Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/20 |
|
e-JEMMi edisi No. 20 Vol. 11/2008 (13-5-2008)
|
|
Mei 2008, Vol.11 No.20 ______________________________ e-JEMMi _____________________________ (Jurnal Elektronik Mingguan Misi) ______________________________________________________________________ SEKILAS ISI EDITORIAL ARTIKEL MISI 1: Banyak Tantangan untuk Para Pekerja Lintas Budaya ARTIKEL MISI 2: Absolutisme dan Relativisme SUMBER MISI: Iranian Christian International (ICI) DOA BAGI MISI DUNIA: Mauritania, Malaysia DOA BAGI INDONESIA : Tenaga Kerja Wanita (TKW) STOP PRESS: Lowongan Pekerjaan Programmer dan Web Programmer ______________________________________________________________________ WHEN YOU LOOK OUT, IT MAY BE NIGHT BUT WHEN YOU LOOK UP IT`S ALWAYS LIGHT ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Melayani kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan budaya bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak pengertian dan pemahaman yang perlu diketahui dan dipelajari terlebih dahulu. Bagaimana pun, setiap budaya memiliki keunikan yang mungkin tidak kita jumpai di tempat biasa kita berada. Oleh karena itu, mereka yang ingin melayani misi lintas budaya perlu mengetahui tantangan-tantangan yang ada. Dalam e-JEMMi edisi minggu ini, kami menyajikan dua artikel yang kami harap dapat menolong kita dan para pekerja misi lintas budaya untuk memunyai pemahaman yang lebih jelas tentang apa yang kita hadapi. Selamat menyimak sajian ini. Tak lupa, kami berdoa agar Roh Kuduslah yang terus memberi pencerahan sehingga pelayanan misi lintas budaya bisa semakin terbuka untuk dilakukan bagi umat Kristen. Tuhan memberkati pelayanan misi lintas budaya. Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI 1 BANYAK TANTANGAN UNTUK PARA PEKERJA LINTAS BUDAYA Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan kerohanian mereka. Pelayanan lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat. Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan tujuan kita. Hal ini dapat diperlihatkan dalam lima pokok berikut. 1. Bahasa Setiap bahasa yang terdapat di Indonesia mengandung ciri-ciri yang khas. Jika kita bicara soal rohani kepada seseorang, kita harus menguraikannya dengan bahasa yang paling cocok untuk orang itu. Jika tidak demikian, ada kemungkinan besar ia tidak akan menangkap maksud kita. 2. Pandangan Hidup Pandangan hidup setiap suku terabaikan terdiri dari filsafat dan teologi mereka. Jika mereka memunyai pandangan hidup yang berbeda dari kita, maka mereka akan sukar untuk menerima Injil. Misalnya, jika seseorang memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dosa, keselamatan, dunia gaib, dan sebagainya yang berbeda dari pandangan dunia Alkitab, ia tidak akan langsung mengerti Injil. Injil memunyai pandangan hidup tersendiri yang harus dijelaskan dengan contoh-contoh yang dapat ditangkap oleh orang itu. 3. Nilai-nilai Kita harus mempelajari nilai-nilai yang dihargai oleh suku terabaikan itu. Pengertian kita akan nilai-nilai mereka membuka banyak peluang untuk Injil. Kita menghormati nilai-nilai mereka yang baik dan menguatkan nilai-nilai itu yang sesuai dengan pandangan hidup Alkitab. 4. Kepemimpinan Cara kepemimpinan setiap suku juga memunyai ciri khas yang perlu diperhatikan oleh kita. Jika kita tidak berusaha memimpin jemaat baru dengan cara yang dapat dimengerti dan dihormati oleh mereka, maka mereka tidak akan merasa betah. Para penginjil perlu mempelajari cara kepemimpinan orang-orang yang mereka layani. 