Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2013/14

e-JEMMi edisi No. 14 Vol. 16/2013 (9-4-2013)

Misi di Asia

	
April 2013, Vol.16, No.14
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Misi di Asia
No.14, Vol.16, April 2013

Shalom,

Asia adalah wilayah yang paling luas di dunia dan terdiri dari beragam 
suku bangsa dan bahasa. Setiap suku yang berdiam di dalamnya memiliki 
perbedaan budaya yang sangat mencolok, terutama karena tersekat-sekat 
oleh perbedaan geografis yang sangat kontras. Luas Asia dan 
keberagaman yang terdapat di dalamnya ternyata hanya sebagian dari 
faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran Injil di belahan bumi ini. 
Untuk itu, pada edisi ini e-JEMMi mengajak Pembaca yang Terkasih untuk 
mengenal lebih dalam keunikan masyarakat Asia, supaya kita semakin 
tahu apa yang perlu kita doakan.

Dalam kesempatan ini, kami juga memberitahukan bahwa mulai bulan ini 
publikasi elektronik e-JEMMi akan terbit dua kali dalam sebulan, yaitu 
pada minggu kedua dan keempat. Akhir kata, kiranya apa yang kami 
sajikan pada edisi ini dapat semakin mendorong pembaca untuk mendoakan 
pekerjaan Tuhan di seluruh dunia, terutama di Asia. Selamat membaca, 
selamat berdoa, Tuhan Yesus memberkati!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net>
< http://misi.sabda.org/ >


          ARTIKEL MISI: ASIA: TANTANGAN PERTAMA DAN TERLUAS

Asia adalah benua yang paling menakjubkan di dunia. Meskipun Asia 
merupakan benua yang memiliki peradaban kuno yang agung, tetapi Bangsa 
Eropa di zaman Abad Pertengahan sangat tidak memperhatikan Asia selama 
berabad-abad. Akan tetapi, pada Zaman Eksplorasi, orang-orang Eropa 
mulai menjelajahi benua yang misterius dan luas ini. Dengan semakin 
dikenalnya benua Asia, Allah mengerahkan utusan-utusan-Nya untuk 
memasuki benua dengan membawa Injil Kristus. Tanggapan yang diperoleh 
para utusan itu tidak sama antara satu dan yang lainnya: beberapa 
bangsa yang paling terjangkau Injil dan beberapa bangsa yang paling 
tidak terjangkau Injil di muka bumi ini terdapat di Asia. Dengan 
berkembangnya perekonomian dan teknologi bangsa-bangsa di sekitar 
Pasifik (Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura), orang-orang 
Barat dipaksa untuk memperhatikan Asia. Sebagai orang Kristen, kita 
juga harus memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan rohani Asia. 
Sebelum itu, ada baiknya kita melihat gambaran umum benua ini.

KEUNIKAN ASIA

Benua Peradaban Kuno

Sangat sulit membuktikan peradaban kuno mana yang muncul terlebih 
dahulu di Asia. Akan tetapi, kita bisa yakin bahwa peradaban paling 
kuno di Benua Asia muncul lebih dari 5.000 tahun yang lalu. Peradaban 
Tiongkok adalah peradaban yang sangat kuno dan terus berkembang hingga 
hari ini. Bahkan, di Vietnam ditemukan bukti-bukti peradaban yang 
lebih kuno lagi. Di Pakistan ditemukan puing-puing arkeologis dari 
peradaban Sungai Indus kuno yang diperkirakan muncul pada zaman 
sebelum 1.500 sM. Yang lebih dekat dengan sejarah Perjanjian Lama 
adalah peradaban kuno Mesopotamia, kampung halaman Abram, dan 
reruntuhan Ebla di Suriah yang dengan sangat jelas menunjukkan 
penanggalan sebelum zaman Abram.

Ketidakterbukaan Tiongkok terhadap orang-orang asing berkaitan dengan 
kebanggaan mereka atas peradaban kuno yang mereka miliki, seperti yang 
dinyatakan oleh Kane:

"Masyarakat Tionghoa hanya mengenal satu bangsa yang beradab di dunia, 
yaitu Kerajaan Tengah (Tiongkok-red.). Semua bangsa lain dianggap 
tidak beradab dan disebut `kaum barbar`. Peradaban Tiongkok mencapai 
kejayaannya selama Masa Kegelapan ketika terang di seluruh Eropa 
padam. Changan, ibu kota Dinasti Tang, mungkin adalah kota yang paling 
mutakhir di dunia pada masa itu. Dengan sejarah dan peradaban yang 
demikian, dapat dimaklumi jika Tiongkok mempunyai gagasan mengenai 
kehebatan dirinya sendiri."

Benua dengan Populasi Terpadat

Asia Besar meliputi sepertiga dari wilayah daratan dunia dan dihuni 
sekitar 62,5 persen dari jumlah seluruh penduduk dunia. Enam dari 8 
negara berpenduduk terbanyak ada di Asia. Kota-kota terbesar dunia pun 
ada di Asia: Tokyo sebagai yang terbesar, disusul oleh Shanghai, 
Mumbai, Kolkata, dan kota-kota lain. Meskipun sebagian besar Asia 
masih berupa pedesaan, namun kota-kotanya menjamur dalam urbanisasi di 
dua pertiga negara-negara di dunia. Secara keseluruhan, jumlah 
penduduk Asia meningkat di angka yang mengejutkan. Sebuah faktor yang 
menarik dalam mosaik jumlah populasi di Asia adalah sejumlah besar 
perantau Tionghoa, yang tersebar ke negara-negara di Asia Tenggara 
seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, dll..

Jumlah penduduk di Asia tidak tersebar merata karena luasnya wilayah 
pegunungan dan padang gurun. Pegunungan Himalaya merupakan rangkaian 
pegunungan terluas dan tertinggi di dunia. Membentang keluar dari 
segitiga Tibet. Rangkaian pegunungan ini menjulang sampai ke Asia 
Tenggara dan Afganistan. Wilayah di pegunungan ini memang dihuni oleh 
populasi yang kecil, namun pegunungan ini menjadi penghalang yang 
memisahkan wilayah-wilayah di Asia, dan menjelaskan perbedaan yang 
sangat mencolok antara satu budaya dengan budaya lainnya.

Rumah bagi Agama-Agama Besar Dunia

Semua agama besar dunia berasal dari Asia. Meskipun beberapa agama 
mengalami perubahan wilayah dominasi, namun semua agama itu masih 
menonjol di Asia. Hindu adalah agama yang dominan di India, tetapi 
juga mempengaruhi Asia Selatan. Dari Agama Hindu, muncullah Agama 
Buddha di India dan agama ini menjadi agama dominan di Asia Utara. 
Agama Kong Hu Cu dan Tao adalah agama asli dataran Tiongkok, begitu 
pula agama Sinto bagi Jepang. Islam merupakan pendatang terakhir dari 
seluruh agama-agama Asia. Agama ini berkembang di Semenanjung Arab 
sekitar tahun 610 M, lalu menyebar ke timur sampai ke Indonesia dan 
Filipina.

Setiap agama ini memiliki pengaruh yang kuat bagi para penganutnya 
karena tidak hanya mengandung filosofi yang kompleks, tetapi juga 
membudayakan praktik-praktik religius yang kuat. Inilah mengapa agama-
agama tersebut menjadi karakter yang dominan dalam kehidupan sebagian 
besar orang Asia sehingga membuat Injil Kristus sulit masuk ke dalam 
budaya-budaya ini selama berabad-abad.

Benua yang Mengalami Perubahan Pesat dan Memiliki Perbedaan yang 
Mencolok

Rudyard Kipling pernah menulis, "Timur adalah Timur dan Barat adalah 
Barat, keduanya tidak akan pernah bertemu!" Namun faktanya, kini Asia 
menjadi kebarat-baratan dan mengalami perubahan yang cepat. Don Hoke 
memberi kesaksian atas pengalaman pribadinya:

"Setelah 21 tahun di Asia, saya merasa bahwa khususnya di pusat-pusat 
kota yang sedang berkembang, kita menyaksikan penyebaran budaya 
universal yang besar, abu-abu, materialistis, dan sekuler ke seluruh 
benua. Budaya baru itu merembes ke kota-kota di Asia sehingga 
pemandangan yang terdapat di setiap kota itu terlihat sama: iklan-
iklan lampu neon yang terang (biasanya produk-produk Jepang); film-
film dari setiap negara di dunia (banyak di antaranya pornografi); 
mobil-mobil taksi berpenampilan standar, pakaian, rekreasi, dan pusat 
perbelanjaan. Inilah Asia hari ini."

Revolusi ekonomi dan teknologi mendorong negara-negara di sekitar 
Pasifik untuk berubah sehingga mengakibatkan perbedaan yang mencolok 
di Asia, baik dalam bidang ekonomi maupun teknologi. Di ujung spektrum 
yang berseberangan adalah Bangladesh, negara yang pernah disebut "si 
lumpuh di antara negara-negara dunia" karena jumlah populasi penduduk 
yang terlalu besar, tingkat kemiskinan yang tinggi, kurangnya sumber 
daya, serta suramnya masa depan bangsa itu. Filipina sedang berjuang 
untuk keluar dari pengelolaan negara yang salah akibat eksploitasi 
yang dilakukan Marcos saat memerintah. Di India, seseorang dapat 
menemukan keadaan yang sangat kontras, jumlah orang kaya yang sedikit 
dengan orang miskin yang banyak. Hal ini terlihat sangat jelas 
terutama di kota-kota besar.

Secara politik, Asia sedang berada dalam perubahan yang sangat besar. 
Kini, banyak negara Asia yang telah merdeka dari dominasi kekuatan 
kolonial yang terjadi di awal abad. Namun, daratan Cina yang telah 
melewati 35 tahun di bawah pemerintahan Komunisme yang xenophobic 
(takut terhadap hal-hal asing) dan dogmatik, kini berada di bawah 
pemerintahan Komunis yang lebih terbuka dan berkiblat ke Barat selama 
lebih dari satu dekade. Hong Kong dan Makau (dengan ragu-ragu) menjadi 
bagian dari gambaran tersebut pada tahun 1997. Negara-negara Indo-Cina 
seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja berada dalam dekade ketiga di bawah 
penguasa Komunis fanatik, dan tengah berperang untuk menentukan jenis 
paham Komunis apa yang akan menguasai negaranya. Para pemberontak 
Afganistan berjuang untuk menyingkirkan penindasan dan genosida yang 
dilakukan oleh penjajah Komunis Rusia, dan dalam proses perjuangan itu 
jutaan orang menjadi pengungsi. Penggulingan pemerintahan Shah di Iran 
dan bangkitnya Umat Muslim Fundamentalisme (yang menekankan legalisme) 
berakhir dalam sebuah perang dengan Irak yang mengerikan, dengan 
jutaan korban selama prosesnya.

Latar bagi Runtuhnya Kolonialisme

Di seluruh Asia, hanya Jepang, Thailand, Afganistan, dan Iran yang 
sama sekali tidak pernah menjadi koloni dari beberapa negara 
kekaisaran Barat. Bahkan, Jepang dipaksa untuk mengadakan perdagangan 
asing oleh Komodor Ferry dan berada di bawah kekuasaan militer Amerika 
setelah Perang Dunia II. Beberapa pemerintahan kolonial relatif 
menerangkan dan meninggalkan warisan infrastruktur pemerintahan 
(undang-undang, pengadilan, jalan kereta api, sistem portal, dll.) 
yang terus ada sampai sekarang. Penduduk di negara-negara subkontinen 
India kadang-kadang berkata, "Keadaan kita lebih baik di bawah 
kekuasaan Inggris." Namun, ketika kekuatan kolonial tidak lagi 
mencengkeram, kepergian mereka tidaklah diratapi oleh subjek jajahan 
mereka. Entah dibenci atau dihargai, dampak kolonial terhadap Asia 
tidak dapat diubah. Kekuasaan Kerajaan Inggris menjadikan Bahasa 
Inggris sebagai bahasa dunia saat ini, dengan Bahasa Perancis berada 
tak jauh di belakang. Pengaruh pendidikan Barat terhadap kaum 
terpelajar Asia juga telah membawa perubahan-perubahan yang tidak 
dapat diubah. Sebagaimana yang dinyatakan Hoke, materialisme Barat 
telah meruntuhkan kesetiaan religius dari banyak orang Asia. Misalnya, 
mahasiswa agama lain di banyak bagian dunia agama lain, sangat sedikit 
yang datang ke rumah ibadah untuk ibadah pada hari Jumat. Hal ini 
memberikan peluang yang besar bagi masuknya Injil.

Benua Tempat "Garis Depan yang Tersembunyi"

Pada tahun 1974, di Lausanne Congress of World Evangelism, Ralph 
Winter pertama kali menekankan tentang pelayanan misi "garis depan 
yang tersembunyi" di antara orang-orang yang belum terjangkau secara 
efektif oleh para utusan Injil atau orang-orang percaya. Dengan 
demikian, Asia bukan saja merupakan benua yang paling padat 
penduduknya, namun juga benua dengan orang-orang yang belum terjangkau 
dalam jumlah yang terbesar. Hal ini tidak berarti bahwa suku-suku 
tersebut tidak pernah mendengar nama Kristus atau tidak dapat 
mendengar Injil, mereka belum terjangkau karena mereka belum pernah 
mendengar Injil dalam cara yang dapat mereka pahami secara budaya. 
Karena itu, mereka belum terjangkau secara efektif bagi Kristus. Tentu 
saja ada orang-orang yang dibawa kepada Kristus di berbagai tempat di 
Asia, akan tetapi budaya dan keadaan geografis masih menjadi 
penghalang terbesar bagi penyebaran Injil di Asia sampai hari ini. 
(tJing Jing)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: What in the World is God Doing?
Judul asli artikel: Asia: The first and Vastest Challenge
Penulis: C. Gordon Olson
Penerbit: Global Gospel Publisher, 1994
Halaman: 201 -- 205


                 BERDOA BAGI MISI DUNIA: KOREA UTARA

Korea Utara menempati urutan pertama dalam daftar negara-negara dunia 
yang menganiaya orang-orang Kristen menurut Open Doors World Watch 
List. Negara ini adalah tempat tersulit bagi orang-orang yang memilih 
untuk menjadi orang Kristen.

Setelah kematian Kim Jong-Il pada Desember 2011, kekuasaan negara ini 
dilimpahkan kepada putranya, Kim Jong-Un. Akan tetapi, sejak saat itu 
hanya terlihat sedikit sekali perubahan yang terjadi. Kebanyakan 
masyarakat Korea Utara mengalami kekurangan gizi dan hidup jauh di 
bawah batas kemiskinan. Bahkan, lebih dari 1 persen penduduk negara 
ini berada di kamp-kamp kerja paksa.

Di negara ini, penganiayaan terhadap orang-orang Kristen sangat 
tinggi. Setiap aktivitas keagamaan dianggap sebagai perlawanan 
terhadap pengultusan Dinasti Kim. Siapa pun dapat dibunuh atau dikirim 
ke kamp kerja paksa jika kedapatan memiliki sebuah Alkitab.

Banyak orang Kristen Korea Utara yang menyembunyikan iman mereka, 
sebab melakukan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya dapat 
menjadi sangat berbahaya. Keterasingan inilah yang membuat mereka 
harus lebih bergantung pada doa-doa keluarga seiman mereka di berbagai 
penjuru dunia. (t/Yudo)

Pokok Doa:

1. Berdoalah agar Tuhan Yesus selalu memberi kekuatan dan penghiburan 
kepada saudara-saudari seiman kita yang mengalami penganiayaan di 
Korea Utara.

2. Doakan agar Tuhan membuka hati orang-orang percaya di seluruh dunia 
untuk memberikan waktu mereka, berdoa bagi jemaat Tuhan yang paling 
menderita ini.

Catatan: Anda bisa mendapatkan informasi yang lebih komprehensif 
mengenai pokok doa dari saudara-saudari seiman kita di Korea Utara 
dengan mengunduh buklet elektroniknya di:

==> http://www.opendoorsuk.org/pray/documents/North_Korea_Prayer_Guide.pdf

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Judul buklet elektronik: North Korea Prayer Campaign
Judul asli artikel: Why Pray for North Korea
Penulis artikel: --
Penyusun: Open Doors UK
Penerbit: Open Doors UK
Halaman: 2


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amy G., dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org