Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/26 |
|
e-JEMMi edisi No. 26 Vol. 13/2010 (30-6-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL PROFIL BANGSA: Aheu Luang di Laos SUMBER MISI: Windows of Hope KESAKSIAN MISI: Tidak Rela Membayar Harga TOKOH MISI: Eric Liddell -- Lebih dari Pemenang DOA BAGI MISI DUNIA: Kenya, Eritrea DOA BAGI INDONESIA: Pelayanan SY di Jawa Tengah ______________________________________________________________________ WE SHOULD WORK HARDER TO BE WHAT WE SHOULD BE RATHER THAN TO HIDE WHAT WE ARE ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Suku bangsa Aheu merupakan satu dari sekian banyak suku bangsa di dunia yang membutuhkan Injil Yesus Kristus. Mungkin karena suku bangsa ini tidak begitu dikenal oleh kebanyakan orang (atau mungkin juga karena alasan yang lain), sehingga Injil belum menjangkau mereka. Pola hidup yang sederhana dan ikatan kekeluargaan yang sangat kuat merupakan salah satu ciri yang cukup menonjol dari suku yang tergolong primitif ini. Mari berdoa agar Tuhan membuka jalan bagi masuknya Injil ke suku ini, sehingga masyarakat di suku Aheu dapat segera mendengar Injil Yesus Kristus. Selamat berdoa, Tuhan Yesus memberkati. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti < novita(at)in-christ.net > http://misi.sabda.org http://fb.sabda.org/misi ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI AHEU LUANG DI LAOS Wurm dan Hattori dalam buku mereka, ",1981 Language Atlas of the Pacific Area", menyatakan bahwa ada tiga kelompok etnik berbeda yang menetap di Laos Tengah: Thavung (500 orang; berlokasi di pinggir sungai Theun, bagian timur dan selatan Lak Sao); Phonsung (500 orang; berlokasi di sekitar bagian timur Ban Song Khone, Sungai Theun, bagian selatan Thavung); dan Kha Tong Luang (200 orang; di perbatasan Vietnam, Celah Mu Gia, bagian utara Ban Xang). Seluruh lokasi ini berada dalam Wilayah Nakay di provinsi Khammouan. Namun, akhir-akhir ini sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa ketiga kelompok tersebut ternyata memiliki persamaan etno-kultural; selain itu, ketiganya juga berbicara dengan bahasa yang sama. Oleh karena itu, ketiganya dimasukkan sebagai satu kelompok dengan nama Aheu. Dari ketiga kelompok kecil Aheu, hanya Thavung yang berlokasi di luar Laos. Tiga pemukiman Thavung berlokasi di Provinsi Sakonnakhon, Thailand. Yang terkecil dari kelompok Aheu adalah Kha Tong Luang, yang berarti "Budak dari Daun Kuning". Kelompok ini bernaung di rumah yang terbuat dari daun pisang. Jika daun itu layu dan berwarna kekuning-kuningan mereka meninggalkannya dan pindah ke lokasi baru di hutan. Walaupun mereka saling berbagi adat dengan penduduk Mlabri dari provinsi Xaignabouri, kedua kelompok memunyai bahasa yang beda. Kekristenan belum masuk dalam warga Aheu di Laos tengah. Tidak banyak yang berubah sejak laporan misi terakhir dari misionaris di Laos tahun 1900 diterbitkan: "Tidak ada misi Protestan di wilayah ini. Misi Katolik memunyai seorang pastor yang diutus ke Ma Kuk (pemukiman di bagian selatan Vientiene), dengan pengikutnya yang berjumlah sekitar 30 orang. Mereka juga memunyai seorang pastor di Gunung Sakon dengan jumlah pengikut yang lebih besar. Masyarakat di sana ramah, senang bergaul, kuat, sehat, namun opium menggerogoti mereka. Penyembahan roh sangat lazim dan kuasa roh sangat dipercayai di sana. Penduduknya menganut agama Buddha sebagai penangkal roh jahat, alih-alih sebagai pengakuan atas kebenarannya. Pada daerah tertentu, seperti Dan Sai, warga memelihara agama mereka; namun, di beberapa tempat lainnya kuil-kuil terlihat kosong dan tidak terawat. Pengabaran Injil dapat diterima dengan baik, bahkan diskusi di beberapa tempat sangat menarik" POKOK DOA: 1. Berdoalah agar Injil pada akhirnya dapat disampaikan kepada masyarakat Aheu yang telah hidup berabad-abad tanpa adanya kesaksian. 2. Mintalah agar Allah mengutus pekerja jangka panjang untuk menjangkau Aheu. 3. Mintalah agar penduduk Laos tengah memunyai kesempatan untuk menemukan pengampunan dosa dalam Yesus Kristus. (t/Uly) Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari: Judul artikel asli: Aheu Luang of Laos Nama situs: Joshua Project Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=LA&peo3=13129 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI WINDOWS OF HOPE ==> http://windowofhope.org Windows of Hope bermula dari kerinduan yang Tuhan tanamkan pada Dr. James Lindgren. Dokter dengan keahlian pediatri, penyakit dalam, dan pengobatan darurat ini meyakini pelayanan medis dan kemanusiaan merupakan landasan yang baik bagi pengabaran Injil. Dr. Lindgren dicerahkan oleh Matius 25:35-36: "Ketika Aku lapar, kamu memberi aku makan; ... ketika Aku telanjang, kamu memberi aku pakaian; ketika Aku sakit kamu melawat Aku ...." Pelayanan ini didirikan untuk tiga tujuan utama: mengurangi penderitaan umat manusia lewat pelayanan kemanusiaan dan medis, memberi kesadaran betapa berharga dan mulianya setiap manusia, serta mendemonstrasikan secara praktis kasih Yesus. Windows of Hope juga terbilang baik dan profesional dalam melakukan pelayanan misinya. Orang-orang yang rindu untuk melayani dalam jangka waktu tertentu dapat mengirimkan aplikasi mereka melalui situs ini. (RS) ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MISI TIDAK RELA MEMBAYAR HARGA Para komunis mengangkat dua foto di hadapan mata Natasha. Satu foto menunjukkan Aida Skripnikova, dalam kecantikan masa mudanya yang bagaikan bintang film. Yang kedua, foto orang yang sama yang menunjukkan efek-efek mengerikan dari kehidupannya di penjara di Soviet. Kecantikan belia Aida Skripnikova telah lenyap. Ia tersenyum dengan bibir pecah-pecah dan wajah yang pucat. Ia tampak bagai seorang wanita tua. Kontras di antara kedua foto demikian menyedihkan hingga tak terasa Natasha memalingkan wajah. Natasha, pendiri majalah bawah tanah Kristen Rusia, telah dimasukkan berkali-kali ke dalam penjara. Ketika ia dilepaskan, ia mulai mencetak majalahnya kembali, dengan diam-diam, dan sekali lagi ia ditangkap. Kali ini ia mungkin diberikan hukuman yang berat. Pada penangkapannya yang terakhir, para komunis kemudian menunjukkan kepadanya gambar dari Sadunaite, seorang biarawati Katolik muda, diikuti dengan fotonya yang mengenaskan ketika ia dilepaskan. Mereka juga menunjukkan kepadanya gambar dari Viltchinskaya, yang pada usia 21 telah kehilangan seluruh gigi dan rambutnya karena makanan yang kurang memadai dan kekurangan sinar matahari ketika dikurung dalam sel penjaranya dan bekerja di kamp-kamp kerja paksa. "Inilah yang menanti Anda," mereka mengatakan kepada Natasha, "kecuali Anda bekerja sama dengan kami dan melaporkan nama-nama rekan-rekan kerjamu." Untuk menyelamatkan kecantikan fisiknya sendiri, Natasha memberikan kepada para komunis nama dari 50 orang Kristen lainnya. Ia menempatkan rekan-rekan sekerja di gereja bawah tanahnya dalam risiko pemenjaraan dan penyiksaan. Ia sendiri masih dijatuhi hukuman 6 tahun dalam penjara. Natasha lupa akan Maria Magdalena yang luntur riasannya karena air mata yang berlinangan. Maria Magdalena pun mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi miliknya yang paling mahal, bahkan menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus. Natasha pun lupa akan Maria, ibu Yesus, patah hati, tersedu-sedu penuh kegetiran di kaki salib, lebih peduli akan Anaknya yang menderita dari pada rambutnya atau rupa lahiriahnya. Ia juga lupa akan Yesus, yang paling menderita, dengan wajah-Nya dan tubuh-Nya yang bengkak akibat pukulan, kotoran, dan ludah. Tubuh-Nya gemetar oleh kelelahan dan darah di mana-mana, yang mengurbankan penampilan-Nya sendiri sehingga "tidak ada keindahan yang membuat kita ingin melihat Dia" (Yesaya 53:2 FAYH). Jika Anda sampai pada pilihan yang dihadapkan kepada Natasha, apakah yang akan Anda perbuat? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Jesus Freaks Penulis: Toby McKeehan dan Mark Heimermann Penerbit: Cipta Olah Pustaka Halaman: 127 -- 128 ______________________________________________________________________ TOKOH MISI ERIC LIDDELL -- LEBIH DARI PEMENANG Eric Liddell sejak berusia 16 tahun sudah menunjukkan bakat alaminya yang luar biasa, dengan ditunjuk sebagai kapten regu kriket [permainan bola menggunakan tongkat pemukul, Red.] dan pemegang rekor lari 100 yard (91,44 meter). Pada tahun 1920, Eric menjadi mahasiswa di Universitas Edinburg. Dalam kurun waktu yang singkat, Eric menjadi bintang universitas di bidang atletik. Setelah beberapa saat, namanya segera menjadi pusat perhatian di seluruh tanah Skotlandia dan seluruh kerajaan Britania karena prestasinya yang luar biasa dalam berbagai kejuaraan atletik internasional. Pada tahun 1924, Eric mencapai puncak kejayaannya dalam bidang atletik setelah memenangkan medali perunggu dalam cabang lari 200 meter dan medali emas dalam cabang lari 400 meter kejuaraan Olimpiade di Paris. Skotlandia sangat menyanjung anak muda ini. Di lapangan olahraga Eric menunjukkan stamina, kegigihan, dan sportivitas yang tinggi. Kepolosan dan kerendahan hatinya juga mendapat tempat di hati masyarakat Skotlandia. Pada hari wisudanya, Eric dimahkotai dengan karangan bunga zaitun sebagai lambang kejayaannya di arena Olimpiade dan diarak sepanjang jalan Edinburgh. Setahun kemudian, ketika Eric memutuskan untuk melayani di China sebagai misionaris, kembali ia diarak ke stasiun kereta api. Di Jepang dan China, walaupun jauh dari publikasi kesuksesannya, Eric acapkali diminta untuk tampil di arena olahraga. Kepopuleran Eric yang mencapai belahan dunia bagian timur terlihat dari sanjungan penonton setiap kali Eric tampil. Dalam masa pelayanannya di Asia Timur, Eric mendapat kesempatan untuk kembali ke Inggris sebanyak dua kali. Masyarakat tetap memberikan perhatian-perhatian kepada Eric walaupun ia tidak berkecimpung lagi dalam bidang olahraga. Saat Eric meninggal pada tahun 1945, upacaranya diperingati di seluruh dunia. Beberapa tahun setelah itu, berbagai yayasan dan organisasi dibentuk untuk menghormati Eric Liddell. HARI SABAT Di arena Olimpiade Paris, Eric memutuskan sesuatu yang mengejutkan dunia. Eric menolak untuk bertanding di arena lari 100 yard, cabang spesialisasinya, karena pertandingan itu diadakan di hari Minggu. Eric memegang teguh keyakinannya untuk menguduskan hari Minggu sebagai harinya Tuhan. Keputusan Eric mendapat kritikan tajam dari khalayak ramai. Publik menuduhnya tidak patriotik (karena menyebabkan hilangnya kesempatan Skotlandia untuk meraih medali emas). Di bawah tekanan besar untuk mempertahankan keyakinannya, Eric layak, dan memang pada akhirnya menerima penghormatan atas keteguhannya. Ketaatan rohani yang sama terlihat dari tulisannya yang menantang semua umat Kristen: "Tanyalah pada dirimu sendiri, `Kalau saya mengetahui sesuatu adalah kebenaran, apakah saya siap untuk mengikutinya, walaupun hal tersebut bertentangan dengan keinginan saya, atau berlawanan dengan apa yang saya percaya sebelumnya. Apakah saya akan mengikutinya walaupun banyak orang akan menertawakan saya, atau akan menyebabkan saya rugi secara materi, atau menyebabkan saya menderita kesusahan.`" "DIA YANG MENINGGIKAN NAMAKU AKAN KUTINGGIKAN" Penolakannya untuk lari di cabang 100 yard [pada hari Minggu] menunjukkan kepatuhannya kepada Tuannya di Surga dengan risiko menerima kemarahan dari tuannya di dunia. Salah satu pelatih Eric menyelipkan kertas kecil sebelum pertandingan lari 400 yard (365,76 meter) dimulai yang berisi kutipan dari 1 Samuel 2:30, "`Siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati`. Semoga berhasil dan selamat berjuang." Pelatih itu tidak salah. Eric memenangkan medali emas untuk cabang lari tersebut. Seandainya Eric tidak memenangkan medali emas pada saat itu pun kepatuhannya terhadap perintah Tuhan patut mendapatkan medali emas. Hidup Eric pada tahun-tahun selanjutnya ditandai dengan keputusan-keputusan yang konsisten dengan kepatuhan dan kesetiaan Eric kepada Kristus. Karier Eric tidak dapat dipisahkan dari kekristenan. Kalau Eric tidak bisa diterima khalayak ramai sebagai pelari Kristen, ia tidak akan mau menjadi pelari sama sekali. Eric tidak bisa menerima bahwa imannya kepada Kristus adalah hanya hal pribadi antara ia dan Tuhan. Baginya hidup sebagai orang Kristen adalah hidup yang bersaksi bagi kemuliaan Kristus, dalam setiap waktu dan dalam segala keadaan. Seandainya cerita kejayaan Eric Liddell berakhir di sini, biografi ini hanya akan menjadi cerita salah satu dari sekian banyak orang yang berhasil dalam hidupnya. Rekor dunia yang dipecahkan Eric pada tahun 1924 sudah ditumbangkan dan dilampaui oleh atlet-atlet dunia lainnya. Tetapi Eric Liddell meninggalkan pada dunia suatu contoh kehidupan yang mencerminkan kepatuhan yang "tidak menawar" kepada Kristus. Setiap kali Eric akan membuat suatu keputusan, ia selalu bertanya pada diri sendiri. "Apakah hal yang akan saya buat sesuai dengan kehendak Tuhan atas hidup saya?" CHINA Semasa masih di Universitas, Eric diminta untuk menjadi anggota "Glasgow Students Evangelistic Union" (GSEU), suatu perkumpulan mahasiswa Kristen yang aktif memberitakan Kristus pada masyarakat Skotlandia. Seorang anggota muda dari GSEU merasa bahwa nama besar Eric akan menjadi magnet bagi masyarakat Skotlandia untuk mau mengenal Tuhan. Ketika anggota GSEU tersebut minta kesediaan Eric untuk menjadi anggota dan pembicara dalam perkumpulan tersebut, pelari terkenal itu menunduk sesaat dan berdoa menyerahkan dirinya untuk menjalankan kehendak Tuhan. Kejadian itu menjadi titik permulaan bagi sesuatu yang baru dalam kehidupan Eric waktu itu: menjadi saksi Tuhan melalui suaranya, berkhotbah. Eric dipakai Tuhan secara luar biasa. Banyak orang yang semula hanya datang karena nama Eric, menerima Tuhan setelah mendengar khotbah-khotbah Eric. Tuhan rupanya memunyai rencana yang lebih indah lagi bagi Eric. Begitu Eric menyelesaikan kuliahnya, ia mendapat kesempatan untuk pergi ke daratan China untuk menjadi guru di sekolah yang bernama Tientsin Anglo Chinese College. Tianjin [ejaan modern untuk Tientsin, Red.] adalah tanah kelahirannya 23 tahun sebelumnya ketika orang tua Eric menjadi misionaris di China. Keputusannya untuk datang ke Tianjin juga adalah karena ketaatan dan kesensitifan Eric atas rencana Tuhan dalam hidupnya. Bukan Eric kalau dia tidak dengan giat bersaksi pada semua murid-muridnya mengenai keselamatan melalui Kristus. Selama 12 tahun berikutnya Eric menjadi guru di sekolah tersebut dan menjadi saksi bagi Tuhan Yesus. Tantangan selanjutnya sudah menunggu. Eric harus membuat keputusan untuk menerima tugas pengabaran Injil di daerah pedalaman Xiaozhang. Pengabaran Injil di Xiaozhang bukanlah hal yang mudah karena daerah itu berada dalam keadaan perang (waktu itu Jepang sudah menjalankan misi ekspansinya ke daratan China). Jika ia menerima tantangan ini berarti Eric harus berpisah dari istrinya yang baru dinikahinya 3 tahun sebelumnya. Selama setahun Eric bergumul dalam doa dan akhirnya ia menerima tugas itu sebagai panggilan yang pasti dari Tuhan. Belas kasihan Eric kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus begitu memotivasi Eric untuk melakukan hal-hal yang sering membahayakan jiwanya sendiri. Eric sering harus masuk ke garis depan medan pertempuran untuk membawa prajurit yang terluka, tidak memedulikan kewarganegaraan prajurit tersebut, untuk menerima perawatan di rumah sakit misi. Di bawah bayang-bayang pesawat terbang tentara Jepang dan di tengah deru mesiu yang tidak berhenti, Eric menunjukkan bahwa Kristus mengasihi manusia, apa pun kebangsaannya, dengan kesediaannya untuk melayani siapa saja yang memerlukan tanpa ragu-ragu mempertaruhkan risiko keselamatan dirinya sendiri. Hidup para misionaris menjadi terancam ketika Jepang menyatakan perang kepada Inggris. Banyak misionaris dari Eropa meninggalkan daratan China untuk menunggu waktu yang lebih baik untuk kembali ke China. Banyak juga yang berkeras untuk tinggal di China, dan Eric adalah salah satunya. Jepang akhirnya mengumpulkan seluruh misionaris asing di suatu kamp interniran di daerah Weihsien [sekarang bernama Weifang, Red.]. Eric kembali menjadi suara Tuhan di kamp tersebut. Eric memimpin pertandingan olahraga di antara para tahanan, menguatkan iman para tahanan, menghibur orang-orang yang kehilangan harapan, dan mengajarkan pelajaran sekolah kepada anak-anak para tahanan. Eric bekerja begitu keras sehingga akhirnya kesehatannya menurun dengan cepat. Tanpa diketahuinya, di kepalanya tumbuh tumor otak yang ganas. Hanya dalam beberapa minggu setelah Eric sakit, pada tanggal 21 Februari 1945 Eric dipanggil untuk menerima upah ketaatannya dari Bapanya yang di surga. Ketaatan Eric Liddell, dari kejadian di Olimpiade Paris hingga di kamp Weihsien, menjadi suatu tantangan yang indah bagi semua orang Kristen. Dia menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk berbuat baik kepada semua orang, menjadi saksi bagi Tuhan Yesus, dan menjadi contoh ketaatan pada panggilan Tuhan. Itulah citra yang ditinggalkan Eric bagi kita semua. Disadur dari: "More Than Conquerors" Diambil dan disunting dari: Judul majalah: HARVESTER, Edisi September/Oktober, Tahun 1993 Judul artikel: Eric Liddell -- Lebih dari Pemenang Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Indonesian Harvest Outreach Halaman: 12 -- 13 ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA K E N Y A Walaupun kondisi Kenya saat ini cukup stabil, mereka masih mencoba memulihkan diri setelah kekerasan yang menimpa negara mereka pascapemilu pada tahun 2007. Di saat Pengadilan Kriminal Internasional berencana mengadili kedua partai yang berkuasa, Gobal Aid Network (GAiN) merencanakan suatu kunjungan bantuan. Charles Debter dari GAiN mengatakan: "Kami menyediakan kesempatan bagi mereka yang rindu menjangkau daerah kumuh di wilayah Nairobi, lokasi yang didominasi oleh kemiskinan. Injil tetap bergerak maju lewat gereja, dan lewat sekolah." Perjalanan tersebut [telah] dilaksanakan pada tanggal 28 Mei sampai 10 Juni, dan anggota- anggota regu akan mendapatkan kesempatan mengunjungi daerah kumuh dan pedesaan. Di daerah itu, misionaris-misionaris senior telah merintis 50 gereja, namun mereka memerlukan bantuan untuk meneruskannya: "Ini adalah suatu kesempatan bekerja sama untuk menjangkau orang-orang termiskin dari yang paling miskin. Di tempat ini ada keputusasaan, tetapi dalam Kristus, ada pengharapan besar." (t/Uly) Sumber: Mission News, April 2010 [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14080] Pokok doa: * Doakan agar Tuhan memulihkan masyarakat Kenya dari trauma yang mengikat hidup mereka, karena peristiwa yang tidak menyenangkan yang menimpa negara ini beberapa tahun silam. * Berdoa juga agar Tuhan memampukan anak-anak-Nya yang melayani di Kenya, sehingga mereka dapat memperkenalkan kasih Kristus yang dapat menggantikan kekhawatiran dan mengobati luka hati mereka dengan kasih-Nya. E R I T R E A Mehari meninggal di pusat penahanan militer Mitire karena penyiksaan dan komplikasi akibat penyakit diabetesnya. Mehari adalah seorang jemaat dari Church of Living God di Mendefera. Di penjara yang sama, Mogos, seorang jemaat Rhema Church yang berusia 37 tahun, dikatakan telah meninggal sebagai akibat penyiksaan yang ia alami karena menolak menyangkal imannya, tetapi tanggal tepat kematiannya masih belum diketahui. Mogos meninggalkan seorang istri, ibu, dan seorang anak. Pada bulan Oktober 2009, Teklesenbet, 36 tahun, meninggal ketika dipenjarakan karena imannya di pusat penahanan militer Wi`a. Ia dilaporkan meninggal setelah komandan penjara menolak memberikan bantuan pengobatan akibat malaria. Sumber: Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi Mei - Juni 2010 Pokok doa: * Terus doakan agar Tuhan memberi kekuatan kepada umat percaya di Eritrea supaya mereka tetap percaya dan tetap berpegang teguh pada iman kepada Yesus Kristus. * Berdoa bagi umat percaya di Eritrea yang harus kehilangan salah satu anggota keluarga mereka, agar Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan kepada anggota keluarga yang ditinggalkan. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA PELAYANAN SY DI JAWA TENGAH SY melayani di salah satu daerah di Jawa Tengah yang merupakan kota santri. Di daerah tersebut SY merintis sebuah tempat pembinaan iman. SY mengawali dengan membina 3 keluarga, akan tetapi mereka mendapat tantangan yang sangat berat dari lingkungan mereka. SY berhadapan dengan massa yang menentang mereka sampai tiga kali. Massa menentang adanya persekutuan doa di lingkungan mereka, bahkan maket gereja dari pihak pengembang mereka ambil dan mereka mendirikan tempat ibadah agama lain. Oleh karena intimidasi yang sangat kuat, tidak sedikit orang Kristen di daerah ini yang berpindah ke agama lain. Tantangan ini membuat SY semakin berkobar-kobar merebut jiwa mereka kembali bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan, sekarang sudah 20 jiwa yang SY menangkan. Dukung dan doakanlah pelayanan SY dan rekan-rekannya. Sumber: Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi Mei - Juni 2010 1. Berdoa bagi pelayanan yang saat ini sedang dilakukan SY dan timnya. Doakan agar Tuhan melindungi dan memberi kekuatan kepada mereka untuk terus melayani yang terhilang serta mencukupkan dan memberkati setiap kebutuhan yang diperlukan SY dalam melayani. 2. Doakan juga agar Tuhan memberi hikmat kepada SY dan timnya sehingga ketika kebenaran disampaikan, orang-orang yang mendengar dapat menerima dan membuka hati mereka untuk lebih lagi mengetahui kebenaran tersebut. 3. Berdoa agar Tuhan menjamah hati umat percaya yang telah meninggalkan Kristus karena tidak tahan dengan tekanan yang dialami, sehingga mereka menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah tindakan yang keliru dan percuma. 4. Bersyukur untuk umat percaya yang terus bertahan dan memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka, meskipun mereka harus membayar harga yang tidak murah karena keputusan mereka. Doakanlah agar iman mereka tetap kuat dan terus terpelihara. 5. Doakan juga agar Tuhan memberikan hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang kepada setiap umat percaya di tempat SY melayani, sehingga setiap umat percaya dapat terlibat untuk ikut ambil bagian dalam menyampaikan berita sukacita. 6. Doakan agar ke-20 petobat baru tersebut terus bertumbuh di dalam pengenalan mereka akan Tuhan dan tetap setia untuk mengikut Tuhan, sekalipun ini bukan hal yang mudah untuk mereka jalani. Kiranya melalui teladan hidup mereka banyak orang yang belum menerima Kristus dapat melihat kasih Kristus dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. 7. Berdoa agar Tuhan membuka jalan untuk lahan yang akan digunakan untuk mendirikan gereja yang diambil alih oleh masyarakat setempat sehingga gereja Tuhan dapat dirintis di tempat itu. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati Kontributor: Risdo Simangunsong Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi ______________________________________________________________________ Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |