Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2015/02

e-JEMMi edisi No. 02 Vol. 18/2015 (24-2-2015)

Ladang Misi Elektronik (II)

Februari 2015, Vol. 18, No. 02
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Ladang Misi Elektronik (II)
No. 02, Vol. 18, Februari 2015

DARI REDAKSI: SADAR AKAN PANGGILAN TUHAN

Shalom,

Bagi beberapa orang, panggilan untuk melayani Tuhan merupakan hal yang 
paling sulit untuk disadari. Namun, semua orang percaya mempunyai satu 
tugas yang wajib dilakukan, yaitu memberitakan Injil. Bagaimana kita 
dapat menyadari dan melaksanakan tugas agung ini dalam kehidupan 
sehari-hari? Mencintai firman Tuhan adalah kunci untuk seseorang dapat 
menyadari panggilan Tuhan dalam hidupnya. Dari firman Tuhan, seseorang 
memahami isi hati Tuhan dan menemukan kehendak Tuhan.

Pada Edisi ini, e-JEMMi menyajikan artikel yang membahas mengenai 
tokoh misi, A.B. Simpson. Dari kehidupan Simpson, kita akan belajar 
bahwa panggilan Tuhan bukan hanya sebatas melayani pekerjaan Tuhan di 
dalam gereja. Akan tetapi, panggilan Tuhan yang sesungguhnya adalah 
menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bergantung sepenuhnya kepada-Nya, 
dan menjalankan Amanat Agung Tuhan. Selain artikel mengenai Simpson, 
e-JEMMi juga menyajikan profil Suku Tuareg di Republik Niger. Mari 
kita berdoa agar Injil juga dapat diberitakan kepada suku Tuareg. 
Biarlah beberapa orang suku Tuareg yang sudah percaya kepada Injil 
dapat bangkit dan menanggapi tantangan pekabaran Injil kepada orang-
orang sebangsa mereka. Selamat membaca, dan mari kita sadari panggilan 
Tuhan di dalam diri kita!

Staf Redaksi e-JEMMi,
Mei
<http://misi.sabda.org/>


 TOKOH MISI: A.B. SIMPSON: "BAWALAH KEPENUHAN INJIL KEPADA SELURUH 
                               DUNIA"

Albert Benjamin Simpson lahir di Prince Edward Island, Kanada, pada 15 
Desember 1843 dari pasangan James dan Janet (Clark) Simpson. 
Keluarganya beremigrasi dari Skotlandia, dan pelatihan kerohanian 
Simpson berasal dari iman Scottish Covenanter (gerakan Presbyterian 
Skotlandia -- Red) yang diwariskan orang tuanya. Gelombang depresi 
melanda Kanada pada tahun 1840-an, menyebabkan bisnis ayahnya 
bangkrut. Dari sana, mereka pindah ke Ontario bagian barat untuk 
bertani. Ayahnya adalah penatua yang terhormat, dan orang tuanya 
menekan Simpson untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Namun, Simpson 
memiliki kehendak yang bertentangan. Ia memang memiliki latar belakang 
moral yang baik, tetapi tidak memiliki keyakinan apakah ia benar-benar 
dipanggil untuk melayani.

Simpson belajar di Knox College di Toronto untuk menjadi pendeta 
Presbyterian. Di bawah tekanan yang berat selama pendidikannya, fisik 
dan emosinya mengalami keruntuhan. Saat itu, Simpson baru berusia 14 
tahun! Ia yakin bahwa ia dapat mati setiap saat, dan ia menjadi 
terbeban oleh pikiran bahwa ia tidak sungguh-sungguh mengenal Allah 
dan mungkin saja ia tidak memiliki hidup yang kekal. Pada tahun 1858, 
ia mengalami perubahan besar dalam pengenalannya akan Allah ketika ia 
membaca buku yang ditulis Walter Marshall berjudul "Gospel Mystery of 
Sanctification" (Misteri Injil tentang Pengudusan) di ruang belajar 
pendetanya. Dalam buku itu dijelaskan mengenai pentingnya menerima 
Yesus sebagai Juru Selamat dan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan di 
luar Dia adalah sebuah kesia-siaan. Pembenaran sejati hanya berasal 
dari penerimaan akan Yesus, dan berdasarkan penerimaan itulah kita 
juga akan menerima Roh Kudus dan hati yang baru. Yang mengherankan, 
hal ini adalah sesuatu penyingkapan yang baru bagi Simpson. Saat itu 
juga, ia berlutut dan menyerahkan hidupnya bagi Kristus. Ada damai 
sejahtera baru yang mengisi hatinya dan sejak saat itu, firman Allah 
menjadi lebih hidup daripada sebelum-sebelumnya.