5. Organisasi sosial Sistem organisasi sosial sebuah suku juga penting untuk kita pelajari. Misalnya, hampir setiap suku di Indonesia memegang sistem bapak/anak buah, tapi cara melaksanakannya cukup bervarisasi. Kita harus memerhatikan sistem-sistem sosial, seperti sistem kekeluargaan, sistem pendidikan, dan sistem-sistem masyarakat yang lain. Jika tidak, kita seolah-olah masih berada di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Penyesuaian ini tidak begitu mudah dilaksanakan oleh seorang penginjil atau gembala yang berasal dari suku lain. Kesimpulannya Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan. Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh gereja dan saudara-saudara seiman. Marilah kita memerhatikan para pekerja lintas budaya, mendoakan, dan menyokong mereka secara khusus agar mereka dikuatkan oleh Tuhan dalam mengemban tugas yang berat itu. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus Anak Allah. Kiriman dari: Roger Dixon ______________________________________________________________________ ARTIKEL MISI 2 ABSOLUTISME DAN RELATIVISME Relativisme budaya berbeda dengan relativisme etis, dan keduanya itu harus dibedakan dengan saksama. Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang. Sebaliknya, relativisme budaya berbicara mengenai pegangan yang teguh pada prinsip, pengembangan prinsip tersebut, dan tanggung jawab penuh dalam kehidupan dan pengalaman seseorang. Relativisme budaya mengizinkan anggota masyarakat untuk mengalami hal-hal yang mutlak dan mengetahui makna hidup mereka sesungguhnya. Masalah pencurian di Amerika Tengah yang multibudaya, misalnya, setiap orang di sana mengerti suatu hal yang mutlak, "Tidak boleh mencuri." Setiap orang di sana mengerti, mengiyakan, dan mempraktikkan hal-hal yang mutlak dalam aturan dan norma masyarakat, memenuhi tanggung jawabnya sebagai individu maupun anggota masyarakat. Tak seorang pun melanggar apa yang sudah mutlak dalam menyesuaikan diri dan hidup berdampingan dengan orang lain. Dengan sendirinya, konflik norma terselesaikan dengan mudah melalui saling pengertian. Penyelesaian konflik pun dijaga melalui pengadaptasian yang arif oleh masyarakat. Kekacauan justru timbul dalam masyarakat berbudaya tunggal karena adanya keterhubungan antara relativisme budaya dan relativisme etis. Kekacauan juga timbul akibat penggabungan absolutisme alkitabiah dan absolutisme budaya. Banyak orang yang memiliki niat baik dalam ranah budaya tunggal yang menganggap bahwa cara mereka bertindak bukan hanya cara yang Tuhan kehendaki untuk mereka lakukan, tapi juga untuk orang-orang dari budaya lain lakukan. Mereka merasa tindakan mereka menyenangkan hati Tuhan. Jika tindakan mereka ternyata tidak menyenangkan-Nya, mereka akan mengubahnya sehingga apa yang mereka lakukan menyenangkan Tuhan. Jika pada faktanya ada hal-hal alkitabiah yang mutlak, hal-hal itu harus diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan orang Kristen. Oleh karena itu, dalam pikiran mereka, absolutisme membentang dari kemutlakan Tuhan sampai ekspresi manusia atas kemutlakan tersebut dalam ranah budaya. Variasi lain dari pola pemikiran tersebut dalam nuansa sosial budaya akan berujung pada pengabaian hal-hal yang mutlak. Jadi absolutisme alkitabiah bercampur selamanya dengan absolutisme budaya. Orang yang tidak mendukung absolutisme seperti itu pasti dianggap sebagai relativis dan tidak percaya terhadap hal-hal yang mutlak dalam hal apa pun. Ada empat kombinasi dari kedua istilah itu. Alkitabiah/budaya dan absolutisme/relativisme menghasilkan keempat kombinasi berikut: 1. Absolutisme alkitabiah dan absolutisme budaya. 2. Absolutisme alkitabiah dan relativisme budaya. 3. Relativisme alkitabiah dan absolutisme budaya. 4. Relativisme alkitabiah dan relativisme budaya. Dilihat dari sejarah, kombinasi nomor tiga bukanlah kombinasi yang diperhatikan oleh gereja. Jika seseorang tidak mengiyakan kombinasi nomor satu, maka secara otomatis dapat diasumsikan bahwa ia meninggalkan semua kemutlakan dan mendukung relativisme alkitabiah dan relativisme budaya. Para profesional berpegang pada kombinasi nomor empat, namun kesalahan itu bukan dikarenakan profesi mereka, melainkan dikarenakan keprofesionalitasan mereka. Seorang profesional yang tidak nyaman dengan relativisme alkitabiah dan budaya tidak perlu berpegang pada kombinasi yang merupakan gabungan dari relativisme. Dia bisa memilih kombinasi nomor dua dan membantu anggota masyarakat suatu budaya mengenal Allah seutuhnya sebagai anggota budaya tersebut tanpa harus menjadi misionaris. Absolutisme Alkitabiah dan Relativisme Budaya Pendekatan absolutisme alkitabiah dan relativisme budaya menegaskan adanya gangguan supernatural yang melibatkan tindakan dan ajaran. Bahkan seperti Kristus, melalui inkarnasi, menjadi daging dan tinggal di antara kita, demikian juga ajaran atau kebenaran menjadi terwujud dalam budaya. Bagaimana pun, seperti halnya firman membuat daging tidak kehilangan keilahian-Nya, demikian juga ajaran tidak kehilangan kebenarannya melalui perwujudannya dalam bentuk sosial budaya manusia. Ajaran itu selalu menyeluruh dan utuh sebagai kebenaran. Selama ekspresi sosial budaya didekati secara lintas budaya, maka hal itu dapat dikatakan sebagai kebenaran juga. Saat kebenaran dikawinkan dengan satu perwujudan budaya, potensi adanya "kepalsuan" sangat besar. Yang lebih serius lagi, potensi adanya kepalsuan dalam budaya yang memakukan kebenaran pada satu perwujudan budaya, lebih besar, jika budaya tersebut sedang mengalami proses perubahan. Sekali lagi, tentang masalah pencurian dalam ranah lintas budaya, perintah "tidak boleh mencuri" sebagai suatu moral yang mutlak dan kebenaran yang dikomunikasikan dalam budaya, diwujudkan di Amerika Utara. Perwujudan itu ada dalam budaya Suku Pocomchi Maya yang diberlakukan sama-sama menyeluruh dan utuh dalam hal properti pribadi dan umum. Empat pertanyaan untuk memastikan keabsahan dari masyarakat yang berbeda-beda. Pertanyaan yang biasanya muncul adalah norma atau cara hidup mana yang benar. Masalah itu diselesaikan dengan lebih dulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lintas budaya seperti berikut ini. 1. Apakah norma itu? 2. Apakah norma tersebut dipatuhi? 3. Apakah norma itu memerlukan perubahan? 4. Siapakah yang bertanggung jawab untuk mengubah norma itu? Rata-rata orang yang menjalani hidupnya berdasarkan normanya sendiri, mendekati orang lain dari sudut pandang norma yang dianutnya. Biasanya ia akan mengawali empat pertanyaan tersebut dengan pertanyaan nomor tiga. Karena norma-norma yang dianut orang lain dilihat dari sudut pandangnya sendiri, maka norma orang lain perlu untuk berubah. Bila norma yang dianut orang lain tampaknya perlu diubah, maka orang yang memutuskan perlunya ada perubahan itu adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengubahnya. Hal ini mungkin terjadi dalam relasi orang tua dengan anaknya, seseorang dengan pasangannya, seorang misionaris dengan negara tertentu, dan seorang pendeta dengan jemaat. Proses perubahan norma orang lain tersebut tergantung sepenuhnya kepada orang yang memutuskan bahwa norma itu perlu berubah. Keterlibatan orang lain dalam keputusan akhir, tidak diperlukan. Jadi orang tua mengambil keputusan untuk anaknya, seorang pasangan mengambil keputusan untuk pasangannya, dewan misionaris yang mengambil keputusan untuk negara, fakultas yang mengambil keputusan untuk mahasiswa, pendeta yang mengambil keputusan untuk jemaatnya. Dalam konteks Kristen, bila seseorang yang membuat keputusan memerlukan dukungan, dia hanya boleh mencari dukungan dari figur yang dengannya ia telah mengonsultasikan masalah yang ada -- Roh Kudus. Dengan demikian, tak seorang pun dapat mempertanyakan keputusan akhirnya. Orang yang mendekati tindakan, pikiran, atau keyakinan orang lain dari sudut pandang lintas budaya atau dwibudaya, akan memulainya dengan pertanyaan nomor satu. Dia akan benar-benar berusaha memahami sistem di mana tindakan, keyakinan, atau pikiran itu didasarkan dan kemudian bertanya apakah masyarakat yang ada memenuhi norma yang telah ditetapkan secara bertanggung jawab; artinya, dia akan menanyakan pertanyaan nomor dua setelah memahami benar sistem norma yang ada. Dia akan menyelidiki arti dari menjalani hidup berdasar motivasi. Dia akan memerhatikan apakah yang menjadi hal paling penting bagi seseorang -- tindakan yang bertanggung jawab atau tindakan yang tak bertanggung jawab. Kemudian dia akan menuju pada pertanyaan nomor tiga. Saat agen perubahan (orang yang mengubah) menanyakan pertanyaan ini, dia akan melakukannya, bukan dalam bentuk normanya sendiri, namun dalam bentuk norma orang lain. Hal ini dengan serta merta akan melibatkan orang lain dalam proses perubahan. Namun yang lebih penting, pendekatan yang seperti ini akan membuka kemungkinan untuk norma sang agen perubahan juga turut berubah. Saat norma dari kedua belah pihak berpeluang untuk berubah, besar kemungkinan Roh Allah akan masuk dan menuntun salah satu atau kedua pihak dalam proses perubahan. Dalam cara yang dinamis, tiga oknum ini bertanggung jawab atas perubahan norma; Roh Allah, orang yang normanya perlu berubah karena digerakkan oleh Roh, dan orang yang mendukung. Jadi, hubungan timbal balik yang sejati berkembang, membuka salah satu atau kedua-duanya kepada perubahan norma yang efektif. Saat agen perubahan yang telah terbuka untuk normanya sendiri atau norma orang lain untuk berubah, terus melangkah, dia menemui adanya kebutuhan baru untuk dipenuhi. Dia sekarang memerlukan sesuatu yang lain dari hanya sekadar perubahan perilaku. Dia merasakan perlu adanya beberapa tujuan, standar eksternal. Injil-injil, dalam bentuk Alkitab, memberikan standar ini. Orang pertama, juga dengan orang lain, yakni orang yang normanya memerlukan perubahan dan yang mendukung perubahan itu, bekerja bersama Injil dalam bahasa yang mereka berdua bisa pahami dan meresponinya sebagai "firman Allah". Bagi orang-orang tertentu di Amerika Utara, mereka hanya dan akan selalu meresponi Alkitab versi King James. Bagi masyarakat Amerika Utara lainnya, mereka hanya dan akan selalu meresponi Alkitab dalam versi beberapa bahasa kontemporer, tergantung pada dialek bahasa Inggris mereka. Bagi mereka yang beretnik dan berlatar belakang yang berbeda, Alkitab yang mereka pakai adalah produk dari program terjemahan yang dipimpin oleh perorangan, suatu masyarakat Alkitab, atau oleh beberapa organisasi lain, seperti program penerjemahan Wycliffe Bible Translators dan Tyndale Living Bible. Dalam proses yang dinamis ini, tuntutan perubahan dari tantangan lintas budaya dan dalam suatu masyarakat dalam suatu masa, dapat teratasi dengan efektif. Namun suatu masalah baru mungkin harus dihadapi oleh agen perubahan saat proses itu dimulai dan saat proses perubahan yang kooperatif dan timbal balik itu berlangsung. Bagaimana jika norma kedua belah pihak tidak perlu berubah? Bagaimana jika sebuah norma berubah perlahan dalam