Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2006/38 |
|
e-JEMMi edisi No. 38 Vol. 09/2006 (19-9-2006)
|
|
September 2006, Vol.9 No.38 _____________________________ e-JEMMi ______________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL KESAKSIAN MISI : Lauren Tomasik dan Klinik Medis HIV di Zambia SUMBER MISI : Christian Students, Manna International DOA BAGI MISI DUNIA: Sudan, Rusia, Tanzania DOA BAGI INDONESIA : Pelayanan Kaum "Underground" SURAT ANDA : Info Sekolah Alkitab Singkat (SAS) Pertanian di Kalimantan STOP PRESS! : Sekolah Alkitab Singkat "SAS" Pertanian ______________________________________________________________________ THE MEASURE OF A LIFE, AFTER ALL, IS NOT ITS DURATION, BUT ITS DONATION. -Corrie Ten Boom- ______________________________________________________________________ EDITORIAL Syalom Pembaca, Selama satu bulan ini, secara khusus kita akan membahas peran serta kaum muda dalam pekerjaan Tuhan. Kaum muda memang mempunyai posisi khusus di mata Allah. Sejak zaman Perjanjian Lama (dengan tokoh seperti Yosua, Yusuf, Daud) hingga pada zaman Hudson Taylor, bahkan sampai sekarang pun, Allah selalu memberikan tanggung jawab khusus bagi para pemuda. Lewat artikel yang kami sajikan minggu ini, kita akan melihat apa yang dilakukan oleh sekelompok anak muda di Amerika untuk memberkati bangsa lain. Kiranya apa yang mereka lakukan dapat menjadi teladan bagi kaum muda Indonesia agar mereka pun dapat menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya, bahkan bagi bangsa-bangsa yang lain. Untuk doa Indonesia kali ini kami mengajak Anda untuk berdoa bagi pelayanan anak-anak "underground", anak-anak muda penggemar musik "underground" yang sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Pada kesempatan kali ini, kita akan berdoa agar mereka pun mengenal kasih Kristus dan keselamatan yang diberikan-Nya kepada manusia. Redaksi e-JEMMi, Lisbet ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MISI LAUREN TOMASIK DAN KLINIK MEDIS HIV DI ZAMBIA ============================================= Lauren Tomasik, seorang gadis berumur 18 tahun, telah mendapatkan visi. Siswi SMU Wheaton Academy ini memiliki kerinduan untuk melihat SMU Kristennya mengumpulkan 75.000 dolar untuk membangun sebuah klinik medis di Zambia untuk melawan penyebaran virus HIV/AIDS. Dan ia ingin uang tersebut berasal dari kantong 575 teman-teman sekolahnya. Ini bukanlah visi yang biasa. Namun, pada perkembangan selanjutnya sekolah ini juga tidak lagi menjadi sekolah yang biasa. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa dalam tiga tahun terakhir saja, murid- murid sekolah yang berlokasi di bagian barat pinggir kota Chicago ini telah berhasil mengumpulkan hampir 250.000 dolar untuk membantu penanggulangan HIV/AIDS di Afrika. Sebagian besar dari uang itu berasal dari kantong mereka sendiri. "Tuhan telah memanggil sekolah ini untuk melakukan proyek ini," kata Tomasik sambil menceritakan perkumpulan murid-murid yang anggotanya selalu mendorong satu sama lain untuk melupakan kegiatan nonton film, pergi ke Starbucks, bahkan kado-kado Natal dan gaun-gaun pesta kelulusan demi mengumpulkan uang untuk membantu teman-teman mereka di Zambia agar dapat mendapat pendidikan dan makanan. "Jika kita hidup di Wheaton, akan sangat mudah untuk hanya berfokus pada kepentingan diri sendiri dan terus hidup untuk komunitas kita saja." Ia juga bercerita bahwa mereka juga memiliki kehidupan yang makmur di kotanya, yang juga terkenal dengan budaya penginjilannya. "Namun, saya telah diberkati supaya saya juga dapat memberkati orang lain." Mungkin hanya sedikit orang yang berharap akan dapat menemukan adanya sikap kesederhanaan, pengorbanan, dan belas kasih di antara para remaja. "Bagi saya, itu semua adalah hal yang sulit dilakukan oleh remaja Kristen yang tinggal di pinggiran kota," kata Chip Huber, pendeta yang bertugas di sekolah itu. "Tidak diragukan lagi, kami adalah orang-orang yang sangat diberkati di sekolah kami. Namun ketimbang menikmatinya sendiri, kami memilih melakukan sesuatu-- yakni menjalankan iman kami dan melakukannya dengan aktif." PEMBERIAN PENGORBANAN Kisah mengenai murid-murid sebuah SMU dari kalangan menengah ke atas yang berubah menjadi teladan tentang hal berkorban ini bermula dari sebuah acara retret di pegunungan Colorado di musim panas 2002. Para ketua murid saat itu berkumpul untuk merencanakan bagaimana caranya kerohanian di sekolah mereka dapat dibina. Mereka lalu memikirkan ide-ide umum seperti mengadakan kelompok PA, acara doa pagi, dan hal-hal biasa lainnya. "Kami tahu apa yang diharapkan dari kami. Namun, kami begitu merasa bahwa Tuhan menginginkan kami melakukan sesuatu yang lebih dari semua itu," kata Christy Peed, alumnus sekolah itu. "Sesuatu yang dapat membuat orang benar-benar dapat merasakan kehadiran Tuhan dan bahwa kita tak dapat melakukan apa pun tanpa Dia." Kelompok itu selalu berdoa di berbagai kesempatan. Di bulan Oktober, mereka mengikuti proyek One Life Revolution, yang diadakan atas inisiatif organisasi World Vision dan Youth Specialties yang bertujuan melibatkan murid-murid dalam penanganan korban AIDS di Zambia. Ini sepertinya adalah jawaban yang sempurna. Para murid itu prihatin dengan statistik data yang menunjukkan bahwa penginjil di Amerika ternyata masih memberi perhatian yang sangat kecil terhadap pelayanan orang-orang yang mengidap HIV/AIDS. Peed, yang orang tuanya adalah misionaris, tumbuh di Zambia dan menyaksikan langsung dampak mengerikan yang ditimbulkan AIDS pada keluarga-keluarga di sana. Zambia memiliki lebih dari 630.000 anak yang menjadi yatim piatu akibat HIV/AIDS. Sementara sekitar 1;1 juta orang telah terinfeksi virus itu. Program One Life itu menawarkan sebuah katalog yang menunjukkan cara-cara bagaimana murid-murid sekolah tersebut bisa membantu sebuah desa di Afrika dengan mengumpulkan dana. Kesempatan berpartisipasi meliputi mulai dari 8 dolar untuk membeli ayam sampai 53.000 dolar untuk membangun sebuah gedung sekolah. Meski perkiraan dana 45.000 dolar adalah angka terbesar kedua yang ada di katalog itu, murid-murid SMU itu berketetapan bahwa gedung sekolah itu adalah target yang harus mereka capai. Para ketua murid itu mempresentasikan proyek Zambia tersebut di depan teman-teman sekolahnya pada pertengahan bulan Nopember sambil menjelaskan sepuluh cara bagaimana tiap orang dapat ikut berkontribusi lewat pengorbanan pribadinya. "Kami tidak ingin proyek ini terlaksana lewat sesuatu seperti bantuan cek dari para orang tua mereka," kata Peed. "Kami ingin hal ini terlaksana lewat pengorbanan para murid." Di acara itu, para ketua murid mengatakan bahwa jika tiap murid di sekolah mereka dapat memberikan 100 dolar saja selama setahun, mereka akan dapat melebihi target menyumbangkan 53.000 dolar untuk pembangunan sekolah itu. Awalnya, hal itu sepertinya tidak begitu membangkitkan antusiasme para murid. Malah sepertinya mereka bahkan tak akan mendapatkan barang 10 dolar saja dari setiap murid, beberapa bahkan sangat menentang mimpi pelayanan besar ini. Beberapa murid merasa proyek "mahabesar" ini dibuat dengan terlalu terburu- buru, tidak masuk akal, dan hanya didorong oleh rasa bersalah. Beberapa lainnya mempertanyakan mengapa semua sumbangan itu harus diberikan jauh-jauh ke Afrika, apalagi untuk menolong korban penyakit yang biasanya didapat melalui hubungan seksual. Bermacam perdebatan setelah pertemuan itu sering sampai membuat Peed menangis. Mereka pun mengadakan banyak acara penggalangan dana. Namun, aliran dana masih sangat lambat. Ketika Tony Frank, direktur eksekutif organisasi World Vision Chicago mengunjungi SMU Wheaton Academy pada musim dingin, para murid baru mengumpulkan 5000 dolar dari visi mereka membangun sekolah di Zambia. "Jujur saja, saya rasa mungkin hanya akan terkumpul 10.000 dolar saja," kata Frank. "Saya memang tidak yakin dapat membayangkan yang lebih besar lagi." Pada musim semi, total dana yang terkumpul telah mencapai 20.000 dolar. Para ketua murid itu tertegun ketika menyadari bahwa mereka masih harus mengumpulkan 33.000 dolar selama 9 minggu untuk dapat memenuhi target mereka. Putus asa mencari pendekatan yang baru, mereka pun meminta nasihat pembimbing rohani dewasa mereka. Ia pun menantang mereka dan mengatakan bahwa proyek itu tak akan sukses sampai mereka benar-benar bertekun dalam doa. "Setiap kami pun lalu berkomitmen untuk mendoakan hal ini setiap hari," lanjut Peed, "dan itulah saat aliran uang itu tiba-tiba menjadi lancar." Doa mereka tidak hanya mengubah sikap mereka yang dulu diliputi ketakutan dan keraguan akan proyek ini, namun juga keseluruhan murid, guru, dan karyawan di sekolah itu. Pro kontra berhenti dan gairah besar untuk melayani Zambia semakin berkobar-kobar ketika ratusan murid mulai bergerak mengumpulkan dana. Pendeta Huber mengatakan bahwa uang itu terkumpul sedemikian cepat dari berbagai macam sumber yang berbeda sehingga sampai sekarang pun ia masih tak tahu dari mana semua uang itu berasal. Pada 2 Mei 2003, Proyek Zambia itu telah mencapai target 53.000 dolarnya. Namun, dana dari murid-murid masih terus mengalir. Pada tanggal 22 Mei, mereka telah mengumpulkan 77.000 dolar--yang berarti telah terjadi penambahan 24.000 dolar hanya dalam waktu 20 hari. Sumbangan telah dibulatkan menjadi 80.000 dolar pada akhir tahun proyek itu dicanangkan, telah cukup untuk membiayai gedung sekolah dan semua kategori yang ada dalam katalog One Life Revolution. Dan pada hari di mana Peed lulus dari SMU Wheaton Academy, para pekerja bangunan di utara Zambia, yaitu di Desa Kakolo telah mulai memancang tiang-tiang pondasi sekolah baru tersebut. `INI ADALAH MASALAH HUBUNGAN` Pada tahun ajaran berikutnya, para ketua murid mencoba melakukan proyek "mustahil" itu sekali lagi, dengan melanjutkan proyek yang kali ini memiliki target mengumpulkan dana 54.000 dolar untuk menyediakan kebutuhan pangan anak-anak di Kakolo selama setahun. Mereka berhasil mengumpulkan hampir 60.000 dolar. Semakin banyak murid berpartisipasi dengan cara yang lebih banyak. Zambia, seluruh Afrika dan wabah AIDS telah menjadi perhatian serius bagi para murid Wheaton Academy. "Proyek Zambia telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sekolah ini," kata Huber yang menaksir bahwa 90% murid yang ada telah berpartisipasi secara finansial dalam proyek ini. "Kami jatuh cinta dengan orang-orang itu. Sekarang hal ini telah menjadi masalah hubungan, bukan lagi masalah pencapaian proyek." Para murid sekarang merasakan adanya suatu hubungan tersendiri dengan sebaya mereka di Zambia, merasa bertanggung jawab atas mereka juga. Beberapa mensponsori anak-anak Zambia lewat organisasi seperti World Vision. Yang lain lagi memajang foto-foto dari Zambia sebagai pengingat harian mengenai bagaimana kehidupan anak-anak di Kakolo, dan banyak murid secara dramatis lalu mengubah kebiasaan pengeluaran mereka. Tim yang mula-mula menggagas proyek ini sekarang telah lulus. Namun, mereka membawa pesan kepada sekolah mereka mengenai apa yang dibutuhkan dunia, selain juga bukti bahwa murid-murid sekolah pun dapat membuat perbedaan mulai dari sekarang. "Anda sudah sering mendengar kalimat ini, tapi Anda tak akan benar-benar memahaminya sampai ketika Anda benar-benar melakukannya," kata salah seorang alumnus, Natalie Gorski. "Betapa luar biasanya Tuhan yang kita miliki. Dia telah mampu memakai kami sebagai alat-Nya dan mengatakan, `Lihat apa yang telah Aku lakukan pada SMU Wheaton Academy! Aku pun dapat melakukannya di seluruh Amerika Serikat.`" "Dengan bantuan Tuhan, semua orang dapat melakukan apa yang kami lakukan." Wakil World Vision, Frank mengatakan, "Hal ini benar-benar membuat imanku bertumbuh." Frank memang telah sering melihat anak-anak muda terlibat dalam pekerjaan kemanusiaan, namun tidak pernah sampai setingkat ini. "Saya melihat mereka sebagai sebuah teladan terang akan apa yang sedang terjadi pada generasi mereka ini." MIMPI YANG MENULAR Pada musim panas tahun 2004, bagian lain dari impian ini muncul. Sebuah tim murid itu mengunjungi Kakolo untuk melihat gedung sekolah dan dampak langsung dari keberadaannya. Ketika ada di sana, para murid itu pun menemukan cara baru untuk membantu desa itu. Proyek klinik bersalin 2004-2005 adalah proyek yang lebih ambisius, yang menuntut dari para murid itu lebih banyak dana, pengorbanan, dan tentunya iman yang lebih besar. Namun, satu kejadian unik terjadi di tengah perjalanan mereka memenuhi target 110.000 dolar untuk pembangunan klinik itu. Para orang dewasa mulai ikut ambil bagian. Kampanye "Zambian Meltdown" yang dilaksanakan telah membuat 14 guru dan karyawan kehilangan 230 kilo berat badannya dalam 100 hari, dan menghasilkan tambahan dana 19.000 dolar untuk penurunan berat badan itu. Kepala sekolah dan wakilnya juga masing-masing kehilangan 35 kilo berat badannya. Pembangunan klinik itu dilaksanakan sepanjang musim panas ini. "Kami tak sabar ingin mengunjungi klinik itu, di mana bayi-bayi bisa lahir dengan selamat dan bebas dari virus HIV," kata Huber. Untuk tahun ajaran 2005-2006, murid-murid Wheaton Academy telah meluncurkan situs AIDS Student Network di alamat http://www.aidsstudentnetwork.org/, yang bertujuan untuk merekrut 1.000 murid SMU Amerika untuk berpartisipasi melawan penyebaran wabah HIV/AIDS di Afrika. "Ini adalah visi yang besar," kata Huber yang mengakui bahwa kunjungan ke Kakolo yang diadakan pada Juli 2004 yang lalu itu telah mengguncang dunianya. Pada sebuah kebaktian di bulan Mei, dia berkata pada murid-murid, "Saya sangat suka atas fakta bahwa Tuhan semesta alam juga senang melakukan hal-hal yang tak pernah terpikirkan." (t/ary) Sumber diambil dan diterjemahkan dari: ==> http://www.christianitytoday.com/ctmag/features/info.html#permission ______________________________________________________________________ SUMBER MISI CHRISTIAN STUDENTS ==> http://www.christianstudents.com/ Situs Christian Students ini ditujukan bagi para pelajar Kristen. Nuansa anak muda lebih terasa ketika Anda menemukan menu-menu yang tersaji di dalamnya, seperti "Music", "Talk", "Fun" "Entertainment", "Sex/Dating", "School", "Science", "Life Issues", dan "Evangelism". Lewat situs ini, Anda dapat menemukan berbagai artikel yang menarik seputar remaja dan anak muda, mengirim puisi, berlangganan buletin elektronik, dan masih banyak lagi. MANNA INTERNATIONAL ==> http://www.nohunger.org/info.html Pada tahun 1983, sekolompok anak muda di Redwood City Church of Christ mengadakan puasa bersama di akhir pekan untuk menggalang dana bagi orang miskin dan korban bencana di dunia. Dana yang mereka kumpulkan saat itu lebih dari 5.000 dolar. Mereka merasa frustasi menyadari bahwa dana yang mereka miliki sebesar 5.000 dolar itu tidak dapat membantu ribuan orang yang menghadapi penderitaan kelaparan setiap hari, mereka ingin melakukan sesuatu yang lebih lagi! Anak-anak ini percaya bahwa anak muda dapat dipakai oleh Tuhan secara luar biasa untuk meringankan penderitaan dunia. Selama 20 tahun kemudian, Allah telah memakai kelompok anak muda ini untuk membawa pengharapan kepada ratusan bahkan ribuan orang. Kasih mereka telah memperpanjang hidup dan membangun kesempatan bagi anak-anak Tuhan yang ada di seluruh dunia. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA S U D A N Sudan--Sudan menolak resolusi perdamaian yang diajukan PBB. Akibatnya, upaya menghentikan pembantaian yang terjadi di Darfur menjadi tidak pasti. Lindsay Vessey dari Open Doors` Advocacy Coordinator menyatakan bahwa orang-orang Kristen menjadi lebih mewaspadai tragedi di Sudan ini, baik yang terjadi di Utara maupun di Darfur. Dalam waktu dekat mereka akan mengadakan dua aksi kampanye, yang pertama adalah kampanye mobilisasi doa agar gereja yang teraniaya dapat berhubungan dengan gereja di Barat. "Kedua, bisa dibilang kami melakukan kampanye melalui surat elektronik (e-mail) dengan Sekjen PBB Kofi Annan dan memberi tahu dia apa yang terjadi dengan orang-orang Kristen di Sudan," sambungnya lagi. Vessey juga menyatakan bahwa kampanye tersebut merupakan kesempatan untuk melakukan aksi solidaritas. "Kami semua adalah tubuh Kristus, dan sering kali di gereja Barat, kami hanya memikirkan tentang `kami` dan `mereka`. Yang diingini Tuhan bukanlah kami mengurus diri kami sendiri, dan mereka mengurus diri mereka sendiri, dan tidak ada yang lebih baik yang bisa kami lakukan selain menguatkan mereka dalam masa-masa sulit. Permohonan pertama yang diminta orang-orang Kristen teraniaya di seluruh dunia adalah doa kita. [Sumber: Mission Network News, September 2006] Pokok Doa: ---------- * Doakan saudara-saudara kita di Sudan agar mereka kuat, teguh, dan sabar menghadapi masa-masa sulit yang dialami mereka. * Doakan agar ada campur tangan PBB kepada orang-orang percaya di sana. Berdoalah senantiasa agar gereja-gereja di seluruh dunia bersatu hati dalam doa untuk mendukung gereja-gereja yang teraniaya. R U S I A Rusia--Menteri Kehakiman telah mengajukan rancangan amandemen kepada lembaga perancang undang-undang untuk memperketat peraturan hukum agama negara tersebut. Joel Griffith wakil dari Slavic Gospel Association menjelaskan perubahan ini. "Amandemen yang diajukan tersebut meliputi beberapa ketentuan yang melarang jemaat awam memberikan khotbah tanpa otoritas atau dokumen resmi. Seluruh pendeta dan anggota majelis gereja diwajibkan untuk memiliki dokumen yang menjelaskan status mereka. Selain itu, gereja yang memiliki kegiatan misionaris harus memberitahu pemerintah lokal dan daerah tentang kegiatannya tersebut." Menurut Griffith, ini bukanlah berita baik bagi para pekerja asing. "Konsekuensi bagi misionaris yang melanggar hak misionaris lainnya adalah tidak diizinkan memasuki Rusia. Bantuan pelayanan `outreach` yang bersifat kemanusiaan akan sangat terpengaruh dengan adanya perubahan undang-undang ini." Undang-undang ini juga akan mempengaruhi penginjilan. [Sumber: Mission Network News, September 2006] Pokok Doa: ---------- * Doakan jemaat dan hamba Tuhan di Rusia untuk terus berdoa dan memohon agar Roh Allah memberikan kebijakan dan hikmat kepada pemerintah Rusia agar mereka dapat terus mengabarkan Kabar Baik- Nya kepada orang-orang yang belum percaya selagi masih ada waktu. * Mintalah kepada Bapa yang berkuasa agar amandemen yang sedang diusulkan ini tidak jadi disahkan dan pelayanan bisa terus dijalankan. T A N Z A N I A Tanzania--Banyak desa nelayan yang tersebar di sekitar Danau Rukwa di Tanzania, Afrika Utara. Penduduk desa itu terisolasi dari dunia luar dan dari Injil karena tidak adanya jalan yang dapat dilewati. Sam Vinton dari Grace Ministries International mengemukakan bahwa mereka datang ke desa-desa ini melalui perahu, dan ada lebih dari lima puluh orang yang datang kepada Kristus. "Hasilnya sangat bagus. Kami membawa beberapa murid dari sekolah Alkitab dan menempatkan mereka di sana untuk mengajar penduduk desa. Selanjutnya, kami mengunjungi dan meninggalkan beberapa murid di beberapa desa, dan ini menjadi salah satu cikal bakal proyek sekolah Alkitab lokal kami. Ini adalah bagian dari tugas praktik lapangan mereka di desa- desa nelayan ini." Namun, Vinton mengatakan ada kekuatan lain yang menghalangi pelayanan mereka. "Kami berdoa untuk mematahkan kuasa Setan. Penduduk desa ini memiliki kepercayaan dan sangat takut terhadap dewa gunung, dan (berdoalah) agar kuasa Injil dapat masuk ke daerah ini sehingga orang-orang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan akan Kristus." Doa sangat diperlukan saat penginjilan dan pemuridan ini dilakukan. [Sumber: Mission Network News, September 2006] Pokok Doa: ---------- * Doakan penduduk desa nelayan yang sudah menerima Yesus, agar mereka semakin dikuatkan. Doakan juga penduduk yang belum percaya agar hati mereka terbuka dan siap untuk menerima Kristus sebagai penolong bagi hidup mereka. * Berdoa di dalam nama Tuhan Yesus agar kuasa jahat yang menghalang- halangi pekerjaan-Nya dan para pekerja-Nya bisa dipatahkan. Doakan juga agar para pekerja selalu mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk menghadapi kuasa jahat. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA PELAYANAN KAUM "UNDERGROUND" ============================ Kaum "underground" yang dimaksud di sini bukanlah sebagaimana yang berada di Cina (gereja bawah tanah). Kaum "underground" di sini adalah komunitas anak-anak muda yang menggemari musik "underground" beserta gaya hidupnya (pemberontakan, mabuk-mabukan, kekerasan, seks bebas, dsb). Jumlah komunitas yang satu ini terus berkembang terutama di kota-kota besar. Jika selama ini kita memiliki pandangan yang negatif terhadap komunitas ini, kini saatnya untuk mulai mengubah cara pandang kita terhadap kaum yang tersisihkan ini karena Tuhan Yesus mengasihi setiap orang tanpa memandang rupa. Bila ada pertanyaan seputar pelayanan bagi komunitas ini, silakan menghubungi kami di: ==> <staf-misi(at)sabda.org> Pokok Doa: ---------- * Doakan organisasi Kristen yang saat ini terbeban untuk terlibat dalam pelayanan bagi komunitas "underground" ini. Berdoalah supaya visi dan misi mereka dapat ditularkan kepada orang lain. * Bersyukur atas beberapa orang dari komunitas ini yang telah mengambil keputusan untuk mengikut Yesus dan kemudian terlibat langsung dalam pelayanan ini. Bersyukurlah juga karena lewat perubahan yang terjadi dalam hidup mereka, kasih Tuhan boleh terpancar. * Doakan agar anak-anak "underground" ini bisa ditolong dalam proses pemuridan sehingga mereka bisa bertumbuh secara rohani dan menjangkau mereka yang telah terlibat dalam kehidupan underground. Berdoa juga untuk setiap pekerja yang terlibat dalam pelayanan ini. * Mari kita juga bersatu hati untuk mendoakan anak-anak ini supaya mereka mempunyai kesempatan melanjutkan kehidupan dan dapat diterima oleh lingkungannya. * Mohonkanlah kepada Bapa di surga agar kita tidak sebatas mendukung dalam doa saja, namun juga tergerak untuk melakukan tindakan nyata dengan membantu organisasi yang melayani komunitas "underground" ini dengan dana dan tenaga. ______________________________________________________________________ SURAT ANDA >From: <petrus(at)xxxx> >Shalom, >Terlampir saya kirim program Sekolah Alkitab berbasis pertanian >untuk tujuan misi -- di Kalimantan -- yang sedang kami rintis... >Siapa tahu bisa ditampilkan dan ada yang tergerak membantu... >Hormat dan Salam >EV. Petrus Satian Redaksi: Terima kasih untuk informasi yang Bapak kirimkan kepada kami. Bagi pembaca e-JEMMi yang tertarik, silakan simak info lengkapnya pada kolom Stop Press! ______________________________________________________________________ STOP PRESS! SEKOLAH ALKITAB SINGKAT "SAS" PERTANIAN ======================================= Di Kalimantan telah dibuka SAS berbasis pertanian untuk mendidik para lulusan SD/SMTP/SMU yang berada Kutai dalam bidang rohani dan pelatihan pertanian secara gratis. Selain belajar agama dan pertanian, juga diberikan pendidikan khusus dalam bidang kerajinan tangan, musik, komputer, teknik sablon, teknik mebel, dan beberapa keahlian elektronik lainnya. GRATIS! Selesai pendidikan 24 bulan, para lulusan dikembalikan ke daerah masing-masing untuk membantu mempercepat pemulihan di tempatnya sebagai Penggerak Pembangunan Desa dengan program-program berikut. - Membuka TK/SD ditempat-tempat yang belum ada dan atau Menjadi Tenaga Guru Agama Pembantu di SD/SMTP. - Menjadi utusan Misi yang berhasil dalam pendampingan pertanian jemaat di pedalaman. - Membuka perkebunan-perkebunan terpadu sebagai pusat pembibitan di kecamatan-kecamatan Kutai dengan produksi ekspor di era- globalisasi; karet, coklat, dan jarak pagar. - Dari Kebun Demplot yang dibuka bersama kelompok masyarakat setempat (luas antara 1 s/d 2 HA), setelah berhasil nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pembibitan yang akan diberikan secara gratis kepada masyarakat di kecamatan tersebut. Jika tertarik silakan menghubungi Redaksi untuk informasi selanjutnya. ==> <staf-misi(at)sabda.org> ______________________________________________________________________ URLS Edisi Ini Mission Network News http://www.missionnetworknews.org/ ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi (sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Lisbet, Ary, Lanny Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2006 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Staf e-MISI dan Staf Redaksi : < staf-misi(at)sabda.org > Untuk berlangganan : < subscribe-i-kan-misi(at)xc.org > Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-misi(at)xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan : < owner-i-kan-misi(at)xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi : http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi : http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA : http://www.sabda.org/ylsa Situs SABDA Katalog : http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |