Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2014/02

e-JEMMi edisi No. 02 Vol. 17/2014 (25-2-2014)

Kovenan Abraham (II)

Februari 2014, Vol. 17, No. 02
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Kovenan Abraham (II)
No. 02, Vol. 17, Februari 2014

Shalom,

Pekerjaan misi Kerajaan Allah di dunia ini tidak hanya terbatas bagi 
suatu bangsa tertentu saja. Sejak zaman para rasul, Tuhan Allah tidak 
hanya memakai murid-murid Yesus untuk mengabarkan Injil, tetapi juga 
memakai orang-orang pilihan dari luar Israel untuk melayani Dia. Dalam 
edisi e-JEMMi kali ini, kami menyajikan biografi singkat dari seorang 
pelayan Tuhan yang memiliki latar belakang yang unik untuk disimak. 
Jangan lupa, simaklah kolom Profil Bangsa yang mengajak Anda untuk 
mendoakan sebuah suku minoritas di negara Iran.

Kiranya apa yang kami sajikan dalam edisi ini bermanfaat bagi 
pertumbuhan iman dan dapat melecut Anda untuk semakin giat melayani 
Tuhan. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


TOKOH MISI: GEORGE LISLE (1750 -- 1820): MISIONARIS ASING BAPTIS 
                   PERTAMA DARI AMERIKA

George Lisle (kadang-kadang dieja Leile) adalah seorang Afrika-Amerika 
yang menjadi misionaris luar negeri pertama dari Gereja Baptis 
Amerika, dan mungkin, pendeta Baptis pertama yang membawa Injil ke 
negara asing. Lisle lahir sebagai budak sekitar tahun 1750 di 
Virginia. Dia dibebaskan oleh pemiliknya, seorang diaken Baptis 
bernama Henry Sharpe, supaya memberitakan Injil. Lisle dibaptis pada 
tahun 1775 dan ditahbiskan menjadi pendeta Baptis kulit hitam pertama 
di Amerika. Dia mendirikan sebuah gereja Baptis di Savannah, Georgia 
pada tahun 1777, yang bergabung dengan kelompok Baptis lain dan 
menjadi Gereja Baptis Afrika Savannah, Georgia.

Ketika Diaken Sharpe meninggal, Lisle pergi ke Jamaika, sebagian untuk 
menghindari perbudakan kembali oleh ahli waris keluarga Sharpe. Ia 
sempat bekerja sebagai buruh untuk membayar uang yang dipinjamnya 
untuk perjalanan ke Jamaika pada tahun 1782. Dua tahun setelah tiba di 
sana, ia mendirikan Gereja Baptis pertama di pulau itu dan akhirnya 
membaptis lebih dari 400 orang kulit hitam, baik orang merdeka maupun 
para budak. Ia juga mengirimkan permohonan yang mendesak kepada Gereja 
Baptis Inggris untuk mengirim misionaris-misionaris ke Jamaika. 
Emansipasi budak di Jamaika pada tanggal 31 Juli 1833 merupakan salah 
satu hasil dari pelayanan misionaris ini.

Pada tahun 1792, Lisle bergabung dalam perjalanan heroik ke "Province 
of Freedom" di Freetown, Sierra Leone, dan membantu merintis gereja 
Baptis di Pantai Barat Afrika. Salah satu aspek yang luar biasa dari 
pelayanan Lisle adalah bahwa ia, bersama dengan banyak orang Afrika 
Amerika lainnya, tidak menunggu Proklamasi Emansipasi untuk 
mengabarkan Injil ke seluruh dunia. George Lisle diyakini sebagai 
misionaris asing kulit hitam Amerika yang pertama. Bertahun-tahun 
sebelum Baptis Inggris mengirim misionaris pertama mereka ke Jamaika, 
dan setidaknya satu dekade sebelum William Carey pergi ke India, 
bahkan 30 tahun sebelum Adoniram Judson pergi ke Burma, Lisle 
memberitakan Injil di Kingston, Jamaika.

Dalam periode itu, kehidupan orang Afrika-Amerika terjadi di sekitar 
gereja masyarakat kulit hitam (Black Church), yang bukan hanya menjadi 
pusat ibadah, tetapi merupakan titik fokus dari semua kegiatan 
masyarakat -- baik sosial, bisnis, politik, bahkan pendidikan. Bagi 
masyarakat kulit hitam, gereja menjadi lembaga penting yang menjaga 
kelangsungan hidup masyarakat mereka. Asal usul, pertumbuhan, dan 
perkembangan gereja masyarakat kulit hitam di Era Revolusi berkaitan 
erat dengan gerakan pembebasan budak yang dilakukan para mantan budak. 
Pada aman itu, gereja menjadi wadah bagi para pemimpin pergerakan, 
tempat membangun lembaga publik dan berfungsi sebagai sebuah 
organisasi masyarakat. Dengan memahami sejarah gereja masyarakat kulit 
hitam, kita dapat memahami mengapa gereja selalu menjadi sesuatu yang 
penting bagi para perintis dan pengungsi kulit hitam ketika mereka 
pergi ke Kanada, dan kemudian ke Afrika. Memandang gereja sebagai 
organisasi komunal akan sangat membantu untuk memahami mengapa lembaga 
tersebut samapi hari ini tetap menjadi titik pusat kegiatan komunitas 
masyarakat Afrika-Amerika di AS.

Keberhasilan Lisle dalam memberitakan Injil kepada para budak dan 
orang merdeka di Kingston menghasilkan organisasi yang mewadahi 
gereja-gereja Baptis, yang sebagai hasilnya melahirkan Gerakan Baptis 
di pulau itu. The Jamaica Baptist Union, nama organisasi itu, kemudian 
menyatukan kelompok orang percaya yang bersemangat sehingga mereka 
semakin bertumbuh di pertengahan tahun 1800-an.

"Di jurang yang penuh jerat, terancam jiwaku...." Sepenggal lirik 
himne "Amazing Grace" ini seakan menggambarkan penganiayaan dan 
perjuangan awal orang Kristen Baptis di Jamaika yang sebagian besar 
adalah budak. Oleh karena itu, Moses Baker, seorang mantan budak yang 
pada saat itu juga menjadi seorang pendeta (ia bertobat melalui 
pelayanan Lisle) mengirim surat kepada Baptist Missionary Society di 
London supaya mereka mau membantu pekerjaan Allah di Jamaika. 
Misionaris-misionaris Baptis dari Inggris datang ke Jamaika pada awal 
abad ke-19 dan mulai mendirikan gereja-gereja dan sekolah-sekolah di 
seluruh pulau itu. Para misionaris itu melakukan pekerjaan yang luar 
biasa, terutama untuk menjadi yang terdepan dalam mendesak Parlemen 
Inggris untuk menghapuskan perbudakan. Akan tetapi, semangat mula-mula 
itu tidak berlanjut. Pada awal abad ke-20, "gerakan `higher 
criticism`" (sebuah cabang kritik sastra yang meneliti asal usul teks 
kuno, termasuk Alkitab, -red.) mulai mengembuskan napas dinginnya ke 
sekolah-sekolah teologi. Kehidupan rohani di gereja-gereja pun mulai 
melemah, dan seperti gulma yang menyebar dan mengisap habis nutrisi 
dari sebidang tanah, demikianlah pengajaran-pengajaran yang sesat 
mulai mengambil alih gereja.

Sampai kematiannya pada tahun 1820, Lisle memelopori misi lintas 
budaya. Dan, meskipun ia mungkin tidak dikenal atau dikenang dalam 
sejarah gereja, Pdt. George Lisle, seorang pendeta yang tidak pernah 
mengenyam pendidikan teologi formal dan yang harus mengalami 
ketidakadilan perbudakan, telah merintis sebuah jalan yang di kemudian 
hari memberi bentuk kepada pelayanan misi luar negeri dan lintas 
budaya Amerika, perintisan gereja, serta upaya kontekstualisasi Injil 
selama berpuluh-puluh tahun setelah kematiannya. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Faith2share
Alamat URL: http://www.faith2share.net/Mission/GeorgeLisle/tabid/284/language/en-GB/Default.aspx
Judul asli artikel: George Lisle
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 22 November 2013


            PROFIL BANGSA: QASHQAI, KASHKAI DI IRAN

Pendahuluan/Sejarah

Suku bangsa Qashqa`i adalah orang-orang nomad yang berkeliaran di 
padang pasir yang keras di barat daya Iran. Meskipun mereka terdiri 
dari banyak bahasa, budaya, dan suku asal yang berbeda, mereka semua 
menyebut diri mereka "orang Turki". Mereka memakai bahasa yang disebut 
Qashqai Turki. Bahasa itu belum memiliki bentuk tertulis sehingga 
bahasa tulis mereka kebanyakan menggunakan bahasa Farsi.

Hanya ada sedikit informasi mengenai sejarah mereka, kecuali bahwa 
Qashqa`i meninggalkan Asia Tengah pada abad ke-11 dan mulai memasuki 
Iran. Setelah itu, sejarah mereka tidak tercatat sampai akhirnya pada 
pertengahan abad ke-18, penguasa Iran Selatan menunjuk suku Qashqa`i 
sebagai pemimpin atas sebuah provinsi.

Orang Qashqa`i dianggap sebagai kelompok orang minoritas di Iran. 
Upaya kuat telah dilakukan untuk memasukkan mereka ke dalam arus utama 
masyarakat Iran; namun upaya-upaya tersebut gagal, dan orang-orang 
yang menarik ini tetap independen dan bangga. Meskipun orang Qashqa`i 
mengaku Muslim, mereka jarang menggunakan agama di luar kepentingan 
politik.

Seperti apakah kehidupan mereka?

Kelas utama dalam masyarakat Qashqa`i terdiri atas laki-laki yang 
aktif secara politik. Kekayaan mereka sebagian besar berasal dari 
penguasaan atas tanah dan kepemilikan ternak. Kelas yang lebih rendah 
terdiri atas orang-orang yang menyewakan tenaga kerja mereka. Mereka 
mungkin bekerja sebagai gembala dan pengemudi unta penuh waktu, atau 
buruh lapangan dan petani penggarap paruh waktu. Yang termiskin dari 
orang Qashqa`i adalah orang-orang yang tidak memiliki tanah atau 
ternak. Mereka tidak dibayar uang untuk barang atau jasa mereka, 
tetapi dibayar dalam bentuk makanan, pakaian, perlengkapan, dan/atau 
hewan. Dalam "kelas miskin" ini, siapa pun yang berusia di atas 8 
tahun diharapkan dapat bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

Meskipun wanita Qashqa`i memiliki sedikit kebebasan, mereka dapat 
memimpin dalam urusan-urusan tertentu dalam keluarga. Sebagai contoh, 
mereka bertanggung jawab untuk mengatur pernikahan. Meskipun begitu, 
mereka mungkin paling dikenal karena keahlian mereka dalam membuat 
tenunan.

Makanan utama orang Iran adalah nasi dan roti. Hidangan-hidangan 
tradisional di antaranya `abgusht` (daging tebal dan sup kacang), 
`dolmeh` (sayuran yang diisi dengan daging dan beras), dan `kebab` 
(domba panggang ditusuk seperti sate).

Fakta bahwa orang Qashqa`i adalah "pelancong" tampaknya menambah 
identitas militer, politik, dan budaya mereka. Bahkan, orang Qashqa`i 
yang "menetap" dipandang oleh orang lain dalam kelompok mereka sebagai 
orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dalam masalah politik.

Apakah agama mereka?

Islam adalah agama negara Iran, dan hampir semua orang Qashqa`i 
mengaku sebagai Muslim. Namun, dalam kenyataannya, mereka hanya 
memiliki sedikit kontak dengan lembaga Islam atau menjadi Muslim yang 
taat. Mereka hanya menggunakan Islam untuk keuntungan politik sehingga 
sangat sedikit dari mereka yang melakukan salat, dan mereka tidak 
berpuasa selama bulan Ramadan. Akan tetapi, upacara pernikahan dan 
kematian mereka mengikuti tradisi Muslim.

Apa kebutuhan mereka?

Iran saat ini menghadapi masalah ekonomi dan politik yang serius. 
Untuk mempertahankan kehidupan tatanan politik, mereka harus berpihak 
kepada pemimpin tertentu, seperti pemimpin Muslim, yang mereka rasa 
dapat membantu melindungi mereka dari tuntutan lembaga-lembaga negara 
dan penguasa. Orang Qashqa`i hidup dalam kerusuhan politik yang terus-
menerus, dan ada kebutuhan yang luar biasa untuk kedamaian hati yang 
sejati.

Banyak anak tidak bersekolah karena kurangnya ruang kelas dan guru. 
Hanya sekitar 48 persen orang dewasa Iran yang dapat membaca dan 
menulis.

Orang Qashqa`i memiliki sedikit kesempatan untuk bisa mendengar Injil 
Yesus Kristus.

Pokok-Pokok Doa:

1. Berdoalah agar Tuhan menciptakan kelaparan rohani di dalam hati 
orang Qashqa`i dan keterbukaan terhadap Injil Yesus Kristus.

2. Berdoalah agar Tuhan membangkitkan pekerja-Nya yang memahami budaya 
Muslim dan yang dapat secara efektif membawa Injil kepada mereka.

3. Berdoalah agar Tuhan memberikan koneksi untuk agen-agen misi yang 
mencoba menjangkau orang Qashqa`i. Berdoalah agar Dia memberi mereka 
strategi dan hikmat.

4. Di tengah kerusuhan politik Iran yang terus-menerus, berdoalah agar 
orang-orang nomad ini akan mulai mencari perdamaian abadi sejati yang 
hanya dapat diberikan oleh Yesus.

5. Berdoalah agar Tuhan membuka pintu bagi pengusaha Kristen dari 
negara-negara lain untuk menyebarkan Injil kepada orang Qashqa`i.

6. Berdoalah untuk penerjemahan Alkitab yang akan dimulai pada bahasa 
utama kelompok suku ini.

7. Berdoalah untuk ketersediaan film Yesus dalam bahasa utama dari 
suku bangsa ini.

8. Berdoalah agar pesan Injil tersedia dalam format audio untuk 
kelompok suku ini. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=IR&peo3=14497
Judul asli artikel: Qashqai, Kashkai of Iran
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 22 November 2013


             STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA

Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, 
persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) 
menyediakan berbagai bahan Paskah pilihan dan alkitabiah untuk 
membantu Anda menemukan pengetahuan tentang Alkitab dan inspirasi 
untuk menyambut Paskah.

Kunjungilah situs Paskah Indonesia! Situs Paskah Indonesia berisi 
bahan-bahan seputar Paskah seperti: Artikel, Drama, Puisi, Kesaksian, 
Buku, Humor, Tips Paskah, Lagu Paskah, dll.. Anda juga bisa memberikan 
bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan membagikannya kepada 
orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan Anda membutuhkan referensi 
tepercaya seputar bahan Paskah, jangan khawatir, situs Paskah.co akan 
menolong Anda. Situs ini berisi berbagai sumber bahan Paskah yang 
sudah diseleksi dan berkualitas.

YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video menarik 
yang memadukan unsur teks, audio, dan grafis, yang dapat diunduh 
secara gratis di YouTube. Kami juga mengundang Anda untuk berinteraksi 
dengan anak-anak Tuhan yang lain, berbagi berkat/pengalaman/bahan 
seputar Paskah di Facebook Paskah.

Paskah segera datang, jangan menunda lagi. Segeralah kunjungi sumber-
sumber bahan Paskah YLSA dan dapatkan berkatnya!

Situs Paskah Indonesia: http://paskah.sabda.org
Youtube: http://youtube.com/user/sabdaalkitab
Facebook: http://fb.sabda.org/paskah
Situs mini: http://paskah.co


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org