jangka waktu yang lama? Bagaimana jika norma dari orang pertama berubah, namun norma pihak yang lain yang perlu berubah, malah tetap? Mungkin ini adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh para misionaris atau agen perubahan. Dia datang ke suatu komunitas dengan asumsi bahwa norma akan berubah dengan masuknya Injil. Namun demikian, bukankah mereka kafir? Hal-hal tertentu akan berubah hanya tuntutan kontak lintas budaya, namun mungkin ada daerah-daerah yang sulit untuk berubah. Banyak faktor yang memengaruhi hal itu. Ada kemungkinan misionaris tidak memerhatikan pimpinan Roh Kudus. Terjemahan Alkitab yang digunakan untuk menjangkau mereka mungkin tidak mencukupi. Ada kemungkinan misionaris telah salah mengartikan latar belakang sosial budaya atau Alkitab. Ada kemungkinan pula norma yang dianut misionaris harus berubah sebelum tercipta fondasi yang akan memunculkan perubahan pada orang lain. Ada kemungkinan juga bahwa perubahan sedang terjadi, tetapi dalam tempo yang lambat, jauh lebih lambat dari yang diharapkan agen perubahan, atau jauh lebih lambat dari apa yang sebenarnya bermanfaat bagi orang-orang yang terlibat. Atau bahkan mungkin juga Injil bisa masuk dalam suatu kehidupan tanpa diperlukan adanya perubahan -- terlepas dari perubahan rohani. Beberapa usaha untuk mengubah suatu norma supaya menjadi sama dengan norma lain akan menyebabkan orang yang normanya menjadi pusat perhatian, terlempar dalam konflik -- suatu keadaan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan rohani. Seseorang harus berhati-hati untuk tidak menimbulkan konflik sosial yang tidak ada gunanya supaya ia tidak bingung pada konflik rohani yang biasanya terjadi dengan masuknya berita kebenaran alkitabiah, yakni Injil. Perhatian ekstra harus diberikan sehingga setiap kemajuan dalam perubahan, tetap sejalan dengan sistem sosial budaya yang berlaku untuk memastikan keunikan budaya yang diperlukan dalam pertumbuhan rohani. Akhirnya, pendukung yang bekerja sama dengan orang lain bisa maju melalui suatu gaya pelayanan yang efektif untuk mendorong kreativitas dalam pengalaman hidup masyarakat Kristen. (t/Dian dan Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku: Christianity Confronts Culture Judul asli artikel: Absolutism and Relativism Penulis: Marvin K. Mayers Penerbit: Zondervan Publishing House, Michigan 1974 Halaman: 231 -- 237 ______________________________________________________________________ SUMBER MISI IRANIAN CHRISTIAN INTERNATIONAL (ICI) ===> http://farsinet.com/ici/ Didirikan pada 1981, Iranian Christian International (ICI) telah melayani kira-kira delapan juta warga Iran dan Afganistan yang tinggal di luar wilayah negara mereka. Melalui situsnya ini, pengunjung diajak untuk melihat pelayanan mereka, di antaranya, ICI telah membawa banyak orang Iran dan Afganistan kepada Kristus serta menyuburkan pertumbuhan gereja di komunitas Iran dan Afganistan di luar negeri. Bekerja sama dengan banyak organisasi misi, gereja, dan pelayan Tuhan, ICI melayani orang-orang tersebut, antara lain dengan menerbitkan "Mojdeh" (Kabar Baik) -- majalah dua bahasa (Persia/Inggris) dan menerbitkan, mencetak ulang, dan menditribusikan buku-buku Kristen berbahasa Persia, bahasa Dari, dan Inggris untuk keperluan penginjilan, pemuridan, dan pelatihan. Selain itu, mereka juga menyediakan konseling dan memantau hak orang-orang Kristen yang ada di negara-negara Islam serta menyediakan dukungan hukum bagi mereka. Tertarik untuk berlangganan majalah mereka? Atau rindu untuk membantu pelayanan mereka? Segera saja kunjungi situsnya karena Anda bisa mendapatkan informasi-informasi tersebut melalui situs ini. ______________________________________________________________________ DOA BAGI MISI DUNIA M A U R I T A N I A Open Doors meminta agar orang-orang Kristen berdoa untuk saudara-saudari seiman mereka yang tinggal di Mauritania, Afrika Utara. Mauritania menempati posisi ke-24 dalam World Watch List 2008, yang merupakan daftar nama-nama negara yang melakukan penganiayaan terhadap orang Kristen. Sebelumnya, pada 2007, Mauritania berada di urutan ke-32. Kekristenan di sana sangat ditentang, baik secara sosial maupun budaya. Mayoritas populasi di sana beragama Islam Sunni. Open Doors meminta agar kita berdoa demi kesatuan pemercaya baru dan gereja di Mauritania. Doakan agar orang Kristen tetap kuat di dalam iman, walaupun ada pertentangan. (tNovita) Diterjemahkan dari: Mission News, Maret 2008 Selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10993 Pokok doa: * Doakan agar Tuhan membuka jalan bagi masuknya Injil di negara Mauritania. * Biarlah Tuhan memberikan kesatuan dan hikmat kepada pemercaya baru dan gereja Tuhan di Mauritania sehingga mereka dapat saling menopang, menguatkan, serta bekerja sama dalam menyebarkan Kabar Baik bagi orang yang belum percaya. * Berdoa agar Tuhan melembutkan hati aparat pemerintahan Mauritania untuk memberikan kebebasan beragama bagi penduduknya. M A L A Y S I A Meskipun "Allah" adalah kata untuk menyebut "Tuhan" dalam bahasa Melayu, akhir-akhir ini pemerintah menyatakan bahwa kata tersebut mengacu pada Tuhannya orang Kedar dan hanya bisa digunakan oleh orang Kedar. Malaysia, sebuah negara dengan jumlah penduduk sekitar 25 juta jiwa, kurang lebih 60% penduduknya beragama Islam, 19% Budha, 9% Kristen, dan 6% Hindu. Walaupun konstitusi resmi negara tersebut memberikan kebebasan beribadah, namun dalam praktiknya hak kaum minoritas sering dilanggar. Surat kabar Gereja Katolik di Malaysia, The Herald, menggugat pemerintah pada awal Desember 2007 menyusul peringatan bahwa izin terbit surat kabar akan dicabut jika surat kabar itu tidak berhenti menggunakan kata "Allah" di kolom bahasa Melayu dalam surat kabarnya. Gereja Evangelikal Sabah di Kalimantan juga mengajukan gugatan hukum setelah gereja tersebut dilarang mengimpor buku-buku Kristen dengan kata "Allah" di dalamnya. (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buletin: Body Life, Edisi Januari 2008, Volume 26, No. 1 Judul asli artikel: Christian Challenge Ban on "Allah" Halaman: 3 -- 4 Pokok doa: * Doakan agar umat Kristen di Malaysia dapat tetap tenang dan dengan kepala dingin meresponi masalah ini tanpa harus saling melukai perasaan masing-masing. * Penyelesaian istilah "Allah" bagi umat Kristen di Malaysia sedang dibicarakan dalam Mahkamah Konstitusi Malaysia dan hasilnya akan dikeluarkan pada awal Juni mendatang. Doakan agar pemerintah Malaysia dapat mengambil tindakan yang bijaksana guna menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi. ______________________________________________________________________ DOA BAGI INDONESIA TENAGA KERJA WANITA (TKW) Tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di luar negeri sering mengalami banyak masalah, baik masalah di antara sesama TKW, antara TKW dengan majikannya, sampai masalah antara TKW dengan negara tempat mereka bekerja karena tidak adanya dokumen resmi untuk bekerja. Sebagian besar TKW tersebut berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Namun permasalahan tidak berhenti sampai di situ, sering kali mereka mendapat perlakuan kasar dari para majikan, gaji yang tidak dibayarkan, bahkan tidak jarang para majikan melakukan pelecehan seksual hingga pemerkosaan. Hal-hal semacam ini sungguh sangat memprihatinkan. Namun di antara cerita sedih tersebut, ada yang memiliki nasib yang lebih baik, tapi hal tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak TKW kita yang bekerja di negeri orang. Pokok Doa: 1. Doakan agar pemerintah Indonesia dapat belajar dari pengalaman sehingga semakin berhati-hati dalam mengirim TKW ke luar negeri. Mereka juga harus membenahi sistem yang ada dan lebih selektif lagi untuk menghindari masalah-masalah seperti yang telah diuraikan di atas. 2. Kiranya KBRI di negara-negara tempat TKW bekerja, memberikan perhatian dan perlindungan yang pantas bagi para TKW yang sedang bekerja di negara-negara itu. 3. Berdoa juga untuk TKW yang mendapatkan majikan yang kurang baik, bahkan kejam. Doakan agar keadaan ini dapat menjadi cara agar mereka mencari Tuhan Yesus Kristus, Pelindung dan Penyelamat yang sejati. 4. Doakan agar kesempatan bekerja di luar negeri ini dapat memungkinkan para TKW bertemu dengan Tuhan, khususnya bagi TKW yang mendapatkan majikan yang cinta Tuhan Yesus. ______________________________________________________________________ STOP PRESS LOWONGAN PEKERJAAN PROGRAMMER DAN WEB PROGRAMMER Dunia teknologi terus berinovasi .... - Pernahkah Anda berpikir, apa peran teknologi bagi Kerajaan Allah? - Maukah Anda mengambil bagian dalam misi Allah di era teknologi ini? Bergabunglah bersama kami! Yayasan Lembaga SABDA dibangun atas kerinduan untuk mengambil bagian dalam visi misi Allah dengan memakai teknologi komputer dan internet untuk menjadi alat bagi pembangunan Kerajaan-Nya di dunia. ==> http://www.ylsa.org/ Yayasan Lembaga SABDA mengajak Anda yang memiliki kualifikasi berikut ini untuk bergabung: 1. Lowongan Programmer/Database Designer: a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik Komputer/Informatika/Matematika). b. Menguasai minimal satu bahasa pemprograman modern (C+, C#, Scripting, Java, PHP, Python, Perl, Ruby, dll.). c. Memiliki kemampuan logika dan matematika. d. Menguasai Bahasa Inggris. e. Memiliki pengalaman di bidangnya. 2. Lowongan Web Programmer/Web Designer: a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik Komputer/Informatika/Matematika). b. Menguasai HTML, PHP, dan MYSQL (terutama untuk Web Programmer). c. Memiliki kemampuan desain dan menguasai minimal satu tool untuk grafis (khusus untuk web designer). d. Diutamakan bagi yang sudah pernah membuat website. Kualifikasi umum: 1. Sudah lahir baru, hidup baru dalam Kristus, dan sudah dibaptis. 2. Pria atau wanita; diutamakan yang belum menikah. 3. Mampu bekerja dalam tim dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. 4. Dapat bekerja dengan tenggat waktu yang ketat dan memiliki ketelitian yang tinggi. 5. Memunyai semangat tinggi untuk terus belajar dan melayani di bidang teknologi informasi. 6. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk dua tahun. Bagi yang berminat bergabung, kirimkan surat lamaran resmi dan CV lewat e-mail ke: ==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org Atau kirim secepatnya lewat pos ke: YLSA/SABDA KOTAK POS 25 SLONS 57135 Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: ylsa(at)sabda.org ______________________________________________________________________ Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati dan Dian Pradana Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak. Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/ Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/ Situs YLSA: http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog:http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |