Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2013/21

e-JEMMi edisi No. 21 Vol. 16/2013 (23-7-2013)

Raymond Lull

Juli 2013, Vol.16, No.21
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Raymond Lull
No. 21, Vol. 16, Juli 2013

Shalom,

Kasih adalah kuasa Allah yang mengubahkan. Melalui kasih-Nya, kita 
mengenal Yesus Kristus dan diselamatkan dari hukuman kekal. Melalui 
kasih Allah, kita juga beroleh kesempatan untuk melayani Dia dalam 
menyatakan kerajaan-Nya di dunia ini. Dalam edisi kali ini, kami 
menyajikan sebuah biografi seorang tokoh yang sungguh-sungguh 
mengasihi Tuhan dan juga rindu menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang 
yang sedang diperangi bangsanya sendiri. Kami juga mengajak pembaca 
untuk berdoa bagi Mesir. Kiranya, edisi e-JEMMi kali ini menjadi 
berkat bagi kita sekalian. Terpujilah nama Tuhan!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


                     TOKOH MISI: RAYMOND LULL

Raymond terbangun dari tidurnya dengan rasa sakit di perutnya dan rasa 
takut yang luar biasa. Jantungnya berdegup sangat kencang sebab hari 
itu adalah hari pelayarannya menuju pantai Utara Benua Afrika. Dari 
jendela kapal yang terbuka, Raymond memandang penduduk Kota Genoa. 
Mereka seakan-akan sibuk membicarakan ambisi mereka yang terlalu 
berani untuk mengabarkan tentang Yesus Kristus kepada bangsa yang 
diperangi oleh orang-orang Eropa dalam Perang Salib yang saat itu 
sedang berlangsung. Kemudian, Raymond mengambil pena bulunya dan mulai 
menulis, "Aku benar-benar dikuasai oleh rasa takut yang muncul dari 
bayangan tentang apa yang akan menimpaku di tempat yang kutuju ...." 
Penanya bergetar tak terkendali di antara jemarinya. "... Bayangan 
tentang penganiayaan atau dipenjara seumur hidup betul-betul 
menghantuiku sehingga aku tidak dapat menguasai diriku."

Bayangan-bayangan itu semakin kuat sampai akhirnya membuat ia 
memutuskan untuk turun dari kapal. Namun, ketika kapal itu mulai 
berlayar menjauh dari pelabuhan, Raymond justru berdiri mematung di 
sana. Ia menatap kepergian kapal itu dengan hati yang dipenuhi 
penyesalan dan rasa benci terhadap dirinya sendiri. "Kasihnya yang 
begitu besar kepada Kristus tidak sanggup menutupi bahwa ia telah 
terbukti berkhianat terhadap rencana Allah, rencana yang telah 
dikhususkan Allah baginya; panggilan hidupnya."

Secercah Cahaya pada Zaman Kegelapan

Saat itu adalah tahun 1291, dan pria yang kita lihat tadi adalah 
Raymond Lull, seorang Spanyol yang berasal dari Pulau Palma, Mallorca. 
Semua orang tentu ingat bahwa dalam tahun-tahun itu, Eropa tengah 
berada dalam kegelapan spiritual, satu-satunya kegiatan yang dianggap 
religius dalam zaman itu adalah Perang Salib dan Gerakan Inkuisisi. 
Saat itu, sebagian besar gereja dicemari oleh kebusukan ambisi 
politik, sementara kekaisaran tidak mengalami kemajuan dalam bidang 
ilmu pengetahuan dan seni.

Raymond Lull dilahirkan pada tahun 1232. Karena pria yang nantinya 
mendapat julukan "Doktor Pencerahan" (Doctor Illuminatus) ini berasal 
dari keluarga yang kaya, ia tumbuh besar dengan mendapat pendidikan 
yang memadai. Meskipun Raymond Lull tidak pernah mengenyam pendidikan 
di universitas, kemampuan dan pengetahuan yang didapatnya saat itu 
masih dapat dikenali oleh orang-orang di zaman ini. Lull adalah 
seorang penulis, filsuf, ahli kimia, astrolog, penyair, ahli botani, 
teolog, apologis, misionaris, dan ahli bahasa; ia sangat fasih 
menggunakan bahasa Latin, Catalan, Occita (turunan bahasa Latin yang 
digunakan di wilayah kekaisaran Romawi, termasuk di Catalan -red.) dan 
Arab.

Semangat kerohaniannyalah yang akan kita bahas di sini. Seorang 
penulis biografinya pernah menuliskan sesuatu tentang pria yang 
menjadi terang Kristus bagi zamannya ini, "Dari semua orang yang kita 
ketahui pada abad itu, dialah yang paling dipenuhi oleh kasih dan 
kehidupan Kristus. Ia juga orang yang paling bersemangat untuk 
membagikan apa yang dimilikinya itu kepada dunia."

"Menuju Terang yang Ajaib"

Raymond Lull memulai hidupnya sebagai seorang `troubadour`, yakni 
seorang penyanyi yang menghibur keluarga bangsawan. Karena itu, dia 
adalah "orang yang paling tidak mungkin mengingatkan gereja akan visi 
misioner mereka. Sewaktu muda, Raymond mengisi hidupnya dengan hal-hal 
yang tidak pantas; kisah-kisah romantis, puisi-puisi tentang cinta, 
dan juga pemuasan hawa nafsu. Ia berumur tiga puluh tahun ketika semua 
hal itu berubah".

Beberapa mitos dan legenda tentang pertobatannya tersebar hingga kini, 
namun sejarah hanya mengajukan dua kemungkinan tentang pengalaman 
pertobatan Raymond yang terjadi sekitar tahun 1266 -- 1267 itu. Kisah 
pertama mengisahkan bahwa Lull bertobat ketika ia sedang menggubah 
sebuah lagu untuk merayu seorang wanita yang sudah bersuami. Ketika 
sedang menggubah lagu itu, tiba-tiba Lull mendapat suatu penglihatan, 
di sebelah kanannya ia melihat Yesus yang tersalib. Penglihatan yang 
berulang-ulang itu membuat Lull menangis dengan amat sedih karena 
dosanya, dan karena tuntutan untuk hidup suci yang menurutnya 
merupakan sesuatu yang mustahil.

Kisah kedua bercerita bahwa Lull mengalami pertobatannya saat ia 
tengah berada di kamar wanita yang telah bersuami itu. Akan tetapi, 
karena wanita itu mengasihi Lull, ia pun menunjukkan dadanya yang 
digerogoti penyakit kanker kepada Lull sambil memintanya untuk memilih 
jalan hidup yang lebih bermakna. Melalui pengalaman itulah, Lull 
menyadari kefanaan daging dan kemudian hidup dengan mengejar hal-hal 
yang bernilai kekal.

Tidak penting kisah mana yang benar sebab dari kedua cerita itu, kita 
mengetahui bahwa Lull bertemu dengan Kristus. Dalam tulisannya, Lull 
menulis, "Kristus adalah pribadi yang sabar dan penuh belas kasihan. 
Ia mengundang semua orang berdosa datang kepada-Nya, dan karena itu Ia 
tidak akan mungkin menolak saya."

Sejak itulah, kehidupan Lull diubahkan. Ia menjadi milik Kristus 
sehingga ia dapat "memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari 
Dia, yang telah memanggil (dirinya) keluar dari kegelapan kepada 
terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).

Membagikan Terang

Selama sepuluh tahun, Raymond Lull mempelajari Bahasa Arab, teologi, 
dan filsafat untuk mempersiapkan dirinya masuk dalam panggilan misi di 
tanah Afrika-Arab yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kini, ia 
adalah seorang pria yang menganggap "segala sesuatu sebagai kerugian", 
ia bahkan meninggalkan harta dan segala ikatan duniawi yang pernah 
dimilikinya, termasuk istri dan anaknya, demi mengabarkan tentang 
Kristus. Meskipun kita tidak suka dengan keputusan Lull yang 
meninggalkan istri dan anaknya, tetapi kita juga tidak dapat 
memungkiri kekaguman kita terhadap hati dan pikirannya yang tidak 
terbagi untuk melaksanakan Amanat Agung.

Mari kita kembali ke tahun 1291, ke sebuah pelabuhan di Genoa, Italia, 
saat Raymond Lull dipermalukan dan dihancurkan oleh kegagalannya 
sendiri.

Duka yang dialami oleh Lull sangat besar sehingga ia menjadi jatuh 
sakit, ia menderita sakit demam selama berhari-hari. Namun, saat ia 
mendengar ada sebuah kapal lain yang menuju Tunisia berlabuh di 
pelabuhan itu, Lull memaksa teman-temannya untuk membawanya ke sana. 
Meskipun harapan untuk hidupnya sangat kecil, tetapi Lull sembuh 
dengan ajaib segera setelah kapal itu berada di bentangan Laut 
Mediterania antara Italia dan Afrika Utara.

Sejarah memberi tahu kita bahwa Lull adalah seorang yang betul-betul 
berpusat pada Tuhan dan sangat alkitabiah dalam metode pelayanannya. 
Ia menyatakan kebaikan Tuhan dan kemenangan salib; ia tidak "membangun 
jembatan yang rapuh, yang terbuat dari papan-papan kompromi". Segera 
setelah pelayanannya itu, Lull dijebloskan ke penjara dan dijatuhi 
hukuman mati. Melalui campur tangan Tuhan, keputusan itu akhirnya 
berubah menjadi deportasi. Dengan dikawal, Lull dibawa menuju 
kapalnya, melewati kerumunan orang banyak yang hendak merajamnya 
dengan batu. Ia juga diperingatkan bahwa jika ia kembali, ia akan 
mati. Namun, karena keberaniannya demi Injil, Lull berhasil menyelinap 
keluar dari kapalnya itu dan tinggal secara rahasia di Tunisia selama 
3 bulan lagi. Ia melakukan hal itu untuk membangun dan membaptis 
orang-orang percaya yang baru.

Tinggal di dalam Sang Hidup

Dari tahun 1301 -- 1309, saat ia berusia 60-an dan telah pensiun, Lull 
melakukan beberapa perjalanan misi ke Afrika Utara dan Timur Dekat. 
Saat ia mengunjungi Bugia, Aljazair, pada tahun 1307, Lull berdiri di 
pasar dan seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus di berbagai tempat 
berabad-abad sebelumnya, ia menyatakan Kristus dengan berani. Ia juga 
menghadapi ancaman kematian dengan berkata, "Kematian bukanlah sesuatu 
yang menakutkan bagi pelayan Kristus yang setia dan yang bekerja 
sekuat tenaga untuk membawa jiwa-jiwa kepada pengetahuan akan 
kebenaran." Tindakannya itu membuat ia dijebloskan ke dalam penjara 
bawah tanah selama setahun. Setelah itu, ia berlayar dari Bugia 
sebagai tahanan. Akan tetapi, kapal yang ditumpanginya itu karam dan 
ia diselamatkan di dekat Pisa, Italia. Tuhan masih belum selesai 
dengannya.

Dalam semua penganiayaan itu, kasihnya semakin besar sebab dalam 
keindahan Yesus, ia tahu bahwa maut sudah kehilangan sengatnya. Hal 
itu diungkapkannya dalam motonya: "Orang yang tidak mengasihi, tidak 
hidup. Namun, orang yang hidup di dalam Sang Kehidupan tidak dapat 
mati".

Pada 14 Agustus 1314, Lull menyeberang ke Bugia lagi dan membangun 
jemaat orang-orang percaya yang adalah buah dari pelayanannya. Sepuluh 
bulan kemudian, Raymond Lull -- yang kini sudah renta, letih, dan 
merindukan surga -- kembali menunjukkan dirinya di sebuah pasar untuk 
menyatakan Injil Kristus. Kali ini, orang banyak itu menyeretnya ke 
luar kota, lalu merajamnya hingga mati. Raymond Lull meninggal pada 30 
Juni 1315.

Samuel Zwemer menyamakan Lull dengan Rasul Paulus, bukan hanya karena 
keduanya mengalami drama kehidupan yang mirip; mendapat penglihatan, 
pernah berada di kapal yang karam, dipenjara, dan mati sebagai martir. 
Namun, karena keduanya juga menyadari "kekuasaan Kristus atas kematian 
dan kehidupan".

Anugerah Kristus bagi Kegagalan dalam Pelayanan Misi

Setiap kali kita terpesona oleh biografi para pejuang misi pada masa 
lampau, kita pasti menyadari bahwa kita sedang berdiri di pundak para 
raksasa. Namun demikian, orang-orang yang terlibat dalam pelayanan apa 
pun dapat dengan mudah merasa kecil hati ketika hasil pelayanan mereka 
yang minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu sama sekali tidak mirip 
dengan biografi tokoh yang dibacanya.

Inilah sebabnya, kisah tentang Raymond Lull menjadi berguna; kisah ini 
adalah tentang seorang pria yang mengalami kegagalan dan keberhasilan. 
Sebagai seorang muda, ia pernah terbuai ke dalam ketidakacuhan, tetapi 
kemudian ia membuat sebuah dedikasi ulang dengan penuh penyesalan 
kepada Tuhan. Dan, dalam belas kasihan-Nya, Tuhan menggunakan Lull 
secara luar biasa demi kerajaan-Nya.

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya 
identitas dan tanggung jawab mereka yang baru: "Kamu adalah terang 
dunia" (Matius 5:14). Ia mendorong para pendengar-Nya untuk menyatakan 
terang mereka untuk memuliakan Tuhan dan agar mereka tidak menutup-
nutupi terang itu karena takut atau malas.

Raymond Lull bukanlah orang yang menaruh terangnya di bawah gantang. 
Sebaliknya, ia membiarkan sinar itu bercahaya sekalipun ia harus 
dibunuh karenanya. Anda mungkin dapat mengatakan bahwa Lull adalah 
seorang misionaris besar yang memelopori pelayanan misi ke dunia 
Muslim seorang diri. Meski demikian, ia tetaplah seorang manusia. Ia 
pernah mengalami hari-hari yang penuh ketakutan dan kegagalan. Namun, 
sifat manusiawinya itu justru membuatnya menjadi alat yang efektif 
dalam kemurahan Tuhan. Orang-orang Kristen seharusnya bersukacita 
karena mereka dipakai sesuai dengan anugerah yang olehnya mereka juga 
ditebus. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Evangelicals Now
Alamat URL: http://www.e-n.org.uk/p-4054-A-trembling-light-on-a-stand.htm
Judul asli artikel: A Trembling Light on A Stand
Penulis: Natalie Tunbridge
Tanggal akses: 25 Juni 2013


   DOA BAGI DUNIA: MESIR, HARGA SEBUAH PERUBAHAN YANG HARUS DIBAYAR

Mesir (MNN) -- Kabinet baru pemerintahan Mesir harus mulai bekerja 
keras minggu ini untuk menghadapi berbagai permasalahan yang berat. 
Sementara itu, para pendukung Presiden Muhammad Mursi masih melakukan 
protes di seluruh Kairo. Mereka menentang kabinet yang didukung oleh 
militer ini dan mengecam kudeta yang telah terjadi. Greg Musselman, 
juru bicara untuk VOM Canada berkata, "Protes ini tampak seperti 
kekacauan yang terorganisir, tetapi di jalanan Anda dapat melihat 
segala kekerasan yang terjadi dan anggota-anggota Muslim Brotherhood. 
Mereka berhasil membuat aspirasi mereka didengar, tetapi mereka juga 
menggunakan kekerasan untuk mencoba membuat Mursi kembali memegang 
pemerintahan."

Pemerintah baru yang kini berkiblat pada paham sekuler telah menutup 
pintu bagi para pendukung Islam yang pernah memegang kekuasaan pada 
tahun lalu. "Akan tetapi," ujar Musselman, "Harga kemelut politik ini 
dibayar oleh orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen merasa bahwa 
mereka perlu berusaha agar suara mereka lebih didengar. Sebagai 
hasilnya, mereka seakan-akan menyerahkan diri untuk menjadi kambing 
hitam atas semua kejadian ini. Para anggota Muslim Brotherhood 
sekarang mulai menyerang orang-orang Kristen."

Sejak Mursi dipaksa untuk meninggalkan tampuk kepresidenan, telah 
terjadi serangkaian serangan terhadap orang-orang Kristen di beberapa 
provinsi berbeda di Mesir. "Di satu sisi, orang-orang Kristen 
memandang semua yang telah terjadi sebagai sesuatu yang positif; 
tetapi di sisi lain, seperti yang telah diberitakan kepada kita selama 
satu sampai dua minggu belakangan ini, telah terjadi serangan terhadap 
orang-orang Kristen. Sudah ada korban yang jatuh, gereja-gereja dan 
tempat-tempat usaha milik orang Kristen juga dibakar."

Beberapa minggu yang lalu, seorang pendeta ditembak mati oleh orang 
bersenjata di Sinai sebelah Utara. Beberapa hari setelahnya, tubuh 
seorang lelaki Kristen yang dipenggal ditemukan di area yang sama. 
Pembakaran juga dilakukan terhadap rumah-rumah dan tempat usaha milik 
orang Kristen di perkampungan terpencil di daerah selatan.

Pada minggu ini, sebuah gereja dekat Minya, Mesir tengah, dijarah dan 
dihancurkan, sedangkan pendetanya melarikan diri. Sejumlah gereja lain 
di daerah itu akhirnya menunda kegiatan musim panas mereka dan 
membatalkan beberapa pertemuan jemaat. Musselman menjelaskan, 
"Sebagian besar orang Kristen tidak tahu harus berbuat apa dalam 
situasi seperti ini sebab mereka tahu bahwa serangan balik dapat saja 
terjadi jika mereka membela diri. Hal itu dikarenakan dinamika politik 
dan keagamaan yang berlaku di negara ini."

"Pada permulaan konflik ini, komunitas Kristen di Mesir mengutarakan 
harapan mereka," ujar Musselman. "Harapan itu adalah agar pihak 
berwenang dapat lebih simpatik terhadap umat Kristen agar tidak ada 
lagi penganiayaan yang datang dari pihak pemerintah. Akan tetapi, 
melihat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal ini, 
muncul kekhawatiran bahwa penganiayaan-penganiayaan ini justru akan 
semakin meningkat." Akan tetapi, Musselman menyatakan bahwa meskipun 
orang percaya selalu mendapat ancaman, gereja tidak akan meringkuk 
dalam ketakutan. "Kita betul-betul harus mendoakan hal ini sebab 
itulah permintaan dari para pemimpin jemaat Kristen di Mesir. 
Permintaan mereka adalah: `Berdoalah bagi kami sebab ini adalah sebuah 
kesempatan yang besar dan ada banyak orang yang datang mengenal 
Allah.`"

Pada hari-hari yang mencekam di Mesir, para pengikut Kristus menemukan 
bahwa paradoks dalam penganiayaan memang benar adanya. Kekerasan yang 
dilakukan oleh para militan itu justru membuat orang-orang Muslim 
bertanya-tanya. "Saat ini, ada lebih banyak keterbukaan terhadap Tuhan 
dan pesan Injil." (t/Yudo)

POKOK DOA:

1. Berdoalah kepada Tuhan Allah agar setiap orang percaya di Mesir 
mendapat karunia untuk terus bersaksi dengan kasih, sekalipun harus 
menghadapi penganiayaan yang hebat.

2. Mintalah kepada Tuhan agar Ia berkenan melawat Mesir dan 
memulihkannya, bukan hanya dalam aspek sosio-politik, melainkan juga 
dalam ranah spiritual.

3. Doakan agar Tuhan menjalankan keadilan-Nya atas Mesir. Ada banyak 
ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah Mesir dan kelompok 
radikal di sana. Berdoalah agar Tuhan Yesus sendiri yang menjadi Hakim 
dan Pembela umat-Nya.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: MNNOnline.org
Alamat URL: http://mnnonline.org/article/18770
Judul asli artikel: Change Comes at a Price for Egyptian Christians
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 18 Juli 2013


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org