Simpson lulus dari Knox College pada tahun 1865 dan diterima sebagai 
pelayan di Knox Church di Hamilton, sebuah gereja dengan 1.200 jemaat, 
dan merupakan gereja terbesar kedua di Kanada. Simpson melayani gereja 
itu selama delapan tahun sebagai pendeta yang luar biasa berhasil. 
Gereja itu mendapat tambahan sebanyak 750 orang selama Simpson 
melayani di tempat itu. Simpson masih dalam keadaan sakit ketika ia 
menerima tawaran untuk melayani Gereja Presbyterian di Louisville, 
Kentucky pada tahun 1874. Pada saat itu, Perang Sipil Amerika 
meninggalkan permasalahan finansial dan spiritual bagi gereja dan 
Louisville. Simpson terpanggil untuk mengajak semua orang mengadakan 
rekonsiliasi dan pertemuan doa. Persekutuan doa yang diadakan bagi 
para hamba Tuhan selama dua bulan itu melahirkan beberapa pertemuan 
interdenominasi dengan 10.000 penduduk lokal. Simpson juga mendirikan 
pelayanan misi di seluruh penjuru kota untuk menyediakan tempat bagi 
orang-orang yang tidak pergi ke gereja. Dalam pelayanan ini, Simpson 
mendorong dirinya melampaui batas kekuatan fisiknya sehingga ayahnya 
khawatir ia akan mencelakakan dirinya sendiri. Di penghujung tahun 
kelimanya, Simpson merasa bahwa ia telah melakukan semua yang dapat ia 
lakukan bagi Louisville. Pada tahun 1879, Simpson dipanggil ke New 
York City untuk melayani di Thirteenth Street Presbyterian Church.

Tahun 1881 adalah titik balik dalam kesehatan dan keyakinan Simpson 
tentang kesembuhan ilahi. Ia pernah mengalami kasih Allah dalam hal 
tersebut beberapa tahun sebelumnya. Saat itu, seorang perempuan yang 
anak sulungnya dalam keadaan koma dan sekarat, meminta Simpson datang 
dan berdoa bersama anaknya. Ibu itu tidak benar-benar yakin apakah 
anaknya telah memperoleh keselamatan. Jadi, Simpson datang ke rumah 
ibu itu dan berdoa supaya anak itu dapat menjadi cukup sehat untuk 
membicarakan hal itu dengan ibunya. Ketika Simpson hendak pergi dari 
sana, anak itu bangun dan mulai saat itu, ia berangsur-angsur pulih. 
Kejadian itu sangat berkesan sehingga Simpson tidak pernah 
melupakannya. Simpson berupaya untuk memercayai Yesus sebagai tabib 
baginya, tetapi karena seorang dokter mengatakan bahwa yang ia 
percayai itu hanyalah dugaannya saja, Simpson pun meninggalkan 
keyakinannya akan hal itu.

Pada musim panas tahun itu, Simpson dan keluarganya pergi ke Old 
Orchard Beach di Maine. Di sana, Dr. Charles Cullis mengadakan sebuah 
pertemuan, tetapi Simpson hanya mengikuti beberapa sesi di antaranya 
karena ia ke sana dengan tujuan untuk beristirahat dan bersantai. 
Selama musim panas itu, ia mendengar beberapa kesaksian dari orang-
orang yang mendapat kesembuhan karena memercayai firman Allah. Hal itu 
membuat Simpson berkomitmen untuk mencari tahu sendiri apakah hal itu 
benar adanya. Jadi, ia membuka Alkitabnya dan berusaha mencari 
tuntunan Allah mengenai hal ini. Setelah menemukan bahwa hal itu 
benar, ia pergi ke sebuah hutan sendirian dan membuat komitmen untuk 
memercayai tiga hal. Pertama, memercayai bahwa kesembuhan ilahi memang 
ada dalam Alkitab dan ia tidak akan meragukannya. Kedua, bahwa ia akan 
menyerahkan kesehatannya sepenuhnya kepada Kristus dan hanya akan 
menggantungkan perlindungannya kepada Yesus. Ketiga, ia akan berbicara 
tentang kesembuhan dan akan melayani dalam bidang apa pun yang Tuhan 
inginkan. Ia benar-benar diliputi oleh hadirat Allah dan tahu bahwa 
ada sesuatu yang berubah. Ia disembuhkan dari kelainan jantungnya pada 
bulan Agustus.

Simpson mulai mengajar tentang kesembuhan ilahi, yang pada saat itu 
dipandang dengan penuh curiga oleh orang banyak. Saat itu, New York 
memiliki populasi imigran yang besar dan Simpson memiliki beban yang 
besar bagi orang-orang miskin dan terhilang. Ia memimpin sekitar 100 
orang imigran Italia kepada Kristus dan menginginkan mereka untuk 
menjadi anggota gerejanya. Namun, jemaatnya mengatakan bahwa gereja 
lain mungkin lebih tepat bagi 100 orang itu. Hati Simpson hancur 
mendengarnya sehingga pada bulan November tahun itu, ia meninggalkan 
Thirteenth Street Church untuk memulai suatu pelayanan yang mau 
menerima semua orang, tak peduli latar belakang mereka. Jadi, ia 
mendirikan sebuah gereja bernama Gospel Tabernacle di New York City 
sebagai sebuah gereja independen. Ia mengadakan penginjilan-
penginjilan, mengadakan beberapa operasi penyelamatan, berkhotbah di 
penjara, mengadakan persekutuan bagi para pelaut, membuka panti asuhan 
dan rumah bagi ibu-ibu yang tidak menikah, menyediakan klinik bagi 
orang miskin, dan memulai Sekolah Pelatihan Misionaris.

Pada tahun 1883, Simpson mulai mengadakan pertemuan-pertemuan secara 
rutin untuk mendoakan orang-orang sakit. Mereka mendedikasikan 
rumahnya sebagai Rumah Penyembuhan bagi Iman dan Fisik, dan jam-jam 
doa dijadwalkan sebanyak dua kali seminggu. Simpson juga mengadakan 
persekutuan umum di gereja Tabernacle pada Jumat malam. Pertumbuhan 
gerejanya sangat cepat dan pengajarannya semakin tersebar. Di antara 
tahun 1883 dan 1917, rumah penyembuhan itu dikelola oleh Sarah 
Lindenberger dan dipindah ke tempat yang lebih besar selama empat 
kali, sampai akhirnya mereka menetap di Kampus CM&A di Nyack, New York 
pada tahun 1897. Rumah itu terus beroperasi sampai tahun 1917 ketika 
Lindenberger pensiun pada usianya yang ke-76.

Simpson mendirikan dua kelompok: Christian Alliance untuk mengejar 
kehidupan Kristen yang lebih tinggi, dan Evangelical Missionary 
Alliance untuk pelayanan luar negeri. Dua tahun kemudian, dua kelompok 
ini bersatu menjadi Christian and Missionary Alliance. Simpson 
berkata, "Kita adalah aliansi orang-orang Kristen untuk pekerjaan 
pelayanan di seluruh dunia. Kita berpegang pada kepenuhan Yesus; Ia 
yang `tetap sama baik kemarin, besok, dan selamanya!` Lembaga ini 
menuntun anak-anak Tuhan yang lapar untuk mengenal hak waris mereka 
sepenuhnya, yaitu suatu kehormatan dan berkat bagi roh, jiwa, dan 
tubuh mereka. Kerinduan lembaga ini adalah juga untuk mendorong dan 
menguatkan umat Allah untuk mengerjakan pelayanan yang diabaikan pada 
zaman ini di antara orang-orang yang tidak bergereja di Amerika dan 
orang-orang yang belum percaya, yang terhilang, di luar negeri."

Pada tahun 1918, Simpson pensiun dari jabatannya, setelah lebih dari 
lima puluh tahun melayani Kristus. Ia meninggal pada tanggal 29 
Oktober 1919. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Healing and Revival
Alamat URL: http://healingandrevival.com/BioABSimpson.htm
Judul asli artikel: Take the Full Gospel to the World
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 23 Oktober 2014


          PROFIL BANGSA: SUKU TUAREG DI A'IR, REPUBLIK NIGER

Pendahuluan/Sejarah

Suku Tuareg A'ir (baca: A`ir -- Red.) adalah bagian dari suku nomad 
Tuareg yang lebih besar, yang berdiam di wilayah yang membentang dari 
Sahara ke Sudan. Suku Tuareg A'ir tinggal di bagian barat laut Republik 
Niger, terutama di wilayah Pegunungan A'ir.

Pada tahun 1400-an, wilayah Pegunungan A'ir menjadi pusat perdagangan 
bagi para kafilah. Wilayah ini sering diperebutkan dan pernah dikuasai 
oleh beberapa penguasa setempat. Pada tahun 1515, orang Songhai 
menaklukkan suku A'ir dan menciptakan abad yang makmur. Akan tetapi, 
sesaat sebelum tahun 1700, pegunungan ini direbut oleh suku Hausa.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Orang Tuareg A'ir adalah penggembala nomad, mereka menggembalakan 
ternak-ternak mereka dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya 
sesuai musim. Akan tetapi, tak sedikit dari mereka juga yang menjadi 
petani. Hasil bumi mereka meliputi biji-bijian, kurma, dan sorgum. 
Selain itu, mereka juga menanam gandum dan beberapa jenis sayuran. 
Susu juga menjadi bagian penting dalam kuliner mereka.

Secara umum, suku Tuareg memiliki struktur sosial yang kompleks. 
Pembagian utama biasanya terdiri atas dua golongan, yaitu Ihaggaren 
(para bangsawan) dan Imrad (rakyat biasa). Selain itu, ada juga 
golongan Marabout, yaitu orang-orang suci yang memiliki kepala suku 
mereka sendiri. Di masa lampau, masing-masing bangsawan dari tiap-tiap 
suku beserta bawahan mereka membentuk unit politik di bawah kepala 
suku yang otoritasnya dilambangkan dengan sebuah genderang. Seorang 
kepala suku memiliki otoritas politis dan yuridis di dalam sebuah 
kelompok.

Orang-orang yang berada di kelas sosial terendah melakukan pekerjaan 
kasar dan pekerjaan rumah tangga. Kelas ini terdiri atas orang-orang 
yang berasal dari berbagai suku yang tinggal bersama tuan mereka dalam 
sebuah hubungan yang kooperatif. Banyak dari mereka yang dulunya 
adalah budak, baik yang berasal dari tawanan perang maupun yang dibeli 
di pasar budak Indonesia. Ada tiga kelompok budak di kelas sosial 
terendah, mereka disebut: eklan, inaden, dan harratin. Kelompok eklan 
bertugas menjaga ternak, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga 
lainnya. Kelompok inaden bekerja sebagai tukang dan pandai besi, 
sedangkan harratin adalah buruh tani yang bekerja sebagai penuai.

Bertolak belakang dengan kebudayaan Arab, para lelaki Tuareg memakai 
cadar yang disebut tidjelmoust, sedangkan kaum perempuan mereka sama 
sekali tidak mengenakan cadar. Untuk menunjukkan rasa hormat mereka, 
para lelaki Tuareg biasanya menutupi mulut, hidung, dan kening mereka 
di hadapan orang asing atau besan mereka. Cadar yang mereka kenakan 
biasanya berwarna biru indigo.

Pernikahan dalam tradisi Tuareg biasanya melibatkan mas kawin yang 
terdiri atas unta, uang, dan hewan ternak lainnya. Sebuah rumah tangga 
biasanya terdiri atas keluarga inti dan budak-budak mereka. Sebagian 
besar pasangan yang menikah akan tinggal di dekat kediaman orang tua 
laki-laki.

Apa kepercayaan mereka?

Meskipun hampir seluruh orang Tuareg menganut agama I dari aliran 
Sunni, orang M yang lain mengenal mereka sebagai orang-orang yang 
tidak memegang iman mereka dengan teguh karena mereka melakukan 
praktik-praktik agama yang bercampur dengan takhayul dan sihir. 
Kebanyakan dari mereka juga tidak menjalankan puasa selama bulan 
Ramadan.

Orang Tuareg biasa memakai jimat-jimat perlindungan. Mereka juga 
memercayai adanya jin, yang menurut ajaran agama I dapat berubah 
bentuk menjadi manusia atau binatang dan memberi pengaruh spiritual 
kepada manusia.

Apa kebutuhan mereka?

Hanya ada sedikit orang Tuareg yang menjadi orang percaya di Niger. 
Ada delapan badan misi yang kini memusatkan pelayanan mereka kepada 
suku ini, tetapi mereka hanya memiliki sedikit alat bantu pelayanan 
dalam bahasa Tyart (Tamasheq). Doa adalah kunci utama untuk menjangkau 
suku Tuareg dengan Injil.

POKOK DOA:

1. Berdoalah kepada Tuhan supaya badan-badan misi dan gereja-gereja 
   menanggapi tantangan untuk mengadopsi dan menjangkau suku Tuareg di 
   A'ir.

2. Berdoalah agar sekelompok kecil orang Tuareg yang telah percaya 
   bangkit dan menanggapi tantangan pekabaran Injil kepada orang-orang 
   sebangsa mereka.

3. Berdoalah agar Allah mengaruniakan hikmat dan pertolongan untuk 
   badan-badan misi yang memusatkan pelayanan mereka pada suku Tuareg.

4. Mintalah kepada Allah untuk menyelamatkan pemimpin kunci dalam suku 
   Tuareg yang akan menyatakan Injil dengan berani.

5. Mintalah kepada Allah untuk membangkitkan gereja lokal yang kuat di 
   antara orang-orang Tuareg.

Sumber: Bethany World Prayer Center. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: JoshuaProject.net
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people_groups/10208/NG
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 22 Oktober 2014


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, Yulia, dan Mei
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA <http://ylsa.org>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org