Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2013/28 |
|
e-JEMMi edisi No. 28 Vol. 16/2013 (12-11-2013)
|
|
November 2013, Vol.16, No.28 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ e-JEMMi -- Gereja dan Misi (I) No. 28, Vol. 16, November 2013 Shalom, Gereja Tuhan sejatinya adalah sekumpulan orang berdosa yang telah ditebus dan disucikan oleh darah Kristus. Tak hanya menikmati penebusan dan keselamatan itu, gereja seharusnya juga menjadi wakil Kerajaan Allah yang berdampak besar bagi dunia di sekitarnya. Pada edisi bulan ini, e-JEMMi akan membahas mengenai hubungan gereja Tuhan dengan tugas yang diembannya. Kiranya apa yang kami sajikan ini dapat mendorong pembaca sekalian untuk semakin serius dalam mendoakan gereja Tuhan agar dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Pemimpin Redaksi e-JEMMi, Yudo < yudo(at)in-christ.net > < http://misi.sabda.org/ > ARTIKEL MISI: APA MISI GEREJA? Mungkin, ada banyak pendapat mengenai berbagai tugas dan fungsi gereja, tetapi beberapa hal berikut ini dapat mewakili empat hal yang menjadi prioritas gereja. 1. Memberitakan Injil ke seluruh dunia dan menjadikan setiap bangsa murid Tuhan. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20) "Lalu Ia berkata kepada mereka: `Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.`" (Markus 16:15) Kedua cuplikan Alkitab di atas, yang sering kali dikenal sebagai Amanat Agung, adalah perintah terakhir Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia terangkat ke surga. Catatan Injil menurut Markus menyatakan bahwa perintah Yesus untuk para murid adalah untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia, sedangkan Matius menekankan perintah itu kepada gereja, yaitu untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Kombinasi dari kedua elemen ini, penginjilan dan pemuridan, secara umum dikenal sebagai misi Kristus yang harus dikerjakan oleh gereja-Nya. "Penginjilan" adalah pelayanan dalam bentuk pemberitaan Injil Yesus Kristus yang membawa jiwa manusia ke dalam persekutuan dengan Allah, sedangkan "pemuridan" adalah pelayanan yang tujuannya untuk memperlengkapi orang-orang percaya agar menjadi murid yang disiplin dalam mengikut Kristus dan ajaran-ajaran-Nya. Pada kenyataannya, misi yang diemban gereja adalah perpanjangan dari pelayanan Kristus selama di dunia (Yohanes 14:12). Yesus memandang bahwa seluruh tujuan pelayanan-Nya bertumpu pada satu tujuan, yaitu untuk menebus jiwa manusia bagi dunia yang akan datang. "Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang." (Matius 18:11) Dan pada gilirannya, Ia meneruskan tujuan pelayanan yang sama kepada para murid-Nya. Katanya kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19) Di kemudian hari, rasul Paulus memberi konfirmasi bahwa pelayanan yang bertujuan untuk membawa seluruh bangsa kepada Allah juga telah diteruskan kepada setiap orang yang telah dibawa kepada- Nya (telah menjadi jemaat Allah). Dalam suratnya, Paulus menulis, "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:18) Membawa jiwa kepada Yesus Kristus adalah tujuan hidup setiap orang percaya, bukan hanya para pendeta dan para penginjil. Mungkin, pernyataan terbaik yang merangkum misi Kristus dan gereja-Nya ini terdapat dalam bagian kitab Yesaya yang dibacakan oleh Yesus ketika Ia mengajar di sebuah sinagoge di Nazaret. Saat itu, Ia membaca bagian ini, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19) 2. Untuk melayani sebagai komunitas yang memuji dan bersekutu bersama, dengan demikian mewujudkan kehadiran dan kasih Kristus. "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20) Sejak semula, Allah menciptakan manusia demi diri-Nya, supaya mereka dapat menikmati persekutuan dengan-Nya dalam penyembahan kepada-Nya (Wahyu 4:11; Yohanes 4:23). Karena itu, salah satu dimensi tujuan Allah bagi gereja-Nya adalah untuk mengumpulkan umat-Nya dan menyediakan sebuah lingkungan khusus sehingga mereka dapat menyembah Tuhan bersama-sama. Di dalam lingkungan penyembahan itulah, kita dapat mengekspresikan kasih kita kepada-Nya dan kepada satu sama lain. Yesus menggambarkan hal ini sebagai cita-cita tertinggi dalam kekristenan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:30-31) Tuhan sangat disenangkan ketika menerima kasih dan penyembahan yang dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak-Nya, dalam kesatuan dan kasih terhadap satu sama lain (Efesus 4:1-4; 1 Yohanes 1:7). Kehadiran-Nya diwujudkan dalam lingkungan semacam itu. Sebaliknya, kehadiran-Nya juga membuat kesaksian kita menjadi nyata di mata dunia. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35) Pada awalnya, kebaktian pada hari Minggu diciptakan untuk meniru persekutuan Hari Tuhan yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Persekutuan yang dilakukan pada zaman itu juga termasuk sebuah jamuan kasih (Kisah Para Rasul 20:7). Pada waktu itu, mereka akan berbagi makanan bersama-sama (Kisah Para Rasul 2:46) dan mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan (perjamuan kudus) untuk mengakui tubuh Kristus yang telah dikurbankan dan untuk mengakui tubuh-Nya yang terkasih, yaitu gereja. Persekutuan itu adalah sebuah perwujudan kasih kepada Allah dan kepada sesama orang percaya. 3. Untuk mendewasakan orang-orang percaya dan mempersiapkan mereka untuk melakukan tugas pelayanan. "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita- pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus ...." (Efesus 4:11-12) Ini adalah misi penting lainnya yang harus dikerjakan oleh gereja, khususnya oleh para pelayannya, yaitu untuk menguatkan orang-orang percaya dan memperlengkapi mereka demi tugas pelayanan. Gereja seharusnya menjadi sebuah tempat yang memiliki atmosfer yang mendukung pertumbuhan rohani. Di sanalah seharusnya firman Tuhan diajarkan, menjadi tempat orang-orang percaya diteguhkan, dididik, dan dipimpin menuju kedewasaan. Tujuannya bukanlah hanya untuk mendasarkan iman mereka dalam Kristus saja, melainkan juga untuk mempersiapkan mereka dalam melayani. Sesuai dengan rencana Allah, setiap anggota tubuh Kristus dipanggil untuk melayani di setiap aspek pelayanan (Roma 12:6; 1 Korintus 12:14-31), terutama dalam bidang-bidang yang membawa jiwa-jiwa kepada Kristus (2 Korintus 5:17). Bahkan, seorang awam pun juga dituntut untuk mendorong dan memacu sesama orang percaya untuk mengerjakan tugas pelayanan. Dan, menurut Kitab suci, ini adalah salah satu dari tujuan utama mengapa kita datang ke gereja. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25) 4. Untuk mewakili Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia dan untuk memengaruhi masyarakat di sekitar kita dengan prinsip-prinsip ilahi. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:13-14) Yesus menggunakan garam dan terang sebagai metafora atas karakter gereja-Nya yang berdampak di tengah-tengah dunia. Secara historis, garam selalu menjadi komoditas berharga yang salah satu kegunaannya adalah untuk membasmi kuman sehingga menangkal infeksi. Sedangkan terang adalah kekuatan yang menghalau kegelapan dan menjadi elemen penting dalam kehidupan manusia. Sama halnya dengan kehadiran gereja di tengah-tengah dunia. Gereja menjadi semacam pembasmi kuman yang diberikan Kristus untuk menangkal dosa, gereja menjadi kuasa kebenaran Allah yang sifatnya selalu membasmi infeksi yang disebabkan oleh kejahatan. Gereja dimaksudkan untuk mewakili Allah dalam masyarakat. Gereja tidak pernah diciptakan untuk menjadi pasif, tidak juga untuk terkurung di dalam gedungnya. Sebaliknya, gereja diciptakan untuk terlibat secara aktif menjadi katalis antara kehendak Allah yang luhur dengan dunia di sekitar kita. Kehendak Kristus atas gereja-Nya adalah agar gereja menyatakan cahayanya dan bersinar bagi dunia. Ia juga mau agar gereja-Nya mengasihi, memberi perhatian, dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan sambil tetap menjunjung tinggi kebenaran penebusan dan pengajaran Yesus Kristus. "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." (Titus 3:14) Yesus berkata kepada gereja-Nya, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) (t/Yudo) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Victorious Alamat URL: http://www.victorious.org/churchbook/chur04.htm Judul asli artikel: What is the Mission of the Church? Penulis: Dale A. Robbins Tanggal akses: 23 Oktober 2013 PROFIL BANGSA: SUKU PEAR DARI KAMBOJA BAGIAN TIMUR Sejarah Ada enam suku bangsa minoritas di Kamboja yang secara linguistik saling berhubungan: suku Chong, suku Por (Peur, Pear), suku Samre, suku Saoch, suku Somrya, dan suku Suoy (Suy). Keenam suku bangsa ini berbeda, baik secara etnis maupun linguistik, dari suku bangsa mayoritas bangsa Khmer lainnya. Jumlah total mereka tidak lebih dari 10.000 jiwa, bahkan di antara suku-suku ini ada yang jumlahnya hanya beberapa ratus orang saja. Suku bangsa Chong juga dapat ditemukan di Provinsi Trat dan Chantaburi di Thailand. Secara historis, suku tersebut adalah suku pertama yang mendiami Kamboja dan wilayah Khmer kuno. Selama periode Angkor (masa keemasan Kekaisaran Khmer yang dimulai pada tahun 208 sM -- 1431 M --red.), ada bukti-bukti yang meyakinkan bahwa keenam suku bangsa ini dieksploitasi sebagai budak. Suku-suku bangsa ini juga dikenal sebagai penanam dan penghasil kepulaga. Juga, ada laporan yang mengatakan bahwa Tentara Khmer Merah menindas suku-suku ini sehingga mengakibatkan hilangnya tanah adat mereka seiring konflik yang berlangsung selama beberapa dekade di Kamboja. Saat ini, keenam suku bangsa ini tersebar di sebelah barat sungai Mekong. Kebanyakan dari mereka sekarang dapat berbicara dalam bahasa Khmer dan sudah lebih terasimilasi dengan bangsa Khmer sendiri. Generasi muda mereka bahkan tidak lagi menggunakan bahasa suku, tetapi hanya berkomunikasi menggunakan bahasa Khmer saja. Meskipun beberapa generasi yang lebih tua masih menggunakan bahasa suku mereka, tetapi diperkirakan bahasa itu akan punah hanya dalam beberapa generasi saja. Informasi mengenai suku-suku bangsa ini sangat terbatas, bahkan sebuah survey yang dilakukan untuk menemukan suku Chong baru-baru ini dinilai gagal karena tidak menemukan keberadaan mereka. Meskipun ditemukan referensi-referensi sejarah yang menyebutkan keberadaan mereka di wilayah Kamboja, tetapi kemungkinan besar suku Chong kini tidak lagi berdiam di negara tersebut. Seperti apa kehidupan mereka? Suku Pear tinggal di desa-desa terpencil yang sering kali berada jauh di tengah- tengah wilayah hutan. Sebagian besar mata pencarian mereka adalah bertani. Sawah mereka biasanya terletak jauh di dalam hutan dan setiap beberapa tahun sekali, mereka melakukan perpindahan lahan. Suku ini sangat bergantung pada musim sehingga jika terjadi banjir atau kekeringan, mereka akan mengalami kekurangan pangan. Selain bertani, mereka juga menanam sayur-sayuran dan pisang; mereka juga mengumpulkan hasil hutan seperti getah resin, kayu bakar, dan arang. Beberapa dari mereka masih berdiam di gunung Krâvanh (secara harfiah berarti gunung Kepulaga) dan mengumpulkan kepulaga dari hutan. Biasanya, mereka tinggal di rumah yang sederhana yang terbuat dari bambu. Rumah itu rendah dan hanya memiliki satu kamar, biasanya atap dan dindingnya terbuat dari dedaunan, bambu atau kayu. Kebanyakan dari mereka masih buta huruf karena kesempatan pendidikan masih sangat terbatas dan dilaksanakan dalam bahasa nasional Khmer. Apa kepercayaan mereka? Orang-orang Pear masih menganut animisme. Mereka menyembah Neak Ta atau Arak, yang mereka percayai sebagai roh-roh yang sangat kuat dan dapat mencelakakan mereka. Orang-orang Pear percaya bahwa kedua roh ini hanya dapat ditenangkan melalui persembahan-persembahan sesaji. Orang-orang Pear sering kali mempraktikkan pengobatan tradisional yang sebenarnya merupakan gabungan dari praktik spiritisme dan penggunaan tanaman obat-obatan yang mereka kumpulkan dari hutan. Namun, praktik pengobatan semacam ini jarang berhasil, sebaliknya sangat berbahaya. Mereka hidup dalam budaya yang sangat terikat oleh takhayul dan dicekam ketakutan terhadap roh-roh. Contohnya, orang-orang Pear yang hidup di tepi hutan Kepulaga memiliki "aturan-aturan" spesifik mengenai bagaimana mereka harus mengumpulkan kepulaga di hutan. Apa kebutuhan mereka? Orang-orang dari suku bangsa ini sangat miskin dan dianggap remeh oleh mayoritas bangsa Khmer. Mereka tidak memiliki akses yang cukup kepada pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dan, yang lebih penting, mereka membutuhkan orang-orang yang rindu untuk menuntun mereka kepada Kabar Baik. (t/Yudo) Pokok Doa: 1. Berdoalah kepada Allah supaya Ia mengirim pekerja-pekerja-Nya untuk memberitakan Kabar Baik di tengah-tengah suku bangsa ini. 2. Mintalah kepada Allah supaya dengan kuasa-Nya, Ia melepaskan suku bangsa ini dari keterikatan terhadap roh-roh jahat. 3. Doakan juga agar Allah menggerakkan pemerintah Kamboja untuk memerhatikan kebutuhan suku bangsa ini, terutama untuk akses kepada pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai. Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Joshua Project Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=CB&peo3=14351 Judul asli artikel: Pear, Eastern of Cambodia Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 24 Oktober 2013 Kontak: jemmi(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |