Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/21 |
|
e-JEMMi edisi No. 21 Vol. 12/2009 (28-5-2009)
|
|
________________________________e-JEMMi_______________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL PROFIL BANGSA: Indonesia SUMBER MISI: Indonesian Christian Mission TOKOH MISI: John Wesley: Bara yang Meletup DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat, Cina DOA BAGI INDONESIA : Kenaikan Isa Almasih, Roh Kudus, dan Misi ______________________________________________________________________ THE CLOSER YOU LOVE TO THE WORLD, THE MORE POWER IT HAS OVER YOU ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, sehingga membuat Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, dan budaya. Selain itu, kita juga menjumpai ada lima agama besar dan aliran-aliran kepercayaan di Indonesia. Pada satu sisi, kondisi ini sungguh memperkaya khazanah bangsa Indonesia. Tapi di sisi lain, kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah, dari masalah yang kecil sampai yang besar, seperti pertikaian antarsuku atau penganiayaan antarpemeluk agama. Sebagai orang percaya, apa yang bisa kita lakukan melihat kondisi yang demikian? Saling menyalahkan, menghakimi, mengutuk, dan membalas dendam bukanlah solusinya. Gereja Tuhan dan orang percaya harus bersatu hati dalam doa dan mulai memberkati Indonesia. Mintalah belas kasihan Tuhan agar di tengah keragaman keadaan ini, bangsa Indonesia mengenal hati yang saling mengasihi dan kerinduan untuk saling bertumbuh. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti http://misi.sabda.org/ http://www.sabda.org/publikasi/misi/ ______________________________________________________________________ PROFIL BANGSA INDONESIA Dirangkum oleh: Novi Yuniarti Profil Indonesia Luas: 1.919.440 km persegi Populasi: 237.512.355 (perkiraan Juli 2008) Ibu Kota: Jakarta Tipe Pemerintahan: Republik Populasi di Bawah Garis Kemiskinan: 17,8% (2006) Suku Bangsa: Jawa 40,6%, Sunda 15%, Madura 3,3%, Minangkabau 2,7%, Betawi 2,4%, Bugis 2,4%, Banten 2%, Banjar 1,7%, lainnya 29,9 % (2000) Bahasa: Bahasa Indonesia (resmi, bentuk modifikasi bahasa Melayu), banyak bahasa suku (tapi yang paling banyak dipakai adalah bahasa Jawa dan dialeknya). Lainnya: bahasa Inggris dan sedikit bahasa Belanda. Agama: Islam 86,1%, Protestan 5,7%, Katolik Roma 3%, Hindu 1,8%, lainnya 3,4% (2000) Indonesia memiliki 13.600 pulau dan hanya separuh dari pulau-pulau itu yang berpenduduk. Pulau-pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Kepulauan Maluku, NTB, dan NTT. Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa suku, tetapi bahasa nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Negara ini pernah dijajah oleh Portugis, kemudian Belanda, dan Jepang selama Perang Dunia II. Pada 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada tahun 1965, komunis mencoba mengambil alih Indonesia dengan paksa. Namun upaya ini gagal, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim dan mereka sangat membenci keberadaan komunis. Oleh sebab itu, pada masa-masa tersebut terjadi kekacauan di Indonesia. Setelah pemerintah berhasil menaklukkan komunis, maka pemerintah membuat sebuah kebijakan bahwa setiap rakyat Indonesia harus memilih agama tertentu yang keberadaannya diakui negara (Islam, Kristen, Katolik, Buddha, atau Hindu). Ribuan orang memilih menjadi pemeluk agama Kristen, dan peristiwa ini mengakibatkan terjadinya kebangunan rohani yang besar. Antara tahun 1965 s/d 1971, Tuhan melawat Indonesia dan banyak mukjizat terjadi karena Injil Tuhan Yesus diberitakan. Sekitar dua juta orang dibaptis. Walaupun tidak semua orang mengerti tentang kekristenan secara dalam, tetapi para penginjil berusaha membimbing mereka untuk mengenal-Nya lebih dalam. Para penginjil saat itu masih bebas memberitakan Injil di negara ini. Meskipun ada lima agama resmi di Indonesia, tidak sedikit dijumpai penduduk Indonesia yang masih menganut animisme. Di pulau Jawa misalnya, masih ada penduduk yang menyembah Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan), dan bila ada orang yang mati tenggelam di laut selatan pulau Jawa, orang-orang ini percaya bahwa Nyai Roro Kidul memerlukan mereka. Banyak juga yang menyembah roh-roh, menggunakan ilmu hitam yang keras (santet), bahkan ada orang yang melemparkan uang dan hewan-hewan yang hidup ke dalam kawah gunung merapi yang masih aktif sebagai korban. Jakarta merupakan ibu kota dari Indonesia yang terletak di pulau Jawa -- pulau yang paling padat penduduknya. Jawa merupakan pulau yang sangat indah dengan gunung-gunung berapinya, tanah yang subur, dan ladang yang ditumbuhi padi. Di pulau Jawa sendiri terdapat tiga kelompok suku utama, yaitu suku Sunda, suku Madura yang hampir semuanya beragama Islam, dan suku Jawa yang di antaranya banyak yang memeluk agama Kristen. Pada tahun 2004, Indonesia untuk pertama kalinya mengadakan pemilihan presiden secara langgsung, dan hingga hari ini Indonesia masih dalam proses peralihan menuju demokrasi. Negara ini menghadapi tantangan besar pada tahun-tahun belakangan; dari bencana tsunami tahun 2004 hingga pergolakan suku dan agama. Provinsi Aceh misalnya, telah menerapkan hukum agama. Akibatnya, banyak orang Kristen yang merasa dipinggirkan dari masyarakat, mengalami aniaya, dan banyak gereja rumah ditutup. Selain itu, beberapa tahun belakangan ini, kelompok-kelompok tertentu telah melakukan perang suci untuk melawan komunitas Kristen, khususnya di Ambon dan Poso. Akibatnya, terjadi pertikaian antara dua kelompok komunitas di daerah tersebut yang mengakibatkan ratusan rumah ibadah dihancurkan dan menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak. Pada tahun 2002, Malino Peace Accord ditandatangani di Maluku. Penandatanganan ini menandai dimulainya proses rekonsiliasi -- kedamaian yang rapuh tercipta kembali. Selain masalah politik yang tidak stabil, masih ada satu persoalan lagi yang kebutuhannya sangat mendesak. Ada pulau-pulau dan suku-suku yang belum pernah diinjili. Siapakah yang akan pergi untuk mengajar tentang Tuhan Yesus kepada mereka dan membawa mereka untuk mengenal dan mengasihi Dia? POKOK DOA: 1. Doakan agar kedamaian terus tercipta di daeerah-daerah yang sebelumnya dilanda kekerasan. 2. Doakan agar orang-orang Kristen Indonesia tetap rindu membagikan kasih dan imannya pada orang-orang yang Tuhan percayakan kepada mereka. 3. Doakan agar kebebasan agama tetap dilindungi di Indonesia sehingga kaum minoritas dapat terus berbakti dan beribadah dengan aman. 4. Doakan para utusan Injil yang melayani di daerah-daerah terpencil di Indonesia, agar Tuhan memberikan kemampuan untuk beradaptasi dan membagikan iman mereka dengan damai. Sumber bacaan: The Voice of the Martyrs. "Indonesia". Dalam http://www.persecution.net/indonesia.htm Johnstone, Jill. 1996. "Doamu Mengubah Dunia". Batu: Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda. ______________________________________________________________________ SUMBER MISI INDONESIAN CHRISTIAN MISSION ==> http://indonesianchristianmission.org/index.html Pelayanan Indonesian Christian Mission diawali oleh sepasang suami istri yang mengasihi Tuhan dan mengasihi Indonesia. Mereka memulai pelayanan tahun 1974 dan melakukannya dengan setia sampai saat ini. Selain pelayanan penanaman gereja-gereja ke berbagai tempat di Jawa, Indonesian Christian Mission juga membangun sekolah Alkitab untuk tujuan pelaksanaan Amanat Agung. Kunjungi situsnya agar Anda dapat turut membantu pelayanan mereka dalam doa atau mendaftar menjadi misionaris dengan mengisi formulir yang tersedia. ______________________________________________________________________ TOKOH MISI JOHN WESLEY: BARA YANG MELETUP Menjelang akhir bulan Januari 1736, sebuah kapal barang bernama Simmonds, yang berlayar menuju Savannah, Georgia, AS, diserang oleh angin topan. Angin meraung dengan dahsyatnya. Kapal itu terombang-ambing tanpa kendali dan ombak laut menghantam geladak. Seorang pendeta gereja Anglikan yang ada di atas kapal gemetar ketakutan. John Wesley telah memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain, tetapi ia sendiri takut mati. Sementara ombak terus menghantam geladak kapal, memorak-porandakan layar kapal berkeping-keping, Wesley terheran-heran melihat beberapa orang dari Moravian Brethren yang dengan tenang menyanyikan mazmur kepada Tuhan. Setelah badai berlalu, Wesley bertanya kepada salah satu di antara mereka, apakah ia merasa takut? "Tidak," jawab orang itu. Wesley menulis, "Ini merupakan hari luar biasa yang pernah saya alami." Raksasa Kecil Wesley (1703 -- 1791) berasal dari keluarga yang sangat mengutamakan kesopanan dan keteraturan. Ayahnya, Pdt. Samuel Wesley, adalah seorang rohaniwan yang terpelajar dan saleh, yang melayani di Epworth, Lincolnshire. Ibunya, Susanna, adalah putri seorang pendeta non-Conformist. John merupakan anak kelima belas dari sembilan belas bersaudara. Ketika Wesley berusia 6 tahun, rumah pendeta di Epworth terbakar. Seorang tetangganya, dengan berdiri di atas pundak kawannya, menolong anak itu dari sebuah jendela di tingkat dua. Kelak, Wesley yang menyebut dirinya "Bara yang Meletup", tidak pernah meragukan bahwa Allah telah memelihara hidupnya. Pada usia 17 tahun, Wesley melanjutkan studinya ke Universitas Oxford. Ia membaca banyak hal dan terutama terkesan oleh bapak-bapak gereja yang mula-mula dan buku-buku ibadah klasik. Dari "Holy Living" karangan Jeremy Taylor, "Imitation of Christ" karangan Thomas a Kempis, dan "Serious Call to Holy Life" karangan William Law, Wesley belajar bahwa kehidupan Kristen merupakan pengudusan dari keseluruhan manusia dalam kasihnya kepada Allah dan sesamanya. Orang-orang ini, katanya, "Meyakinkan saya tentang ketidakmungkinan yang mutlak untuk menjadi setengah Kristen. Saya berketetapan, melalui kasih karunia-Nya, menyerahkan hidup saya kepada Allah." Jadi ia mempelajari seluruh kelemahannya dan mencari cara-cara untuk mengatasinya. Pada tahun 1726, Wesley dipilih untuk memperoleh beasiswa dari Lincoln College di Oxford. Hal ini bukan hanya memberinya kedudukan akademis di universitas, namun juga meyakinkannya bahwa ia akan menerima penghasiian secara teratur. Dua tahun kemudian, ia ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan dan kembali ke Epworth selama beberapa waktu untuk melayani sebagai asisten ayahnya. Ketika mulai melakukan tugasnya kembali di Oxford, ia mendapati bahwa saudaranya, Charles, yang gelisah melihat perkembangan deisme di kampus, telah mengumpulkan sekelompok mahasiswa yang bertekad untuk menjalani kehidupan Kristen dengan benar dan serius. John terbukti menjadi pemimpin yang mereka butuhkan. Di bawah bimbingannya, mereka membuat sebuah rencana studi dan peraturan hidup yang menekankan pada doa, pembacaan Alkitab, dan menghadiri Perjamuan Kudus secara teratur. Kelompok kecil itu dalam waktu singkat menarik perhatian dan ejekan dari para mahasiswa yang malas. Mereka menyebut diri Kelab Kudus dan Ngengat Atkitab, Metodis, dan Kelab Pembaruan. Para anggotanya merupakan orang-orang yang sangat rajin dan tak mau tinggal diam. Mereka terus-menerus mencari berbagai cara agar kehidupan mereka sesuai dengan pola hidup orang Kristen yang mula-mula. Mereka membantu orang miskin dan mengunjungi para narapidana. Tetapi Wesley dengan cepat mengakui bahwa ia kurang memiliki damai sejahtera seorang Kristen sejati. Seorang sahabatnya dari Georgia, Dr. John Burton, menyarankan agar John dan Charles melayani Tuhan di koloni baru yang dipimpin oleh Jendral James Oglethorpe. Charles dapat menjadi sekretaris jendral dan John menjadi pendeta tentara di koloni tersebut. Kedua bersaudara itu berangkat dengan kapal Simmonds pada bulan Oktober dengan idealisme yang menggebu-gebu dan semangat penginjilan, tanpa menyadari akan angin topan yang akan menyerang mereka. Di Georgia, Wesley mendapati bahwa kebuasan orang-orang Amerika yang terhormat ialah "pelahap, pencuri, penipu, dan pembunuh". Dan para penghuni di koloni itu membenci cara hidupnya yang sangat rohani, penolakannya untuk memimpin upacara kematian seorang non-Conformist dan larangannya bagi wanita untuk memakai gaun mahal dan perhiasan. Rasa frustrasinya semakin berlipat ganda karena kisah cinta yang dijalinnya dengan Sophy Hopkey, seorang gadis berusia 18 tahun, keponakan hakim kepala Savannah. Sophy akhirnya memutuskan hubungan dengan melarikan diri dengan saingan Wesley. Kekasih yang cintanya ditolak itu melarang mantan kekasihnya untuk mengikuti perjamuan kudus dan suaminya yang marah menggugat Wesley karena dianggap telah merusak karakter Sophy. Pengadilan itu beriarut-larut dan mengalami gangguan selama 6 bulan. Wesley meninggalkan koloni tersebut dengan rasa jijik. Dalam perjalanan pulang, ia memperoleh kesempatan untuk merenungkan seluruh pengalamannya. Ia menulis, "Saya pergi ke Amerika Serikat untuk menobatkan orang-orang Indian, tetapi siapakah yang akan menobatkan saya?" Hati yang Suci Semakin Hangat Wesley mendarat di Inggris pada tanggal 1 Februari 1738 dalam keadaan terpukul dan tidak yakin akan imannya sendiri dan masa depannya. Selama 12 tahun, ia mencoba untuk menjalani kehidupan yang sempurna. Kegagalan di Georgia hanya menunjukkan kebobrokan rohaninya. Di London, ia bertemu dengan Peter Bohler, seorang pendeta Moravian yang terkesan akan kebutuhan Wesley akan suatu kelahiran baru, suatu iman baru kepada Kristus yang memungkinkannya untuk mengatasi dosa dan benar-benar memperoleh kekudusan dalam hidup. Dibenarkan oleh iman, kata Bohler, bukan hanya sekadar sebuah doktrin, melainkan suatu pengalaman memperoleh pengampunan dari Allah. Tetapi Wesley bertanya, "Bagaimana iman dapat diberikan dalam sekejap mata?" Ia mendapatkan jawabannya bagi dirinya pada tanggal 24 Mei. Ia menulis, "Pada suatu sore dengan rasa segan, saya pergi ke sebuah pertemuan di Jalan Aldersgate, di mana seseorang sedang membacakan kata pengantar Luther untuk Kitab Roma. Sementara ia sedang menjelaskannya, suatu perubahan dari Allah terjadi dalam hati saya melalui iman kepada Kristus. Saya merasa hati saya hangat. Saya merasa bahwa saya benar-benar percaya kepada Kristus, hanya Kristus saja, untuk memperoleh keselamatan dan suatu jaminan diberikan kepada saya bahwa Ia telah menghapuskan semua dosa saya dan menyelamatkan saya dari hukum dosa dan maut." Demikianlah Wesley memperoleh jaminan yang tak dimilikinya, suatu kehidupan yang akan membuatnya bertahan selama setengah abad dengan energi yang tak ada duanya. Ia telah menerima pesan hidupnya. Dari Pesan Kepada Metode Pada musim panas berikutnya, Wesley mengunjungi kelompok Moravian di Saxon. Ia ingin melihat sendiri kuasa hidup saleh seperti yang disaksikannya di atas kapal. Ia bertemu dengan banyak orang yang memberikan teladan "jaminan sepenuhnya dari iman Kristen". Tetapi dengan cepat ia melihat tanda-tanda pembenaran terhadap diri sendiri dalam diri mereka. Tak lama kemudian, Wesley dan kelompok Moravian berpisah. Ia berutang banyak kepada mereka terutama akan hal pembenaran oleh iman dan sistem kelompok kecil mereka untuk pertumbuhan rohani. Tetapi Wesley tidak dapat menganggap dirinya sebagai seorang dari mereka. Ia kembali ke London dan melanjutkan kembali berkhotbah di gereja-gereja. Tak lama kemudian, Wesley menerima undangan tak terduga dari seorang anggota kelab Kudus dari Oxford. George Whitefield telah mengikutinya sampai ke Georgia pada tahun 1738, tetapi kembali pada musim gugur tahun itu untuk ditahbiskan menjadi pendeta. Karena tidak puas dengan kesempatan yang diberikannya di mimbar, ia mulai berkhotbah di lapangan-lapangan terbuka di dekat Bristol kepada para pekerja tambang batu bara yang jarang berani atau memerhatikan untuk memasuki sebuah gereja. Suara Whitefield terang, keras, dan kepiawaiannya dalam berkhotbah begitu menggerakkan hati pendengarnya sehingga ia dapat melihat "air mata mereka" berlinangan dari pipi mereka yang hitam sementara mereka keluar dari lubang tambang. Ketika sejumlah besar pekerja tambang batu bara memohon belas kasihan Allah, Whitefield mendorong Wesley untuk mengikuti pimpinannya memasuki ladang penginjilan secara terbuka. Wesley tahu bahwa ia tidak dapat dibandingkan dengan kepandaian Whitefield dalam berkhotbah. Ia berbicara sebagaimana layaknya seorang cendekiawan dan pria terhormat. Tetapi yang menjadi keraguannya ialah karena sebelumnya ia tak pernah membayangkan bahwa ia harus berkhotbah di alam terbuka. Tulisnya, "Karena sepanjang hidup saya begitu bersikeras menghubungkan segala sesuatu dengan kesopanan dan aturan, saya hampir berpikir bahwa menyelamatkan jiwa seseorang di luar gereja merupakan suatu dosa." Di Alam Terbuka Dalam posisi lebih kepada seorang martir dan bukan seorang juru khotbah yang penuh sukacita, Wesley akhirnya pergi juga ke Bristol. Kemudian, "bara yang meletup itu" dibawa menaiki anak tangga kebangunan rohani sepanjang sisa hidupnya. Ia berkhotbah kepada lebih dari tiga ribu orang di alam terbuka dan pertobatan selalu terjadi. Kebangunan rohani golongan Metodis telah dimulai. Dampak-dampak yang memengaruhi Wesley juga tak kalah luar biasanya. Sebelumnya, ia selalu merasa cemas dan tidak aman, namun setelah di Bristol, ia menjadi penyulut api bagi Tuhan. Wesley memberitakan Kabar Injil kepada orang miskin di mana pun bilamana mereka mau menerimanya. Ia menulis, "Saya memandang seluruh dunia sebagai jemaat, beban saya ialah memberitakan Kabar Kesukaan dan Keselamatan kepada setiap orang yang mau mendengarkannya." Ia berkhotbah di penjara, di pemondokan kecil, dan di atas kapal. Di sebuah amphiteater di Cornwall, ia berkhotbah kepada 30.000 orang, dan ketika ia tidak diizinkan masuk untuk berkhotbah dalam gereja Epsworth, ia berkhotbah kepada ratusan orang di halaman gereja sambil berdiri di atas makam ayahnya. Datam catatan hariannya tertanggal 28 juni 1774, Wesley mengklaim bahwa sedikitnya ia mengadakan perjalanan sejauh 4.500 mil setahun. Itu berarti bahwa sepanjang hidupnya, ia telah mengadakan perjalanan sejauh 250.000 mil atau sepuluh kali keliling dunia. Sebagian besar perjalanannya dilakukan dengan naik kuda, dan dalam waktu singkat, ia mempelajari bahwa ia harus sering mengekang kudanya supaya ia dapat membaca dan menyiapkan khotbahnya dalam perjalanannya menuju ke kota lain. Dalam tahun-tahun pertama penginjilan kelilingnya, orang-orang tidak selalu dapat menerima kedatangannya. Mereka melempar batu dan benda-benda lain. Kadang-kadang ia dipukuli oleh beberapa orang. Tetapi Wesley tidak takut pada siapa pun. Dengan daya tariknya yang begitu kuat, ia bisa mengumpulkan begitu banyak orang dan keributan dapat diatasi. Wesley terus berkhotbah menginjili sampai akhir hayatnya. Ia meninggal di London pada tanggal 2 Maret 1791 dalam usia 88 tahun dan meninggalkan 79.000 pengikutnya di Inggris dan 40.000 di Amerika Utara. Setelah kematiannya, golongan Metodis di Inggris mengikuti saudara-saudaranya di Amerika Serikat dengan memisahkan diri dari gereja Anglikan. Tetapi pengaruh Wesley dan kebangunan rohani yang ditimbulkannya memberikan dampak yang lebih jauh melewati batas-batas gereja Metodis. Wesley memberi pembaruan dalam kehidupan agama di Inggris dan koloni-koloninya dan menaikkan kehidupan orang miskin. Selain itu, tindakannya menstimulasi badan-badan pengabaran Injil di luar negeri dan perhatian sosial golongan injili sepanjang abad ke-19 dan ke-20. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama majalah: Sahabat Gembala, Edisi Agustus/September 1991, Tahun XIII Penulis: Rin Penerbit: Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia, Bandung 1991 Halaman: 44 -- 48 ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA A M E R I K A S E R I K A T Seorang wanita kesepian, dianiaya oleh suaminya dan tidak dapat membela diri dari aniaya fisik dan mental yang suaminya lakukan. Itulah gambaran kehidupan banyak wanita dari agama sepupu. Wanita dari agama sepupu memliki lebih sedikit hak daripada pria dalam agama mereka. Dua gadis ditembak di Texas tahun lalu oleh ayah mereka karena tidak mengenakan kerudung. Ada juga yang dibakar. Wanita dari agama sepupu tidak menyadari bahwa hal seperti itu tidak boleh terjadi di Amerika, dan banyak orang Amerika tidak menyuarakan penganiayaan ini karena mereka mengira bahwa hal seperti itu adalah bagian dari budaya agama mereka. "Terkadang wanita dari agama sepupu memiliki masalah sosial dan keluarga, namun mereka tidak tahu bahwa di Amerika, ada hukum yang melindungi mereka," kata Fouad Masri, Presiden dan CEO Crescent Project. "Jadi yang terjadi adalah mereka dianiaya, dan tidak ada yang memberitahu si penganiaya bahwa hal itu tidak boleh dilakukan." Lebih parahnya lagi, wanita dari agama sepupu benar-benar terisolasi dan kesepian. Relawan Kristen Amerika dengan Crescent Project merespons dengan menjadi teman bagi wanita tersebut dan mengajari mereka bahasa Inggris melalui program "English as a Second Language". Saat mereka belajar bahasa Inggris, mereka setidaknya dapat berbelanja untuk keluarganya dan bergaul dengan lebih mudah. Masri mengatakan bahwa kelompok relawan mengenalkan wanita dari agama sepupu kepada budaya Amerika, mengajak mereka ke museum, taman, dan tempat-tempat untuk anak-anak mereka dapat bermain. Terkadang, kelompok itu menyambut mereka, mengenal mereka, dan siap sedia memberikan konseling dan membantu mereka memahami hak-hak mereka. Crescent Project mengatakan bahwa sebagai orang-orang percaya, "Apa yang kami lakukan bukanlah membuat mereka menjadi pemeluk agama lain. Namun, apa yang kami lakukan adalah untuk memerlihatkan kasih Kristus kepada mereka". "Bahkan dalam hal-hal kecil -- bukan yang besar -- kita dapat menunjukkan kasih Kristus dan menyambut mereka serta menjadi tangan dan kaki Yesus," kata Masri. "Tuhan dapat menggunakan semua itu untuk melayani wanita-wanita ini." Hal-hal kecil ini juga termasuk banyak doa. Crescent Project telah mendedikasikan seluruh bulan Mei untuk berdoa dan memohon bagi para wanita agama sepupu di Amerika, dan mereka akan mengajak sebanyak mungkin orang. (t/Dian) Diterjemahkan dari: Mission News, April 2009 Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/12561 Pokok doa: * Berdoa untuk orang-orang percaya di Amerika, agar Tuhan memberi hati yang mengasihi, terutama ketika melihat orang-orang dari bangsa lain yang kesepian dan membutuhkan perhatian. * Berdoa bagi relawan yang terlibat di pelayanan Crescent Project, agar Tuhan memampukan mereka memiliki arah dan strategi pelayanan yang tepat dan sesuai dengan panggilan Tuhan untuk menjangkau mereka yang terhilang. C I N A SW (38 tahun), seorang pemilik toko buku Kristen di Beijing, ditangkap oleh petugas Public Security Bureau (PSB) tanggal 28 November 2007. Petugas membebaskannya tanggal 4 Januari 2008 karena kekurangan bukti untuk menjeratnya dengan dakwaan memublikasikan buku-buku yang dilarang negara. Tanggal 19 Maret 2008, PSB kembali menangkap SW dengan tuduhan yang sama, meskipun pengadilan telah mengabaikan kasus ini karena kurangnya bukti dan ia tidak dapat diadili untuk yang ketiga kalinya dengan kasus sama tanpa bukti yang cukup. Namun demikian, pihak PSB tetap menahan SW. SW menderita penyakit diabetes. Dan karena kondisi di penjara yang kurang bersih, tubuhnya melepuh oleh luka, ia juga kesulitan tidur dan berat badannya turun hingga 20 kilogram. Pergumulan yang berat juga dirasakan oleh istri SW, ZJ, dan kedua putri mereka, SJ (12 tahun) dan SE (8 tahun). Keluarga ini terus-menerus diawasi oleh pihak berwajib. Kontak langsung dari orang-orang yang dapat membantu mereka sangat mustahil untuk dilakukan saat ini. Untuk sementara waktu, saat SW di penjara, maka ZJ harus menggantikan suaminya sebagai gembala di gereja mereka. Sementara petugas PSB secara rutin "mengunjungi" gereja mereka. Kedua putri SW juga memiliki pergumulan di sekolah. Teman-teman mereka mengejek SJ dan SE karena memiliki seorang ayah "penjahat". Suatu ketika SE pulang dari sekolah dan berkata pada ibunya supaya mereka diberi ayah baru. Ketika ibunya bertanya kenapa, ia menjawab, "Karena ayahku seorang penjahat". Anak-anak ini sekarang mulai bertumbuh dan mengetahui situasi ayah mereka. Mereka memerlukan dukungan doa dari orang-orang percaya di seluruh dunia. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buletin: Open Doors, Edisi Mei - Juni 2009 Penulis: Tim Open Doors Indnesia Penerbit: Yayasan Tim Open Doors Indonesia, Jakarta Halaman: 8 Pokok doa: * Berdoa bagi SW yang masih ada di dalam penjara, agar Tuhan menjaga dan memberi perlindungan kepadanya. Doakan juga agar Tuhan memampukan dan memberi keberanian kepadanya untuk bersaksi dan menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang yang ada di penjara. * Doakan untuk ZJ yang harus menggantikan suaminya menggembalakan jemaat, agar Tuhan memberi kekuatan. Doakan juga agar jemaat menopang pelayanan yang ZJ lakukan dan tetap bertekun dalam doa. * Doakan juga untuk SJ dan SE, agar Tuhan memberkati sekolah mereka, dan menolong mereka untuk mengerti keadaan ayahnya yang sebenarnya dan tetap mengasihi keluarganya. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA KENAIKAN ISA ALMASIH, ROH KUDUS, DAN MISI Setelah Yesus menyelesaikan misi-Nya yang paling utama dalam kehidupan-Nya sebagai manusia di bumi ini, yaitu menanggung dosa-dosa manusia di kayu salib, Ia bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya selama empat puluh hari dan meneguhkan hati mereka. Kemudian tiba saat-Nya Ia kembali ke surga. Kepergian-Nya bukanlah dimaksudkan agar Yesus beristirahat atau menjalani masa liburan di surga, tetapi "Ia pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang dikasihi-Nya". Di surga, Yesus juga menjadi pengantara dan berdoa syafaat bagi umat pilihan-Nya yang masih ada di dunia ini. Di sisi lain, Ia juga menyertai orang-orang percaya hingga akhir zaman. Jadi, kembalinya Yesus ke surga tidak mengakhiri pelayanan-Nya, malahan Ia bekerja lebih keras untuk membawa orang-orang berdosa agar menerima karya-Nya di kayu salib. Itulah sebabnya sebelum Ia terangkat ke surga, Ia mengutus murid-murid-Nya untuk menjadi saksi dengan pertolongan Roh Kudus. Murid- murid harus menjadi saksi Kristus mulai dari Yerusalem, Yudea, dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Perintah Yesus ini ditujukan kepada semua orang yang telah percaya kepada-Nya, agar menjadi misionaris-misionaris mulai dari tempat asalnya, kemudian ke tempat yang dekat, lalu ke tempat yang agak jauh, dan mencapai jiwa-jiwa yang lebih jauh lagi, hingga ke ujung-ujung bumi. Bagi Yesus, semua orang percaya memunyai tugas seorang misionaris. Yesus melengkapi orang percaya dengan kuasa-Nya untuk menjadi saksi. Oleh sebab itu, kita sebagai misionaris Allah tidak perlu takut, karena Roh Kudus diutus-Nya untuk bersama kita dalam memberitakan Injil. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Misi, Diskusi dan Doa Penulis: Dr. Makmur Halim Penerbit: Gandum Mas, Malang 2000 Halaman: 82 -- 84 POKOK DOA: 1. Mari kita naikkan pujian bagi Yesus Kristus yang telah menyelesaikan misi keselamatan terbesar bagi manusia. Kini Ia telah mati, bangkit, dan terangkat ke surga bagi kita agar kita dapat menjadi misionaris-misionaris untuk Kerajaan-Nya. 2. Berdoalah agar Tuhan memberikan kesetiaan pada kita, untuk terus mengikut Dia dan mengiring Dia, baik dalam keadaan susah maupun senang. Mari kita melayani Dia tanpa pamrih. 3. Berdoalah agar Tuhan memakai kita dengan kuasa Roh-Nya yang kudus untuk menjadi misionaris di lingkungan sekitar kita; di keluarga, tempat pekerjaan, gereja kita, dan bahkan ke mana pun kita pergi. Kiranya Tuhan memberi kuasa-Nya agar kita dapat bersaksi tentang kasih-Nya bagi orang-orang berdosa. ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |