Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/39 |
|
e-JEMMi edisi No. 39 Vol. 11/2008 (24-9-2008)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI: Memulai Pelayanan bagi Orang Miskin SUMBER MISI: World Mission Centre DOA BAGI MISI DUNIA: Ethiopia, Turki STOP PRESS: Kisah Nyata di Cina ______________________________________________________________________ FOR THE CHRISTIAN DARK CLOUDS OF TROUBLE ARE BUT THE SHADOW OF GOD`S WINGS ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Ada orang-orang yang terbeban dengan pelayanan bagi orang miskin, tapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Terkadang ketidakmampuan untuk memulai ini menjadi hambatan bagi penyebaran dan pewujudan visi Tuhan untuk orang-orang miskin yang sering dianggap "sampah masyarakat" oleh dunia. Betulkah memulai pelayanan bagi orang miskin membutuhkan strategi yang tepat? Mengingat besarnya kerinduan Tuhan untuk mengasihi orang-orang miskin dan sedikitnya orang yang mau dipanggil ke ladang yang sulit ini, maka strategi yang tepat sangat diperlukan. Edisi e-JEMMi minggu ini secara spesifik menyajikan artikel yang akan sangat menolong anak-anak Tuhan yang siap dipakai untuk menjadi alat-Nya yang luar biasa. Sajian edisi ini juga merupakan pelengkap dari rangkaian tema e-JEMMi bulan September ini, yaitu Melayani Orang Miskin di Perkotaan. Kiranya sajian ini dapat menjadi langkah konkret untuk Anda dan gereja Anda menangkap visi yang telah Tuhan persiapkan. Selamat menyimak dan selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI MEMULAI PELAYANAN BAGI ORANG MISKIN Gereja membutuhkan visioner yang memilih untuk tidak bermain aman, namun bersedia mengambil risiko dan beriman kepada Tuhan dalam merintis pelayanan yang inovatif di kota, khususnya bagi orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan. Kehendak Tuhan bagi kebanyakan kita yang tinggal di kota adalah menunjuk kepada pelayanan bagi kaum miskin. Jika Tuhan telah memanggil Anda untuk memulai sesuatu yang baru di kota, seperti Tuhan telah memanggil saya, maka Anda akan melalui proses pemahaman akan kehendak-Nya, berjalan dalam iman, dan membangun mimpi Anda. Berikut langkah-langkah dalam memahami dan memulai pelayanan yang penuh tantangan ini: 1. Izinkan Roh Menaruh Visi dalam Diri Anda Tuhan memberi kita penglihatan akan rencana dan tujuan-Nya dalam hidup kita dan mengizinkan kita untuk bermimpi dan memiliki visi yang jelas dan konkret. Semakin spesifik doa, tujuan, dan sasaran kita untuk visi tersebut, semakin besar kemungkinannya untuk visi tersebut dapat terwujud. Visi adalah gambaran yang membara di hati tentang apa yang Tuhan ingin lakukan melalui Anda di tempat tertentu bersama kelompok orang yang spesifik. Visi adalah pewahyuan tentang rencana Tuhan yang dapat terjadi. Dengan memercayai dan menindaklanjuti visi tersebut, mimpi dapat terwujud. Dua visioner kuno, Abraham dan Sarah, telah mengalaminya. Saya melihat tiga benang dalam struktur kehidupan mereka yang membentuk pola masa kini dalam memahami kehendak Tuhan: panggilan untuk taat, iman terhadap visi, dan hasil yang sudah diantisipasi. Panggilan untuk Meninggalkan Tempat Tinggal Abraham dan Sarah tinggal dengan nyaman di Haran saat Tuhan memanggil mereka: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kej. 12:1). Tidak mudah bagi mereka untuk menaati panggilan itu -- banyak risiko dan pengorbanan untuk pergi ke tempat entah-berentah; di gurun. Sebuah "panggilan" akan selalu mengiang, bisikan dalam diri Anda yang mengatakan, "Tinggalkan rumahmu dan pergilah ke tempat yang Kutunjukkan kepadamu." Mungkin rumah yang kita tinggalkan bersifat geografis atau spiritual. Tempat yang ditunjukkan kepada kita mungkin adalah kota, pelayanan baru di lingkungan, atau cara hidup baru di mana kita berada. Yang terpenting adalah meresponi dan mengikuti visi yang lahir dari Tuhan dalam diri kita, tanpa menghiraukan risiko dan besarnya pengorbanan. Saat Abraham dan Sarah pergi, keponakan mereka, Lot, ikut bersama mereka. Kemudian, gembala Abraham dan Lot berselisih tentang pembagian tanah. Abraham, yang percaya akan visinya, memutuskan untuk berpisah: "Jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." (Kej. 13:9) Lot melihat ke Timur dan "melihat seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir" (Kej. 13:10). Seketika itu, Lot berpisah dari Abraham dan tinggal di Yordan. Abraham memilih tinggal di Kanaan yang berbukit-bukit, yang nampak tidak sedap dipandang mata. Di situlah Tuhan menegaskan visinya: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya." (Kej. 13:14-15) Ada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut untuk visioner kota pada masa kini: mata iman tidak berfokus pada penampilan, namun pada pandangan yang luas dan penglihatan akan rencana Tuhan yang dapat terjadi. "Apa yang dapat kamu lihat secara luas, Aku dapat memberikannya kepadamu," kata Tuhan kepada orang beriman. "Apa yang tidak dapat kamu impikan, Aku tidak dapat memberikannya kepadamu." "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah" adalah kunci kepada keberhasilan di luar batas kemampuan manusia. Jika kita dapat memimpikan visi Tuhan dan spesifik dengan hasilnya, apa yang kita perlukan akan disediakan oleh Tuhan "yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada" (Rm. 4:17). Tuhan membangkitkan pemimpin yang memiliki mimpi dan visi yang spesifik, yang percaya kepada-Nya akan hasilnya. Surat Ibrani mengingatkan kita bahwa iman atau visi "adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Saya percaya bahwa dalam diri setiap orang, tersembunyi visi Tuhan yang menunggu pemenuhan melalui iman dan ketaatan. 2. Bangun Visi Secara Perlahan Setelah memahami kehendak Tuhan, kesabaran diperlukan dalam mewujudkan visi bagi pelayanan untuk orang miskin di kota. Seperti halnya janin membutuhkan sembilan bulan untuk dapat lahir sebagai bayi, butuh bertahun-tahun untuk mimpi atau visi dalam hati itu menjadi kenyataan. Apa yang terjadi pada Anda sama pentingnya dengan apa yang Tuhan lakukan melalui Anda. Bersabarlah menunggu Tuhan, biarkan Tuhan mengerjakan karya keselamatan dalam diri Anda, dan kemudian bangun visi Anda secara perlahan, namun pasti. Saat saya dan beberapa orang melayani di New York, kami memulai pelayanan dengan visi yang cukup murni. Kami membutuhkan waktu untuk mapan sebelum kami melakukan banyak pelayanan. Namun, kami melangkah semakin cepat dan kami menjadi terdesak. Hasilnya adalah krisis dalam pelayanan: banjir permintaan dan kebutuhan, sedikitnya uang, pelayanan semakin sempit, dan staf kedodoran. Selama bertahun-tahun, kami berjuang untuk bertahan sampai kami memerlambat laju pelayanan kami, kemudian mengambil waktu untuk merenung, memikirkan fokus pelayanan, dan peletakan dasar spiritual. Intensitas pelayanan kota dapat menghancurkan bahkan visioner paling percaya diri sekalipun. Cara untuk hidup berkemenangan adalah membiarkan visi Anda tersingkap secara perlahan, hari demi hari, tahap demi tahap, mengikuti irama Roh. 3. Ajak Rekan Sepelayanan Seorang visioner tidak dapat memenuhi visi Tuhan seorang diri. Visi itu harus dibagi. Butuh waktu untuk menemukan orang yang tepat. Ajak orang yang Anda kenal dan percaya, yang berkompeten, berkomitmen, dan yang Anda percayai serta yang memberi rasa nyaman. Jangan terburu-buru mengajak orang hanya karena mereka bersemangat. Tunggu waktunya Tuhan memberikan orang yang tepat. Butuh waktu lebih dari setahun bagi saya untuk menemukan lima orang yang bersedia dan mampu melayani bersama di San Fransisco. Yesus sendiri membutuhkan waktu tiga tahun untuk memuridkan dua belas orang pria dan sekelompok wanita. Barulah setelah itu Yesus mengatakan kepada Petrus, "gembalakanlah domba-domba-Ku" dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Yoh. 21:17; Mat. 16:18). 4. Pilih Ladang Pelayanan Setelah mengajak rekan sepelayanan, langkah selanjutnya adalah secara perlahan dan penuh doa mengidentifikasi lingkungan yang akan dilayani. Tanyakan pertanyaan ini: Siapa yang Tuhan ingin kita kasihi? Lingkungan dan daerah geografis bagaimana yang nampaknya paling membutuhkan kehadiran Tuhan? Lingkungan mana yang nampak siap akan hadirnya pelayanan untuk mereka? Setiap kota memiliki daerah kumuh yang terabaikan. Kita bisa saja memiliki visi untuk menjangkau daerah kumuh seluruh kota, namun pelayanan kota akan efektif apabila kita fokus pada lingkungan tertentu. Selalu ada lingkungan dalam sebuah kota yang paling cocok untuk dilayani. Pilih daerah yang memiliki sejarah, riwayat, dan ciri khas -- yang menarik dan menantang Anda. Yang terpenting, pilih daerah kumuh yang ditinggali orang-orang miskin dan gelandangan. 5. Tetapkan Pos Pelayanan Menetapkan pos pelayanan di lingkungan terpilih adalah langkah penting selanjutnya dalam memulai pelayanan kota. Idealnya, sewalah atau belilah bangunan yang memiliki corak budaya dan mudah diakses masyarakat. Orang yang berusaha Anda jangkau membutuhkan sebuah simbol komitmen dan kehadiran Anda. Masyarakat memerlukan sebuah tempat yang hidup, dan pelayanan membutuhkan tempat untuk berkembang. Sebuah pusat pelayanan akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Jika Anda mengalami kesulitan -- entah itu masalah keuangan atau yang lainnya -- seperti halnya saya saat berusaha mengembangkan pelayanan di New York dan San Fransisco, percayalah bahwa Tuhan dapat melakukan mukjizat. Mukjizat adalah karya Tuhan yang tepat pada waktunya. Dari pengalaman saya merintis pelayanan di New York dan San Fransisco, tidak ada visi dari Tuhan yang mustahil. 6. Bangun Komunitas Sebelum Anda melaksanakan misi pelayanan Anda dalam sebuah lingkungan, kelompok pelayanan Anda harus menjadi sebuah komunitas. Apakah komunitas itu? J. B. Libanio, yang menulis tentang komunitas kristiani di Amerika Tengah dan Selatan, mendefinikan komunitas sebagai berikut: "Sebuah kesatuan beberapa orang yang dinamis, yang melalui interaksi sosial yang spontan, terintegrasi oleh ikatan persahabatan, emosional, kesamaan sejarah, dan budaya." Sebuah komunitas terbentuk saat sebuah kelompok kecil berintegrasi, berjalan besama, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat mereka capai secara individual. Sebagai suatu kelompok pelayanan, kita semua harus merasa terpanggil untuk hidup di antara orang-orang yang ingin kita jangkau. Hal ini membutuhkan komitmen jangka panjang. Komunitas berarti komitmen kepada satu dengan yang lain dan kepada rencana rekonsiliasi Tuhan. Komunitas diperlukan sebelum penyembahan dan misi dapat terjadi dengan benar. Sebuah kelompok pelayanan yang berharap untuk menjangkau sebuah kota dan lingkungan dengan kasih Tuhan, harus terlebih dahulu mengasihi dan menghargai anggotanya. Perbedaan dalam kepribadian, teologi, latar belakang, standar kerja dan kebersihan, talenta, dan panggilan dapat menghancurkan sebuah komunitas. Namun hal itu dapat diatasi dengan komitmen bersama terhadap proses dan berfokus pada visi Tuhan. 7. Biarkan Misi Mengalir Sebuah kelompok Kristen kecil yang diorganisasi bagi misi dan setidaknya bertemu untuk menyembah, berdoa, dan saling menguatkan seminggu sekali, memiliki potensi untuk memahami visi Tuhan serta apa dan bagaimana Tuhan terlibat di dalamnya. "Handbook for Mission Groups" karya Gordon Cosby menjelaskan setiap langkah bagaimana sebuah komunitas terbentuk dan menemukan pelayanannya. Awalnya, sebuah kelompok berkumpul bersama visioner yang sudah mendapat visi Tuhan untuk melayani dan menyuarakannya dalam beragam cara -- dalam percakapan pribadi, dalam kepemimpinan, atau dalam nubuatan. Jika tidak ada yang meresponi, orang yang terpanggil itu menunggu beberapa saat untuk orang lain menceritakan panggilannya. Saat dua atau tiga orang meresponi, mereka memulai hidup mereka bersama, "saling mengasah talenta, dan berdoa bagi kejelasan dalam mendengar kehendak Tuhan bagi misi mereka". Panggilan itu mungkin dimulai saat seseorang mendengar bisikan (gambar, perasaan) Tuhan yang terus mengiang, yang mengatakan "berilah makan orang yang kelaparan", "sediakan tempat tinggal bagi gelandangan", atau "hiburlah penderita AIDS". Saat orang lain meresponi panggilan itu, implikasi dan perkembangannya akan terlihat. Prinsip penting dalam kelompok misi memerlukan komitmen bersama dan tanggung jawab bersama yang diterima oleh setiap anggota. "Hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengenali talenta setiap anggota," kata Cosby. "Bahkan jika satu atau dua anggota tidak mengenali talenta mereka," peringatnya, "masalah gengsi dan iri hati akan mencuat ke permukaan." Orang yang memiliki multitalenta akan menghadapi godaan untuk memenuhi kepuasan ego dengan melakukan segala sesuatu seorang diri daripada bersama-sama. Tanpa komitmen untuk hidup dan melakukan misi bersama, sebuah kelompok misi tidak akan berhasil. Dengan komitmen bersama, sebuah kelompok misi akan bertahan selama semusim atau sepanjang hidup. Karya pelayanan yang sudah dilakukan itu akan menjadi karya Tuhan dan selamanya menjadi bagian dalam usaha Tuhan berdamai dengan dunia ini. Kadang, sebuah kelompok misi mencapai misinya dan kemudian bubar. Apa yang sebaiknya terjadi saat sebuah kelompok misi mati secara alami? Menurut Cosby, "Saat diketahui tidak ada lagi dua atau lebih anggota yang terpanggil, kelompok itu mungkin dapat meninjau ulang sejarahnya, bersyukur atas apa yang sudah dilakukan, dan merayakan matinya kelompok itu. Sering kali, diperlukan adanya kesadaran akan dosa yang harus diampuni, luka hati yang harus disembuhkan, dan keberanian untuk mengambil langkah selanjutnya." Jika kelompok misi memertahankan tahap perkembangannya dan arahan dari Tuhan, maka pelayanan akan terbentuk. Entusiasme akan dibumbui dengan hikmat, inovasi akan diwarnai dengan tradisi, dan banyaknya orang yang antusias akan diarahkan oleh Tuhan untuk mendukung dan membantu usaha komunitas. Kelompok misi mungkin dapat tetap menjadi bagian dari gereja atau berdiri sendiri sebagai komunitas penyembahan dan pusat misi sementara. (t/Dian) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: A Call for Compassion; City Streets City People Judul asli artikel: Lift Up Your Eyes; How to Start an Urban Ministry Penulis: Michael J. Christensen Penerbit: Abingdon Press, Nashville 1988 Halaman: 53 -- 70 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI WORLD MISSION CENTRE ==> http://www.worldmissioncentre.com Berpegang pada keyakinan bahwa orang-orang Afrika Selatan juga memiliki tanggung jawab besar untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia, maka dibentuklah organisasi ini pada 1989 dengan kantor pusat di Pretoria, Afrika Selatan. Tujuannya tidak lain adalah untuk membangkitkan pemahaman yang lebih dalam tentang misi dan untuk menggerakkan orang-orang Kristen pada tingkat lokal untuk berperan dalam misi. World Mission Centre memainkan peran sebagai fasilitator jaringan dengan menyediakan sumber-sumber dan pelatihan untuk memenuhi visi yang telah tertanam -- menyediakan pelatihan dan dukungan bagi Tubuh Kristus dan mengirim misionaris-misionaris dari gereja-gereja lokal. Untuk mewujudkan visi itu, organisasi ini juga mendirikan sebuah jaringan gereja lokal yang unik, yang berfokus untuk melayani komunitas-komunitas yang kekurangan dan tak terjangkau di berbagai daerah, termasuk 22 daerah di wilayah Afrika Selatan. Simak lebih jauh mengenai pelayanan luar biasa yang ada di Afrika Selatan ini dengan mengunjungi situsnya. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA E T H I O P I A Baru-baru ini, Adana Children Center yang disponsori oleh Blessing the Children International telah dibuka dan akan menerima 600 yatim piatu selama 5 tahun. Setiap bulan, ada sepuluh yatim piatu yang mendapat bantuan. Ethiopia merupakan salah satu negara yang mendapat serangan wabah AIDS terparah. Adanya empat juta yatim piatu di Ethiopia (20% di antaranya adalah korban AIDS) menjadi masalah utama, dan pemerintah menggambarkannya sebagai "pemecahbelahan struktur sosial" bangsa Afrika Timur. Anak-anak di Adana Children Center pada awalnya akan dipelihara di panti asuhan sebelum menemukan keluarga angkat. Di rumah barunya ini, anak-anak disayangi dan dipelihara. Mereka pun menerima pembekalan dan bantuan, seperti pakaian, makanan bernutrisi, pelatihan keterampilan, dan kesempatan untuk bersekolah di sekolah yang ditunjuk oleh pihak sponsor. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buletin: Body Life, Edisi Maret 2008, Volume 26, No. 3 Judul asli artikel: World Christian Report -- Ethiopia: Center for Orphaned Children Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 4 Pokok doa: * Mengucap syukur atas dibukanya Adana Children Center yang dibentuk oleh orang-orang yang terbeban memberikan bantuan kepada anak yatim piatu di Ethiopia. Doakan agar Tuhan senantiasa mencukupkan setiap keperluan yang dibutuhkan dalam pelayanan mereka. * Doakan agar Tuhan mengetuk hati mereka-mereka yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu korban AIDS dan bersedia memberikan dukungan untuk mereka. Berdoa juga agar anak-anak ini menemukan keluarga angkat yang dapat memberikan kasih sayang dan pengenalan yang benar akan Tuhan. T U R K I Laporan dari ladang misi: Gempa bumi baru saja terjadi di Istanbul, Turki. Rumah kami bergoncang sangat keras akibat gempa berskala 4,8 SR. Tapi keesokan harinya, negara pun digoncangkan oleh berita yang mengatakan bahwa partai politik yang berkuasa (AKP) akan dibubarkan oleh kepala jaksa penuntut umum karena usaha-usaha radikal yang dilakukan partai tersebut. Teruslah berdoa bagi Turki karena penganiayaan terhadap kami dan orang-orang Kristen di Turki semakin besar. Kami harus berhati-hati dalam mewartakan Injil karena kami tidak lagi mendapat izin untuk melakukan penjangkauan terhadap masyarakat umum. Kini fokus kami adalah melayani orang miskin di beberapa desa. Puji Tuhan! Dalam Minggu ini, kami berhasil membagikan dua ribu Kitab Perjanjian Baru. Pada hari yang berbeda, kami memberitakan Injil kepada suatu kelompok pemulung yang terdiri dari 10 sampai 15 orang. Salah satu dari mereka meminta kami untuk mendoakan lengannya yang terkena pecahan gelas. Dia merasa rasa sakitnya kembali muncul saat orang lain melihatnya. Dia berdoa dan menerima Tuhan Yesus! Di gudang penyimpanan Kitab Perjanjian Baru, ada seseorang yang melempar batu ke jendela dan merusakkannya. Sementara seorang lainnya dengan sengaja dan membabi buta menggunakan besi untuk membuat goresan yang dalam pada mobil kami. Akhir-akhir ini, hal semacam itu semakin sering terjadi. Di kota lain, beberapa teman kami dan setiap orang yang ada di dalam gereja mendapat ancaman bahwa mereka akan dibunuh. Gubernur Istanbul menyarankan agar jemaat pindah dari gereja yang sudah mereka gunakan selama bertahun-tahun. Beberapa gereja yang bekerja sama dengan kami juga mengalami penganiayaan yang semakin banyak. Sebuah artikel surat kabar baru-baru ini menggambarkan bahwa budaya Turki kini berubah menjadi semakin bercorak radikal dalam hal pakaian, kehidupan sehari-hari, dan bahasanya. Berdoalah bagi pelayan Tuhan yang melayani di sana. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buletin: Body Life, Edisi April 2008, Volume 26, No. 4 Judul asli artikel: World Christian Report -- Turkey: Increased Persecution Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena Halaman: 1 dan 3 Pokok doa: * Doakan orang percaya di Istanbul, Turki, yang sering mendapatkan ancaman dan tekanan dari pihak-pihak tertentu, agar mereka tetap kuat dan setia dalam mengikut Tuhan. Berdoa juga untuk kegiatan penginjilan yang terus dilakukan oleh orang percaya di Turki, agar Tuhan menjaga dan melindungi pelayanan yang sedang dilakukan. * Berdoa agar Tuhan melawat dan mencurahkan pertobatan atas negara Turki. Doakan juga agar setiap orang percaya dan gereja-gereja di Turki tetap berdoa, memohon belas kasihan Tuhan atas bangsa mereka, agar Tuhan memulihkan dan mengampuni bangsa mereka. ______________________________________________________________________ STOP PRESS KISAH NYATA DI CINA Berbagai kontroversi berita tentang kebebasan beragama di Cina dan situasi yang terjadi di negara ini muncul merebak di mana-mana. Apa yang sesungguhnya terjadi di Cina? Masihkah umat Kristen dianiaya dan banyak gereja-gereja rumah ditutup secara paksa? Bagaimana keadaan umat Kristen di Cina sebelum dan sesudah pesta Olimpiade 2008? Bagaimana kita dapat berdoa bagi saudara-saudara kita di Cina? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan berbagai pertanyaan lain, Open Doors Indonesia bekerja sama dengan Open Doors International mengundang Minister at Large Open Doors. Selama 25 tahun, beliau memfokuskan pelayanannya di negara kelahirannya. Ia melayani gereja-gereja rumah di tempat-tempat terpencil di Cina dan membangun hubungan dengan jaringan gereja rumah serta menjalin pertemanan dengan pemimpin gereja rumah di Cina. Bulan depan, beliau akan berkunjung ke Indonesia dan mensharingkan "The Real Story in China". Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi kantor Open Doors Indonesia di alamat e-mail: indonesia(at)od.org. Sumber: Buletin Open Doors, Edisi September -- Oktober, Volume 19, No. 5, Hal. 14 POKOK DOA: 1. Doakan rencana kunjungan Minister at Large Open Doors ke Indonesia, agar Tuhan memakainya menjadi berkat bagi pelayanan di Indonesia. 2. Berdoa juga untuk jemaat-jemaat di Cina yang beliau layani, agar mereka tetap setia melayani Tuhan dan mendukung sepenuhnya pelayanan beliau dalam doa. 3. Doakan juga untuk penyelenggara yang mengatur kunjungan tersebut, agar Tuhan memampukan mereka melakukan tugasnya sebaik-baiknya. 4. Berdoa juga untuk setiap orang yang akan bertemu, agar mereka dapat belajar dari keteladanannya dalam melayani dan memberikan hidupnya bagi pekerjaan Tuhan. 5. Berdoa agar beliau dapat membagikan beban dan semangat pelayanannya kepada mereka yang terbeban akan pelayanan misi di Indonesia. 6. Doakan agar beliau dalam kondisi kesehatan yang baik dan selalu berada dalam perlindungan Tuhan ke mana pun beliau pergi. Biarlah kuasa Tuhan dinyatakan dalam setiap acara. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |