Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/29

e-JEMMi edisi No. 29 Vol. 12/2009 (21-7-2009)

Sukacita dalam Memberi

 
_______________________________e-JEMMi________________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI 1: Dana Misi
ARTIKEL MISI 2: Masih Mungkinkah Mengutus Misionaris ke Luar Negeri?
SUMBER MISI: Presbyterian Church (USA)
DOA BAGI MISI DUNIA: Peru, Honduras
DOA BAGI INDONESIA: Bom yang Mengguncang Jakarta

______________________________________________________________________

       OBEYING GOD IS THE SHORTEST ROUTE TO SPIRITUAL SUCCESS
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Mengapa orang ingin memberi? Bagaimana Anda dan gereja Anda
  mengalami sukacita dalam memberi bagi misi? Artikel yang e-JEMMi
  sajikan berikut ini akan menolong kita semua belajar bagaimana
  memberikan pemberian yang baik dan benar melalui teladan dari jemaat
  di Makedonia dan bagaimana WEC Indonesia tetap menjalankan misi
  Amanat Agung, meskipun dengan keterbatasan dana dan daya.

  Selamat menyimak, semoga mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  orang lain.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/misi/
  http://misi.sabda.org/

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 1

                              DANA MISI

  Ketaatan Paulus kepada pimpinan Roh Kudus menghasilkan pelayanan
  yang berhasil. Di Makedonia, orang-orang percaya kepada Yesus dan
  menjadi orang Kristen yang benar-benar mengasihi Tuhan. Paulus
  menyaksikan ini kepada jemaat di Korintus, bahwa jemaat di Makedonia
  adalah jemaat yang luar biasa. Selagi dicobai dengan berat, sukacita
  mereka meluap, dan meskipun sangat miskin, mereka kaya dalam
  kemurahan. Tidak ada pujian yang lebih baik atau lebih layak
  daripada pujian yang pernah Paulus berikan bagi jemaat di Makedonia
  ini. Paulus merasakan ketaatannya mendatangkan hasil. Jemaat di
  Makedonia telah mempersembahkan seluruh hidup mereka kepada Tuhan.
  Kasih mereka begitu meluap-luap. Mungkin ini adalah kasih mula-mula
  yang mereka alami.

  Kehidupan yang dipersembahkan pada Kristus membuat mereka
  mempersembahkan waktu, tenaga, dan apa yang mereka miliki, padahal
  mereka sangat miskin. Sangat miskin berarti profesi mereka mungkin
  adalah pembantu-pembantu (budak-budak yang sudah bebas), dan umumnya
  upah pembantu ini sangat rendah. Tetapi ini tidak mengurangi kasih
  mereka dan persembahan mereka kepada Tuhan. Betapa menyedihkan kalau
  orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan hidup berkelimpahan hanya untuk
  diri sendiri sehingga menimbun segala kekayaan mereka dalam
  deposito, padahal dana itu akan memiliki nilai kekekalan jika
  dipersembahkan untuk pelayanan misi ke seluruh dunia, juga ke
  Indonesia. Tujuan Allah memberkati kita adalah supaya kita menjadi
  berkat. Kalau jemaat Makedonia yang miskin mampu mempersembahkan
  lebih dari kemampuan mereka, apalagi kita yang mampu, tentu akan
  mempersembahkan sesuatu yang lebih baik.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Misi, Diskusi dan Doa
  Penulis: Dr. Makmur Halim
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 2000
  Halaman: 33 -- 34

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 2

         MASIH MUNGKINKAH MENGUTUS MISIONARIS KE LUAR NEGERI?

  Makin lama krisis moneter memengaruhi ekonomi Indonesia, makin
  banyak gereja dan orang Kristen yakin bahwa Indonesia tidak dapat
  lagi mengutus misionaris ke luar negeri. "Mahal sekali," komentar
  beberapa orang Kristen. "Apalagi jika misionaris kita masih harus
  mempelajari bahasa Inggris di Barat." Sekarang banyak orang mulai
  tawar hati. Sayang sekali, jika gereja-gereja Indonesia yang baru
  mulai terlibat dalam misi sedunia, sudah harus berhenti lagi. Hanya
  sedikit orang Kristen yang masih percaya bahwa Indonesia tetap dapat
  memainkan peranan penting dalam penginjilan sedunia walaupun
  menghadapi krisis moneter.

  Sejarah sending WEC membuktikan, bahwa kita tidak harus putus asa
  dan menyerah, walaupun ada banyak kesulitan. WEC International
  paling cepat bertumbuh pada waktu Perang Dunia II. Pada waktu itu,
  badan misi kami mengalami kesulitan luar biasa, karena tenaga yang
  bersedia melayani Tuhan secara lintas budaya, terbatas sekali akibat
  keterlibatan generasi muda dalam perang. Selain itu, uang sedikit
  sekali karena para donatur lebih sering memikirkan tentara-tentara
  mereka daripada orang di negara-negara yang jauh dari mereka. Pada
  waktu itu, hampir mustahil mendapatkan izin untuk merintis pelayanan
  ke suku, daerah, dan negara baru. Tetapi para pemimpin WEC
  International tidak ingin frustrasi dan tawar hati. "Zaman yang
  sulit merupakan kesempatan untuk menyaksikan apa yang Tuhan masih
  dapat lakukan walaupun tidak berubah. Bagi Tuhan, tidak sukar untuk
  menolong, baik dengan banyak maupun dengan sedikit. Bandingkan
  pengalaman Yonatan yang berani dan mengalahkan banyak orang
  Filistin, karena dia mengharapkan bahwa Tuhan bertindak baginya (1
  Samuel 14)." Dan akhirnya, mereka diikutsertakan dalam kemenangan
  Tuhan.

  Satu contoh lagi, bahwa apa yang mustahil bagi manusia tidak
  mustahil bagi Tuhan. Pada tahun 1931, pendiri misi kami, C.T. Studd,
  meninggal. Pemimpin-pemimpin kami berdoa supaya Tuhan memberi
  sepuluh orang dalam 1 tahun yang dapat menjadi tanda bagi mereka dan
  dunia, bahwa Tuhan tetap memberi tugas untuk penginjilan dunia
  kepada WEC International. Allah begitu setia. Dia mengutus sepuluh
  tenaga baru yang bersedia untuk bergabung dengan WEC International.
  Orang terakhir baru datang 10 hari sebelum tanggal yang ditentukan.
  Tuhan tidak hanya memberi calon-calon, Dia juga mencukupi semua yang
  mereka butuhkan. Tahun berikutnya, WEC dapat mengutus 15 orang,
  sesudah itu 25 dan 50 orang, tahun berikutnya lagi 75 orang.
  Mukjizat ini Tuhan buat supaya kita lebih percaya kepada-Nya.
  Walaupun situasi sulit, iman orang percaya masih dapat berhasil.
  Semua gereja dan gerakan rohani pertama-tama mengalami pergumulan
  yang berat. Sejarah gereja Indonesia dapat memberi contoh demi
  contoh, karena tanpa pengorbanan, keberanian, penderitaan, dan
  pergumulan, Kerajaan Allah tidak dapat dibangun di dunia ini.

  Hal yang sama juga kita alami sekarang dalam mengutus misionaris
  dari Indonesia. Jangan kita takut dan menyerah, Tuhan sanggup
  membuat perkara-perkara yang lebih besar. Mari kita belajar dari
  sejarah gereja dan generasi tua kita! Mari kita bersedia untuk
  berkorban dan berjuang bagi Kerajaan Allah, supaya pada masa depan
  kita dapat menyaksikan apa yang Tuhan buat lewat gereja-gereja di
  Indonesia. Tuhan tidak berubah, Dia tetap sama dan sanggup melakukan
  perkara-perkara besar.

  Iman, Suatu Tiang Rohani WEC

  Iman adalah prinsip kedua WEC yang merupakan dasar rohani badan misi
  kami. Kami mengetahui bahwa tanpa iman, kami tidak dapat melakukan
  apa-apa. Supaya kami berhasil dalam pelayanan kami, Ibrani 12:2
  menjadi patokan bagi kehidupan kami: "Marilah kita melakukannya
  dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam
  iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan." Dengan
  iman seperti ini, kami dapat menghadapi apa saja. Tuhan yang hidup
  di dalam kami akan menolong dan memampukan kami untuk berhasil bagi
  Kerajaan-Nya. Jika kami menghadapi kesulitan dan pergumulan, kami
  mengetahui bahwa Allah ada di pihak kami dan Dia yang memerhatikan
  kami sebagai anak-anak-Nya.

  Allah itu setia dan tidak akan mengabaikan kami. Itu sebabnya dalam
  hal materi, kami juga mengandalkan Tuhan, bukan manusia. Jika Tuhan
  memanggil kami untuk melayani lintas budaya, Dia juga mencukupkan
  kebutuhan kami. Tidak mungkin bahwa Dia memberi tugas dan tidak
  memperlengkapi kami. Jika seseorang ingin bergabung dengan WEC, kami
  menjelaskan kepadanya bahwa dia harus bergantung kepada Tuhan, bukan
  kepada sending WEC. Allah yang menanggung, bukan manusia atau misi
  WEC. Allah sebagai Abba tidak hanya mencukupi kebutuhan rohani
  manusia, melainkan juga kebutuhan material. Jika kami bersaksi bahwa
  kami beriman, kami juga harus menantikan segala sesuatu dari Tuhan,
  dan bukan dari manusia atau dari WEC International. Ini penting bagi
  kami, supaya kesaksian kami tetap baik.

  Berulang kali, para misionaris WEC di seluruh dunia dapat memberi
  kesaksian tentang kesetiaan Tuhan. Allah dimuliakan karena Dia
  begitu luar biasa dalam memerhatikan anak-anak-Nya. Sampai sekarang,
  Tuhan selalu memberikan apa yang kami butuhkan. Dalam sejarah WEC,
  kami dapat membuka ladang demi ladang, lebih dari 1.800 orang sudah
  bergabung dengan WEC, karena Tuhan memanggil dan memampukan serta
  menolong mereka secara material. Bagi kami sangat penting, bahwa
  tiap misionaris kami bergantung kepada Allah saja. Jika kami
  mengharapkan manusia, kami dapat menjadi kecewa karena situasi para
  donatur dapat berubah dan tiba-tiba dia tidak mampu lagi untuk
  mendukung tenaga kami. Itu sebabnya sangat penting, bahwa kami
  melayani Tuhan dengan sukacita. Jika kami hanya mendapatkan sedikit
  uang, kami tetap ingin melayani dengan hati yang bersyukur kepada
  Tuhan. Seandainya kami diberikan banyak, kami tidak ingin
  mementingkan diri sendiri, melainkan tetap mengutamakan pemberitaan
  Injil.

  Walaupun WEC mengharapkan anggota-anggotanya hidup sederhana, ini
  tidak berarti bahwa mereka harus selalu hidup jauh di bawah standar
  orang-orang yang mereka layani. Mereka harus menyesuaikan dengan
  keadaan orang yang dilayani, sehingga mereka dapat menjadi
  saksi-saksi yang baik. Pada permulaan, WEC International banyak
  melayani orang-orang yang tidak mampu, sehingga para misionaris kami
  juga tidak perlu banyak untuk tinggal di tengah-tengah mereka. C.T.
  Studd, misalnya, tidak memunyai apa-apa, karena harta kekayaannya
  sudah dia serahkan kepada Tuhan dan orang lain. Dia melayani dengan
  hati yang tulus dan hanya dapat membagi Injil. Sekarang situasi
  sudah lain sekali. Banyak dari tenaga kami melayani di antara orang
  yang berpendidikan di kota-kota besar, sehingga untuk tidak menjadi
  batu sandungan, mereka tidak dapat hidup seperti C.T. Studd. Dengan
  bergantung pada Tuhan, mereka harus menemukan gaya hidup yang paling
  cocok untuk menjadi utusan Injil di lingkungan seperti ini.

  Kami ingin bahwa kami selalu berjalan di dalam terang Tuhan. Jika
  kami tidak kaya, kami tidak ingin merasa minder, karena milik kami
  lebih sedikit daripada orang lain. Kami juga menjaga supaya kami
  dapat bergaul luas dan tidak kaku di kalangan orang kaya walaupun
  kami tidak sekaya mereka. Jika seseorang 100% bergantung kepada
  Tuhan dan tidak terikat pada pendapat manusia, dia dapat bergaul
  sopan dan wajar, walaupun dompetnya tipis. WEC International
  mengajarkan anggota-anggotanya, bahwa memberi lebih berbahagia
  daripada menerima. Di dalam keluarga WEC, biasanya anggota-anggota
  yang lebih mendukung dan memerhatikan yang lain yang hidupnya
  pas-pasan. Jika kami memberikan atau mendapatkan uang, kami tidak
  ingin diikat dengan para pemberi atau mengikat orang yang mendukung
  kami. Jika Tuhan si Pemberi utama, manusia selalu nomor dua. Kami
  ingin berterima kasih kepada para donatur dan juga menghargai
  pemberian-pemberian mereka, tetapi kami hanya ingin taat kepada
  Allah saja, supaya pelayanan di ladang misi tetap maju.

  Kami sadar, jika kami beriman, kami berfokus kepada Tuhan dan
  bersedia untuk mendengar perintah-perintah-Nya. Hanya dengan iman,
  dunia dapat dimenangkan bagi Kristus sesuai dengan Ibrani 11, di
  mana pahlawan-pahlawan iman disebutkan yang melakukan hal besar,
  karena dimampukan oleh Allah lewat iman. Doa kami agar misionaris
  kami juga menjadi saksi iman di mana mereka berada.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Terang Lintas Budaya, Edisi 29, Tahun 1998
  Penulis: Tim Terang Lintas Budaya
  Penerbit: Yayasan Terang Lintas Budaya, Sidoarjo 1998
  Halaman: 2 -- 4

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

PRESBYTERIAN CHURCH (USA)
==> http://www.pcusa.org/
  Presbyterian Church (USA) adalah gereja Reformed yang memiliki lebih
  dari 10.000 jemaat dan 14.000 pelayan aktif. Gereja yang memiliki
  kantor pusat di Louisville, Kentucky, ini memiliki banyak sekali
  program dan aktivitas pelayanan. Sebut saja di antaranya program
  untuk orang-orang yang kelaparan dan baru saja mengalami musibah
  bencana alam serta bantuan untuk para pelajar. Jika Anda memiliki
  kerinduan untuk membantu pelebaran kerajaan Allah di bumi ini,
  mengunjungi situs ini adalah langkah awal yang tepat. Melalui
  situsnya, Presbyterian Church (USA) membuka kesempatan untuk Anda
  dapat membantu pelayanan mereka. Karena jenis pelayanannya beragam,
  maka Anda pun juga memiliki banyak pilihan pelayanan yang bisa Anda
  bantu. Untuk lebih jelasnya, silakan Anda mengunjungi situs gereja
  yang juga menyediakan bahan-bahan yang menambah wawasan Anda ini.
  Selamat berkunjung, selamat memberi, dan semoga mendapat berkat!

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

P E R U
  Saat ini setidaknya masih ada satu rumah ambruk di setiap dua atau
  tiga rumah yang masih berdiri di Chinca, Peru. Gempa bumi yang
  mengguncang daerah tersebut pada Agustus 2008 menewaskan lebih dari
  enam ratus orang -- terutama anak-anak yang sedang bersekolah pada
  saat gempa tersebut terjadi.

  Setelah musibah tersebut berlalu, kota yang dihuni sekitar sembilan
  puluh keluarga tersebut dalam keadaan stagnan. Tidak ada pasar yang
  buka, dan sebagian orang tidak dapat memperoleh makanan. Mereka yang
  memiliki makanan mengumpulkan bahan-bahan makanan yang mereka miliki
  dan membuat apa yang mereka sebut sebagai dapur sup "kuali
  komunitas" untuk membantu mereka yang membutuhkan. Hal itu mereka
  lakukan selama 3 hari sebelum Food for the Hungry datang untuk
  meninjau keadaannya. Food for the Hungry bekerja sama dengan relawan
  di dapur sup tersebut dan memberikan pelatihan.

  Dapur sup tersebut masih ada hingga saat ini. Seorang wanita bernama
  Marisol membantu merencanakan dan menyiapkan makanan serta
  merencanakan produksi. Ia menjelaskan bahwa sebelum gempa bumi
  tersebut, orang-orang di komunitas tersebut rata-rata hanya peduli
  pada diri mereka sendiri. Sekarang ini mereka semua lebih
  berorientasi kepada komunitas.

  Marisol juga diberkati dengan sebuah rumah yang baru dibangun karena
  keterlibatan langsungnya dalam program penjangkauan. Ia juga ikut
  serta dalam proses pembangunan.

  Bantuan yang diberikan oleh Food for the Hungry tidak hanya sekadar
  barang atau jasa. Mereka juga memberikan dukungan sosial dan
  spiritual. Bagi mereka yang telah mendengar tentang Tuhan, mereka
  sekarang telah mengerti bagaimana hidup untuk Tuhan.

  Gempa bumi tersebut mungkin saja membuat orang mempertanyakan
  kepercayaan mereka, dan Food for the Hungry datang ke sana dengan
  jawaban. Seorang wanita, yang suaminya adalah pemimpin komunitas di
  sana, berkata bahwa ia percaya suaminya sekarang telah merasakan
  kasih Tuhan. (t/Benny)
  Diterjemahkan dari: Mission News, Juni 2009
  Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/12742
  Pokok doa:
  * Mengucap syukur atas keberadaan Food for the Hungry di Peru yang
    telah banyak membantu melayani orang-orang di Peru pascagempa bumi
    beberapa waktu lalu, doakan agar Tuhan memberi kekuatan kepada
    setiap staf maupun sukarelawan yang terlibat di dalamnya sehingga
    dapat melayani mereka yang mebutuhkan bantuan dan pertolongan.
  * Doakan agar setiap orang di Peru, khususnya orang percaya, dapat
    melihat kejadian yang mereka alami beberapa waktu yang lalu
    sebagai cara Allah mengingatkan mereka agar terus setia dan
    beriman kepada Allah.

H O N D U R A S
  Beberapa waktu yang lalu, gempa berskala 7;1 SR mengguncang pantai
  Honduras, merusak Pulau Roatan, namun tidak merusak tempat di mana
  Buckner International bekerja.

  Randy Daniels dari Buckner berkata, "Sejauh yang kami tahu (dan dari
  laporan staf kami di Honduras), tidak ada kerusakan di tempat kami
  bekerja. Staf kami baik-baik saja. Meski terkejut karena gempa
  tersebut, namun gempa tersebut tidak menyebabkan kerusakan yang
  besar." Randy berkata bahwa semula ia menyangka kerusakannya akan
  lebih besar daripada yang dilaporkan, namun ia bersyukur karena
  ternyata kerusakannya tidak seberapa besar.

  Mayoritas kerusakan yang timbul akibat gempa bumi tersebut adalah di
  Pulau Roatan, bukan di daerah pusat, meski beberapa rumah ambruk dan
  kabel telepon serta listrik putus. "Kami tidak membatalkan
  perjalanan-perjalanan misi jangka pendek yang telah direncanakan ke
  Honduras," ujar Randy, "termasuk satu yang datang pada hari ini."
  Meski demikian, Randy juga berkata, "Honduras adalah salah satu
  negara termiskin di Amerika, dan gempa yang mengguncang mereka,
  tidak peduli berapa besar kerusakan yang diderita, membuat mereka
  semakin menderita."

  Doakan untuk orang-orang dari Pulau Roatan, yang mengalami kerusakan
  parah, dan seluruh rakyat Honduras. Doakan juga Buckner agar dapat
  memakai keadaan ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan pelayanan
  mereka di Honduras dan membagikan Injil kepada masyarakat di sana
  dalam masa-masa sulit ini. (t/Benny)
  Diterjemahkan dari: Mission News, Juni 2009
  Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/12734
  Pokok doa:
  * Mengucap syukur atas perlindungan yang Tuhan berikan kepada staf
    Buckner International yang sedang melayani di Honduras, sehingga
    mereka selamat dari gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu.
  * Berdoa juga untuk pemulihan trauma yang dialami oleh masyarakat
    Honduras, agar Tuhan memampukan staf Buckner International dalam
    melayani masyarakat Honduras dan membangkitkan semangat mereka.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                     BOM YANG MENGGUNCANG JAKARTA

  Bom yang mengguncang Jakarta, Jumat, 17 Juli 2009, seolah membuka
  kembali luka lama yang pernah menimpa bangsa Indonesia beberapa
  tahun silam. Bagaikan petir di tengah teriknya siang, peristiwa
  pengeboman di dua jaringan hotel internasional -- JW. Marriott dan
  Ritz-Carlton -- yang menewaskan 8 jiwa dan melukai 53 orang itu amat
  menyentak rasa aman publik. Hampir 4 tahun tidak terdengar aksi
  pengeboman semacam ini. Masyarakat amat diyakinkan, aksi terorisme
  telah pupus. Itulah salah satu ironi zaman ini. Ketika dunia merasa
  aman, maju, dan beradab, gerakan dan aksi biadab terorisme tidak
  tinggal diam.

  Sumber: Kompas Selasa, 21 Juli 2009, Halaman 5 dan 6

  POKOK DOA:

  1. Doakan keluarga korban yang meninggal akibat pengeboman hotel JW.
     Marriott dan Ritz-Carlton, agar Tuhan memberi kekuatan dan
     ketabahan kepada mereka.

  2. Doakan juga korban yang luka-luka, agar Tuhan memberi kesembuhan
     dan ketabahan dalam menghadapi pencobaan ini, khususnya yang
     masih dirawat di rumah sakit atau di rumah.

  3. Berdoa agar Tuhan memberi hikmat dan ketelitian pada pihak
     berwajib yang sampai hari ini masih terus berusaha mencari dalang
     di balik peristiwa yang sangat terkutuk ini. Biarlah keadilan
     ditegakkan dan pemerintah memberi hukuman bagi para pelakunya.

  4. Berdoa bagi aparat pemerintah yang mencoba meningkatkan
     pengamanan pascaledakan bom, agar Tuhan menolong mereka.

  5. Efektivitas lembaga dan petugas antiteror memerlukan dukungan
     dan partisipasi kita, warga yang sadar dan bertanggung jawab.
     Doakan agar baik pemerintah maupun masyarakat dapat bekerja sama
     dan bersikap kritis dalam mengungkap kasus ini.

  6. Doakan agar masyarakat semakin waspada tanpa harus menjadi
     ketakutan, sehingga kegiatan sehari-hari terus bisa berlangsung
     dengan baik.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti ,Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org