penekanan yang dimaksud itu. Dan saya harap Anda akan menyempatkan diri untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat ini. Contoh-Contoh Alkitabiah -- Tanggung Jawab Orang Kristen untuk Membantu Memenuhi Kebutuhan Orang Lain yang Membutuhkan ============================================================== Mazmur 41:1 Amsal 11:25, 14:21, 14:31, 22:9, 29:7, 28:27, dan 31:8-9 Yesaya 10:1-2 dan 58:6-7 Matius 5:16, 25:40, 7:12, dan 10:8 Markus 12:44 Lukas 3:11, 6:38, 9:48, 11:41, dan 12:33-34 Kisah Para Rasul 20:35 Roma 12:8, 12:13, dan 12:20 2Korintus 9:7 Galatia 5:6, 6:2, dan 6:9-10 1Timotius 6:18-19 Ibrani 13:16 Yakobus 2:15-17 1Yohanes 3:17 Ted Engstrom, Presiden World Vision, menjelaskan proses kegiatan sosial sebagai "sesuatu yang harus disertakan dalam ketaatan kita untuk `menjangkau seluruh dunia`." Kedua, kegiatan sosial memberikan peluang yang paling besar bagi pertobatan, khususnya di negara-negara yang tertutup terhadap jangkauan misi. Hal itu dapat membantu menjangkau banyak orang yang terancam untuk hidup dan mati tanpa mengenal Kristus. Karena kita memiliki kesempatan untuk menjangkau, meski hanya untuk beberapa saat, bagian-bagian dunia yang biasanya tidak dapat dijangkau oleh para misionaris. Dalam bukunya "Beyond Hunger Art", Beals menulis, Bekerja bersama "misi baru", dengan misionaris yang sudah biasa melakukan kegiatan sosial, saya melihat pintu yang dulunya tertutup kini terbuka lebar .... Saat kasih Tuhan terinkarnasi sekali lagi dalam daging dan darah anak-anak yang dikasihi-Nya, memberikan "segelas air" menjadi sebuah kesaksian yang penuh kuasa bagi orang Kristen. Hal itu cocok sekali dalam situasi di mana terdapat banyak pengungsi yang mengungsi karena suatu bencana. Perang, kemiskinan, banjir, dan keadaan hancur, semua itu menciptakan sebuah tingkat ketidakpuasan dengan kondisi sosial mereka sebelumnya yang akhirnya membuka hati dan pikiran mereka pada suatu tingkat yang jarang terjadi. Saat mereka telantar, keterikatan mereka dengan latar belakang mereka seperti terlepas; mereka menjadi bersedia untuk mempertimbangkan kepercayaan lain (misalnya kekristenan) yang dalam situasi tertentu, mungkin dianggap sebagai hal yang asing bahkan sampai mereka tidak mau memikirkannya sebelumnya. Lebih lagi, kegiatan sosial memungkinkan kita untuk memperlihatkan Tubuh Kristus yang di dalamnya terdapat kasih dan kerja sama yang baik. Situasi kegiatan sosial di daerah bencana menyatukan komunitas Kristen sebagai teladan, yang dalam banyak kasus, terdiri atas penginjil yang terlatih dan anggota-anggota gereja yang terbaik. Orang-orang yang mereka bantu merasakan perlakuan istimewa dari orang Kristen yang sangat konsisten dengan pengajaran alkitabiah, menciptakan sebuah kesaksian yang meyakinkan bagi Kristus. Apalagi, kesaksian itu dikuatkan oleh persepsi bahwa pemerintah sepertinya mendukung kekristenan, bahkan di negara-negara yang biasanya menentang kekristenan. Dampak toleransi orang Kristen yang besar terhadap masyarakat sering kali tidak bersifat sementara. Kegiatan sosial memungkinkan kita untuk menunjukkan kasih, unsur nonpolitis, dan maksud baik dalam cara-cara yang mungkin membuat pemerintah daerah dan nasional menjadi lebih terbuka terhadap misionaris-misionaris Kristen nantinya. Namun setidaknya, saat kegiatan sosial dilakukan, para pengungsi merasakan kebebasan untuk belajar dari orang-orang Kristen tanpa retribusi pemerintah. Dalam situasi tersebut, hasil penginjilan bisa jadi sangat mengejutkan. Pada 1980, saya mengunjungi kemah penampungan pengungsi, Khao-I-Dang, yang menampung para pengungsi perang Kamboja di wilayah perbatasan Thai. Ada sekitar 130.000 pengungsi di sana. Dari jumlah itu, pada awalnya hanya ada delapan keluarga yang Kristen. Namun, pertobatan segera terjadi dalam waktu ratusan hari. Saya menyaksikan penyembahan dinamis yang dilakukan oleh orang-orang percaya di sana, dan memiliki hak istimewa untuk berkhotbah, baik dalam gereja mereka maupun dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Dalam sebulan, orang Kristen yang ada di Khao-I-Dang tumbuh menjadi 20 ribu orang. Mengapa penjangkauan di sana bisa mencapai sebuah keberhasilan? Penyebabnya adalah "jembatan" yang tercipta karena krisis spiritual para pengungsi atas hilangnya anggota keluarga, harta benda, dan budaya. Jelas, orang-orang itu menjadi terbuka terhadap jawaban yang diungkapkan dengan cara yang lebih baik. Orang-orang yang sinis mungkin mengatakan bahwa pertobatan para pengungsi itu hanyalah suatu cara agar mereka mendapat kemudahan dalam hal keimigrasian ke Amerika Serikat. Tentu saja hal itu mungkin terjadi, namun jumlah orang yang seperti itu sama sekali tidak sebanding dengan besarnya jumlah orang-orang yang datang kepada Kristus di Khao-I-Dang dan kemah-kemah pengungsi lain yang telah saya kunjungi. Saat saya meninjau penelitian pertobatan dalam kemah-kemah pengungsi di seluruh dunia, ada sejumlah faktor keberhasilan yang muncul secara konsisten saat terjadi tingkat pertobatan yang tinggi. 1. Kualitas dan Dedikasi Staf Kristen Untuk staf, pekerjaan dalam kemah pengungsi adalah pekerjaan yang berat dan berlangsung lama. Agar berhasil memberikan dampak spiritual terhadap para pengungsi yang telah kehilangan segalanya itu, mereka harus menunjukkan dedikasi tingkat tinggi sebagai saksi Kristen. 2. Kemampuan Bergaul yang Baik dengan Pemerintah Banyak kemah pengungsi berdiri karena alasan politis, karena itu aparat pemerintah daerah dan nasional sangat turut campur dalam kemah itu. Dalam situasi seperti itu, organisasi Kristen harus mengembangkan keterampilan untuk bekerja bersama para aparat setempat. Sering kali kompromi diperlukan. Untuk itu, jelas diperlukan keahlian diplomatis dan kemampuan untuk bergaul bersama pemerintah, menghormati hak mereka untuk mengendalikan saat terjadinya situasi yang sulit. 3. Keterampilan Menginjili Karena para pengungsi cenderung terbuka terhadap Kristus, para misionaris harus cukup kompeten dalam menginjili untuk memberikan gambaran kekristenan yang jelas dengan cara yang tepat untuk memuaskan kebutuhan para pengungsi. Pendekatan akademis tidak tepat; para pengungsi mencari jawaban, bukan suatu tantangan intelektual yang baru. 4. Merelevansikan Nilai-Nilai Budaya Akhirnya, misionaris harus mampu menyajikan kekristenan dalam suatu metode yang cocok dengan budaya asli para pengungsi. Para pengungsi harus merasa bahwa Kristen adalah agama mereka, yang memiliki Tuhan yang benar-benar memahami kebutuhan mereka. Manfaat lain dari kegiatan sosial adalah dampaknya bagi gereja-gereja lokal. Jika sebuah gereja telah berdiri di tempat yang kita bantu, kita bisa merancang sebuah sistem distribusi yang bisa memperlengkapi gereja itu, meningkatkan pelayanan dan pretisenya. Dalam situasi ini, organisasi sosial berfungsi sebagai fasilitator bagi gereja lokal. Kita bisa membantu gereja dan misi yang ada untuk menuntaskan pelayanan mereka dalam menjangkau orang-orang non-Kristen dengan menyediakan komoditas pangan, dana yang dibutuhkan, dan tenaga ahli. Organisasi sosial juga dapat berfungsi sebagai perantara atau katalis. Dalam hal ini, kita dapat menggunakan relasi kita untuk "memberikan kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka" (Ams. 31:9), mendorong First World Vision untuk datang dan membantu. Hasilnya adalah sebuah kesatuan Tubuh orang-orang percaya di dunia yang lebih antusias dan efektif, dengan keterlibatan orang-orang Kristen dalam pelayanan simbiosis yang pada akhirnya akan membawa semakin banyak jiwa yang hilang kepada Kristus. Saat kami mencoba memikirkan masa depan, kami menemukan kesempatan yang tidak berbatas untuk melayani dalam konteks kebutuhan manusia. Global 2000, salah satu sumber paling komprehensif yang memperkirakan situasi dunia masa mendatang, memperkirakan bahwa memasuki tahun-tahun di depan, dunia akan menjadi lebih padat, lebih terpolusi, ekologi semakin tidak stabil, dan lebih rentan akan beragam bencana. Lebih dari setengah milyar manusia akan menjadi semakin kelaparan, dengan hampir tiga belas juta manusia diperkirakan akan mati kelaparan dan karena hal-hal lain yang timbul sebagai dampak dari kelaparan di tahun-tahun sebelumnya. Setiap menitnya, kelaparan merenggut 24 nyawa, 18 di antaranya adalah anak-anak. Sejumlah 35 ribu orang mati karena kelaparan setiap harinya. Meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa kelaparan dunia akan semakin buruk, namun tidak ada kesepakatan yang pasti akan hal ini. Faktanya, beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah orang yang kelaparan akan berlipat ganda pada tahun 2000. Saya menegaskan bahwa masalah mengenai bagaimana kita menanggapi kebutuhan besar yang diperlukan sesama kita jauh lebih penting daripada membicarakan apa yang mungkin terjadi pada masa depan. Faktanya, 35.000 orang -- kebanyakan anak-anak -- mati setiap harinya karena kelaparan. Selain itu, bencana alam, perang, dan penyakit mematikan semakin mengkhawatirkan. Begitu juga dengan penderitaan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba akibat perkembangan nuklir dalam dunia militer. Sebagai orang Kristen, kita harus terus menanggapi hal ini sebaik mungkin selama kita masih hidup dan sampai Yesus datang kembali. Pertanyaan yang sebenarnya -- dan fokus kita -- adalah bagaimana kita dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan itu sembari terus melaksanakan Amanat Agung? (t/Dian) Diterjemahkan dari: Judul buku: God`s New Envoys Judul bab : Special Strategies To Reach The Suffering Penulis : Tetsunao Yamamori Penerbit : Multnomah Press, Oregon 1987 Halaman : 112 -- 117 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI NASHVILLE RESCUE MISSION ==> http://www.nashvillerescuemission.org/vision.htm Berdasarkan perintah Tuhan untuk mengasihi sesama seperti dirimu sendiri, Nashville Rescue Mission membantu masyarakat Tennessee Tengah yang membutuhkan bantuan dengan menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi para gelandangan, memberikan bahan-bahan rohani dan bantuan materi, membantu pemulihan mereka, serta memperluas pengajaran, dan menyebarkan Injil. Organisasi yang semula bernama Nashville Union Mission ini pertama didirikan pada tahun 1945 atas prakarsa Dr. Charles Fuller, seorang pengkhotbah radio di California. Fuller sendiri sebelumnya telah aktif membantu dan melayani masyarakat tak mampu dan gelandangan di Tennessee Tengah. Kepedulian organisasi ini meliputi segala usia. Melalui program-programnya, yang antara lain adalah Anchor Home dan Ladies Auxilliary, mereka melayani kaum muda, wanita, dan bahkan anak-anak. Semua pelayanan itu mereka lakukan dan berikan secara gratis. Sebagai gantinya, mereka hanya meminta orang-orang yang dibantu untuk menghadiri ibadah. Biaya untuk semua keperluan mereka didapat dari sumbangan-sumbangan para donatur. Cari tahu lebih rinci mengenai organisasi ini dan program-programnya dengan mengunjungi alamat situs di atas. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA A M E R I K A S E R I K A T Sejauh ini, film JESUS adalah film yang paling banyak dialihbahasakan ke beragam bahasa dalam sejarah dunia. Milyaran orang telah melihat film itu dan ratusan juta orang menerima Yesus setelah melihatnya. Doug, salah seorang yang terlibat dalam pembuatan film JESUS, mengatakan bahwa mereka sekarang sedang merayakan film JESUS yang diterjemahkan dalam seribu bahasa. "Bahasa keseribu adalah bahasa Lanka Kol, sebuah bahasa yang dituturkan oleh sebuah kelompok masyarakat di Asia Selatan yang jumlahnya sekitar seribu orang." Kelompok masyarakat itu tinggal di daerah di mana orang-orang Kristen dianiaya. Meski demikian, Doug mengatakan, "Suku itu memercayai animisme. Penerjemah utama bahasa suku itu mengatakan bahwa mereka sangat terbuka, namun mereka belum bisa melihat materi kerohanian yang tersaji dalam bahasa mereka sendiri." Doug mengatakan bahwa tugas mereka belum selesai. "Target kami sebenarnya adalah menerjemahkan film itu ke setidaknya lima ratus bahasa lagi, bahasa-bahasa yang dituturkan oleh seribu orang atau lebih. Dan tugas itu akan semakin berat seiring kami mencoba menjangkau kelompok masyarakat yang semakin kecil." Diterjemahkan dari: Mission News, Agustus 2007 Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10232 Pokok Doa --------- * Bersyukur untuk anugerah Tuhan yang memberikan film JESUS sebagai sarana untuk memperkenalkan kasih-Nya kepada suku-suku bangsa yang belum mendengar kebenaran. * Berdoa untuk Doug dan tim pembuat film JESUS yang masih akan menerjemahkan film ini ke dalam lima ratus bahasa lagi. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan hikmat sehingga film ini bisa selesai dengan baik. S U D A N Kekerasan di Darfur, Sudan, terus terjadi. Sejumlah 200.000 orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Tapi situasi di Sudan bagian selatan tampaknya telah kondusif. Namun begitu, Todd dari Voice of the Martyrs mengatakan bahwa kebutuhan akan bantuan kemanusiaan semakin meningkat. Voice of the Martyrs mencoba membantu dengan mengadakan sebuah program yang disebut "Blanket and a Bible". Ia menjelaskan, "Banyak orang mengirimi kami selimut -- bekas tapi masih seperti baru. Mereka semua mengirimi selimut -- selimut dan uang sejumlah dua dolar untuk membayar ongkos kirim. Kami akan ke Sudan. Kami akan memberikan semua itu bersama dengan Alkitab dalam bahasa yang dapat mereka mengerti." Bagi orang-orang Kristen di sana, selimut dan Alkitab merupakan sebuah berkat yang luar biasa. Ia juga menambahkan bahwa mereka membantu gereja dalam menyebarkan Injil. "Orang-orang Kristen di sana akan mengambil selimut itu secara bergiliran dan membaginya dengan orang-orang non-Kristen di lingkungan mereka sambil berkata: "Saudara-saudara seiman kami di Amerikalah yang mengirim selimut ini. Kami ingin membaginya bersama kalian sebagai perwujudan kasih Kristus." Diterjemahkan dari: Mission News, Agustus 2007 Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10242 Pokok Doa --------- * Berdoa agar situasi aman di Sudan dapat segera terwujud. Kiranya Tuhan terus ikut campur dalam menolong pemerintah agar bisa mengendalikan situasi. * Bersyukur untuk setiap orang yang telah mengumpulkan selimut dan Alkitab yang akan dikirim ke Sudan. Biarlah hal ini menjadi berkat besar yang akan menguatkan orang-orang yang sedang kekurangan di sana. I N D I A Hujan angin musim yang sangat deras terus mengguyur India bagian utara. Di beberapa daerah, air hujan telah mencapai ketinggian empat puluh inci, sementara beberapa daaerah lain masih dilanda hujan. Di India saja, korban tewas mencapai angka dua ribu jiwa. Pendiri dan Presiden Gospel for Asia (GFA), KP Yohannan mengatakan bahwa daerah banjir yang paling parah terdapat di wilayah Assam. "Sekitar 4.000 rumah hancur total, lebih dari 10.000 ternak mati, banyak bangunan gereja kami yang hancur, dan rumah orang-orang percaya tersapu air banjir." Beberapa ratus misionaris menggunakan kano untuk menyelamatkan para korban. Yohannan mengatakan bahwa GFA sedang berencana untuk membangun kembali rumah-rumah. "Dapatkah Anda bayangkan dampak dari apa yang kita lakukan itu untuk Kristus dan Injil ketika kami kembali dan bersaksi? Keadaan itu adalah sebuah pintu masuk yang terbuka sangat lebar, seperti halnya (selama) masa-masa tsunami menerjang, membagikan kasih Kristus kepada orang-orang yang sangat membutuhkan -- orang-orang yang sangat putus asa dan kehilangan segalanya." Memerlukan sekitar 1.000 dollar untuk membangun kembali rumah-rumah tersebut. Diterjemahkan dari: Mission News, Agustus 2007 Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10246 Pokok Doa --------- * Doakan agar kerja sama yang sudah digalang di antara para pelayan Tuhan dapat menolong para korban banjir, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara rohani. Doakan agar melalui pelayanan mereka, kasih Kristus itu bisa dikenal semua orang. * Berdoalah agar pertolongan dapat datang pada saat yang tepat sehingga para korban yang kehilangan rumah, sanak saudara, dan harta bendanya dapat berjuang untuk bertahan hidup. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA FOCUS MINISTRY DEVELOPMENT OF THE POOR ====================================== Para fasilitator dari Focus Ministry Development of The Poor masih terus berupaya membebaskan Jakarta dari kemiskinan, meskipun belum maksimal dan masih banyak kendala yang dihadapi; khususnya, dalam melayani orang-orang miskin yang hidupnya di jalan. Ada banyak masyarakat miskin di Jakarta, namun kategori miskin itu harus diperjelas terlebih dahulu. Menurut Bpk. Tambus Sihombing dari YASPPAT (Yayasan Pelayanan Pemulung dan Anak Terlantar), "Miskin menurut kategori pemerintah adalah mereka yang berpenghasilan maksimal Rp 200.000,00 per bulan dan memiliki KTP serta tempat tinggal yang jelas. Namun, yang kami layani adalah mereka yang hidupnya lebih di bawah lagi, yaitu mereka yang tidur di emperan toko atau di kolong jembatan serta tidak memiliki KTP. Mereka dikumpulkan dalam suatu komunitas untuk kaum miskin di beberapa wilayah di Jakarta. Biasanya kami mengadakan pertemuan setiap hari Kamis." Dalam komunitas tersebut, perkembangan mereka dipantau karena mereka rata-rata memiliki karakter yang sulit. Meskipun diberi modal, mereka tidak akan bisa bangkit; meskipun diberi pekerjaan, mereka tidak akan bekerja, bahkan sangat sulit untuk mengangkat kehidupan mereka. Jika mereka menunjukkan perubahan yang baik, mereka akan dibawa ke rumah singgah yang ditempatkan secara terpisah antara wanita dan pria. Dalam rumah singgah tersebut, diadakan pelatihan untuk membentuk karakter selama tiga bulan. Jika memiliki potensi untuk jadi hamba Tuhan, mereka akan dikirim ke tempat pelatihan di Semarang, Bandung, dan Surabaya. Jika tidak ada panggilan pelayanan, mereka dikirim ke bengkel kerja (workshop) atau ke panti untuk pelatihan montir, membuat tempe, salon, sablon, dan lain-lain. Selesai pelatihan, mereka disalurkan untuk bekerja. "Komunitas kaum miskin tersebut, ada di sekitar wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Mereka mendapat pendanaan dari belas kasihan Tuhan; mereka belum pernah mendapat sponsor dari mana pun juga," ujar Bapak Tambus, selaku ketua umum dari komunitas tersebut. Selain menangani masalah kaum miskin, fasilitator Focus Ministry Development of The Poor ini juga membuat sekolah bagi anak-anak yang tidak mampu, seperti les bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan sebagainya. Dalam mengatasi anak jalanan, perlu pula dipahami apa yang dimaksud dengan anak jalanan. Ada yang menjadi anak jalanan karena orang tuanya gelandangan, ada yang karena kriminal bahkan menjadi residivis, atau yang menjadi anak jalanan karena broken home. Ada juga anak jalanan karena terlantar, dari kampung punya ijazah, punya cita-cita, punya karakter dari kampung bagus, sampai di Jakarta tidak ada yang menampung. Karena perjuangan hidup dan pergaulan yang tidak baik, karakternya menjadi rusak. "Jika kami menemukan keadaan yang demikian, kami segera menangani dan membawanya ke rumah singgah", ungkap Pak Tambus. Diedit seperlunya dari: Judul buletin: Transformation Connection Indonesia Edisi VII, Agustus 2007 Judul artikel: Focus Ministry Development of the Poor Penulis : Redaksi Buletin TCI Halaman : 3 Pokok Doa --------- 1. Bersyukur untuk Focus Ministry Development of The Poor di dalam pelayanan yang dilakukannya saat ini. Biarlah Allah saja yang memampukan dan memakainya dengan lebih luar biasa lagi. 2. Doakan para pengurus dan fasilitator yang terlibat dalam pelayanan Focus Ministry Development of The Poor. Berdoalah agar Roh Kudus terus menjaga hati dan motivasi mereka sehingga mereka dapat menetapkan hati untuk setia terlibat dalam pelayanan ini. 3. Dukung dalam doa juga agar lebih banyak orang yang terpanggil dan terlibat dalam pelayanan di Focus Ministry Development of The Poor tersebut, baik untuk mendukung dalam hal tenaga maupun dana. 4. Doakan juga warga miskin Jakarta, termasuk anak jalanan yang saat ini berada di rumah singgah yang sedang diberi bekal pengetahuan dan keterampilan. Kiranya melalui pelayanan ini, banyak jiwa dapat dimenangkan dan mereka dapat hidup sebagai saksi Tuhan yang efektif di mana pun mereka nanti bekerja. 5. Berdoa juga agar kebutuhan dalam hal dana, fasilitas pendukung, dan sarana lainnya dapat terpenuhi. Doakan agar tangan Tuhan senantiasa mencukupi kebutuhan mereka. ______________________________________________________________________ SURAT ANDA From: Junizar Iwan Halim <Junizar(at)xxxx> >Kepada Koordinator JEMMI, > >Apakah bisa membantu memberikan informasi - sekolah alkitab baik >di Indonesia atau di Asia yang bisa menyediakan pendidikan >Theologia Jarak Jauh. Kami membutuhkan informasi ini dan sekiranya >tersedia - kiranya dapat di sharekan. >Terima kasih , dan salam sejahtera. Redaksi: Informasi yang kami miliki tentang pendidikan teologia online untuk kaum awam telah kami sajikan pada e-JEMMi yang lalu (Edisi 39), yaitu tentang PESTA (Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam) yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA. Jika ingin mendapatkan arsipnya, silakan mengakses alamat: http://www.sabda.org/publikasi/misi/2007/39/ Sayangnya, informasi pendidikan teologia jarak jauh untuk hamba Tuhan purna waktu tidak kami miliki. Oleh karena itu, kami memberi kesempatan kepada para pembaca e-JEMMi untuk membagikan informasi yang dibutuhkan Bpk. Junizar tersebut. Bila memilikinya, silakan informasikan kepada kami untuk kami teruskan kepada Bpk. Junizar. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaski : < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA : http://ylsa.sabda.org/ Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |