Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2015/01

e-JEMMi edisi No. 01 Vol. 18/2015 (27-1-2015)

Ladang Misi Elektronik (I)

Januari 2015, Vol. 18, No. 01
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Ladang Misi Elektronik (I)
No. 01, Vol. 18, Januari 2015

DARI REDAKSI: PELAYANAN MISI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

Shalom,

Tuhan Yesus memberikan amanat kepada orang kristen untuk menjadi 
saksi, yang berarti "menyatakan". Menjadi saksi berarti menyatakan 
anugerah keselamatan yang sudah kita terima kepada dunia yang belum 
mengenal kebenaran keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dunia 
yang semakin berkembang menuntut kita untuk juga semakin berkembang, 
terutama dalam strategi pelayanan kita, dan semakin peka terhadap 
setiap kesempatan yang dapat digunakan untuk pelayanan misi, termasuk 
ladang misi yang terbuka di media elektronik.

Pada e-JEMMi edisi Januari dan Februari, kami akan menyajikan artikel-
artikel yang membahas mengenai perkembangan teknologi dan penggunaan 
media elektronik untuk mengembangkan pelayanan misi. Semoga apa yang 
yang kami sajikan ini bermanfaat bagi pertumbuhan rohani kita. Selamat 
membaca, Tuhan Yesus memberkati!

Staf Redaksi e-JEMMi,
Mei
< http://misi.sabda.org/ >


                     RENUNGAN MISI: MENJADI SAKSI

Bacaan: Yohanes 15:18-16:3

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu 
membenci Aku dari pada kamu. Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari 
Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan 
bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu 
dari semula bersama-sama dengan Aku." (Yohanes 15:18, 26-27)

Dalam perkataan-Nya yang begitu dalam ini, topik yang diangkat Tuhan 
kita dengan cepat beralih dari pembicaraan tentang kasih antarmurid-
Nya kepada kebencian dunia terhadap orang-orang Kristen. Kata "dunia" 
yang terdapat dalam perkataan-Nya itu merujuk pada keadaan masyarakat 
sekuler, bukan umat manusia. Umat manusia tidak membenci gereja; 
dunialah yang membenci gereja dan Tuhan atas gereja. Dunia adalah 
sistem masyarakat yang tidak menghadirkan Tuhan, tetapi menghadirkan 
sistem moral, standar, dan nilai-nilainya sendiri. Inilah yang 
biasanya kita sebut sebagai "sistem/tatanan" dunia, dan sistem inilah 
yang membenci orang-orang percaya.

Jadi, bagaimana seharusnya sikap orang-orang Kristen terhadap dunia 
yang kita tinggali ini? Jawaban atas pertanyaan itu diberikan Tuhan 
dalam ayat 26-27, "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa 
datang, kamu akan menjadi saksi bagi-Ku." Dunia tidak ditinggalkan 
dalam penolakan mereka yang sia-sia terhadap Kristus -- walau mereka 
menolak kebenaran itu meskipun mereka tahu bahwa yang mereka tolak itu 
adalah kebenaran.

Setiap dari kita pun pernah melakukan hal ini. Akan tetapi, Tuhan 
tidak meninggalkan kita. Sebenarnya, Ia berhak meninggalkan kita untuk 
menanggung akibat dari kesalahan kita, tetapi Ia tidak melakukannya. 
Ia tetap memberikan kesaksian-Nya kepada dunia.

Dengan demikian, sikap orang Kristen seharusnya bukanlah membalas, 
menolak kebencian dan penganiayaan dunia, atau menyimpan dendam. 
Sebaliknya, kita didorong untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. 
Ini tidak berarti kita mengundurkan diri dari dunia, dan membangun 
tempat-tempat persembunyian yang memberi kita rasa aman untuk dapat 
melemparkan traktat-traktat ke tempat yang tidak kita kenal. Kita 
harus hidup dan bergerak di dalam dunia, hidup di tengah-tengahnya 
seperti Yesus, dan memberi kesaksian tentang kebenaran meskipun 
mengalami penolakan. Kita melakukan semua ini demi mereka yang akan 
menerima, percaya, dan membuka hatinya bagi Sang Firman.

Ada dua pribadi yang terlibat ketika kita memberi kesaksian tentang 
kebenaran Kristus. Pribadi pertama adalah Roh Kudus. Ia melakukan apa 
yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Roh Allah inilah yang membuka 
hati, mencelikkan mata, dan memberikan pemahaman tentang firman Tuhan. 
Roh ini memberikan kesaksian bahwa firman Tuhan itu benar dan otentik. 
Inilah sebabnya kuasa dari sebuah kesaksian berasal dari Roh, bukan 
dari manusia. Akan tetapi, dalam perkataan Tuhan Yesus, Ia mengatakan 
bahwa kita juga akan memberi kesaksian seperti yang dilakukan oleh 
para rasul -- yaitu mengenai apa yang telah mereka dengar, lihat, dan 
alami. Inilah dasar dari setiap kesaksian orang Kristen. Sebelum Tuhan 
Yesus terangkat ke surga, Ia berkata, "Tetapi kamu akan menerima 
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi 
saksi-Ku ...." (Kisah Para Rasul 1:8a) Kita semua dipanggil untuk 
menjadi saksi mengenai arti Yesus bagi kita, apa yang kita alami 
bersama-Nya, dan apa yang telah Ia lakukan bagi kita.

Roh Kudus bersaksi bersama-sama kita. Ia menggunakan perkataan kita, 
sesederhana apa pun, untuk membuka pikiran dan melembutkan hati yang 
keras, untuk menghancurkan penghalang, serta membuka hati manusia bagi 
Firman. Jadi, jelaslah bahwa gereja dipanggil untuk bersaksi di 
hadapan dunia yang membencinya.

Doa: Tuhan, Engkaulah yang menempatkan aku di dunia ini. Sekarang, 
kiranya aku menjadi saksi bagi-Mu hari ini, melalui setiap perkataan 
dan perbuatanku. Amin.

Pertanyaan aplikasi: Apakah tanggapan kita ketika kita melihat atau 
mengalami dampak kebencian dunia? Apa cara terbaik untuk menjadi saksi 
yang berdaya guna? (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Ray Stedman.org
Alamat URL: http://www.raystedman.org/daily-devotions/john-13to17/the-witness
Judul asli artikel: The Witness
Penulis artikel: Ray Stedman
Tanggal akses: 16 Oktober 2014


ARTIKEL MISI: SEPULUH CARA INTERNET MENGUBAH PENGINJILAN DAN PELAYANAN
                                 MISI

Saat ini, ada kira-kira 1,7 juta pengguna internet yang aktif, dan 3 
juta lainnya diharapkan akan ditambahkan dalam nominal itu dalam lima 
tahun ke depan. Dunia yang semakin berkembang ini akan segera 
terhubung secara online ketika telepon genggam berubah menjadi telepon 
pintar (smartphone) dan barang-barang elektronik yang murah seperti 
netbook dan e-reader semakin tersebar di masyarakat. Peluncuran kabel 
serat optik di Afrika dan proyek-proyek komunikasi satelit dalam 
jumlah besar juga akan meningkatkan ketersediaan "bandwidth" dan 
capaian yang lebih besar.

Dalam kurun waktu lima tahun, paling tidak setengah dari seluruh 
penduduk dunia ini akan terhubung secara online; dan dalam lima belas 
tahun kemudian, jangkauan internet akan semakin universal. Penginjilan 
global akan segera berada di dalam jangkauan setiap orang Kristen yang 
memiliki komputer.

Perubahan ini tidak hanya terjadi secara kuantitatif, tetapi juga 
kualitatif. Sifat dan dinamika pelayanan Kristen akan berubah secara 
fundamental karena adanya berbagai kemungkinan baru dalam berelasi, 
berjejaring, dan menyebarkan informasi. Dengan demikian, cara-cara 
pelayanan kita juga akan berubah selamanya, paling tidak dalam sepuluh 
aspek berikut ini:

1. Informasi:

Teknologi internet membawa informasi strategis yang sangat besar, 
bahkan kepada gereja ataupun lembaga misi yang terkecil sekalipun. 
Informasi itu termasuk statistik mengenai sosioreligius, demografi, 
bahkan kompilasi dari berbagai jenis informasi semacam itu seperti 
yang ditawarkan oleh Operation World serta situs-situs penelitian 
lainnya seperti Joshua Project, Caleb Project, dan StrategicNetwork. 
Dengan adanya informasi-informasi ini, kita dimungkinkan untuk melihat 
gambaran besar pelayanan kita dengan lebih jelas, sekaligus mendalami 
detail-detail kecil yang akan memengaruhi cara kita menggunakan 
informasi itu dalam strategi penginjilan kita.

2. Cara belajar:

Orang-orang mengemukakan pikirannya dengan sangat jelas dalam dunia 
siber sehingga konsep teologia serta praktik-praktik kekristenan 
(termasuk pengertian eklesiologi dan misiologi) dari kebanyakan orang 
Kristen sekarang ini dibentuk dalam proses belajar antarteman, 
sementara masukan dari orang-orang yang ahli dalam bidang itu tidak 
terlalu tampak dalam proses pembelajaran itu.

Dalam dunia siber, rujukan-rujukan terhadap keputusan yang dibuat oleh 
badan-badan gereja atau religius akan semakin tidak berarti karena 
orang-orang hanya akan mengikuti pikiran mereka sendiri dengan mencari 
informasi dari Wikipedia dan dari informasi yang mereka dapatkan dari 
berbagai situs, forum diskusi, dan bahan-bahan yang di-posting di 
jejaring sosial. Pelayanan yang ingin memengaruhi opini orang banyak 
harus memulai pelayanan mereka dari dunia siber karena di sanalah 
opini dari kebanyakan orang Kristen terbentuk.

3. Eksplorasi:

Ada banyak orang menunjukkan pikiran-pikiran mereka yang tersembunyi, 
pribadi, bahkan kontroversial di dunia online. Jika seseorang ingin 
mencari tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia medis atau 
mendalami aliran politik yang terlarang, pertama-tama mereka akan 
mencarinya di internet. Begitu pula, orang yang beragama lain tidak 
akan bertanya kepada pemuka agama mereka jika mereka ingin mengetahui 
lebih dalam tentang kekristenan; mereka akan mencarinya di situs-situs 
Kristen. Setiap hari, seperempat dari seluruh pengguna internet 
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang agama, mereka menjelajah 
untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang agama yang mereka yakini 
atau agama yang lain. Gereja harus menghadirkan sosok yang injili, 
apologetik, dan misioner di tengah-tengah ajang pertukaran ide yang 
mendunia ini.

4. Berkolaborasi:

Teknologi internet memfasilitasi kolaborasi lintas denominasi dan 
lintas negara. Para ahli yang berkecimpung dalam bidang-bidang seperti 
perintisan jemaat dan pendidikan teologi, kini dapat terhubung dengan 
para ahli lainnya. Kolaborasi ini semakin membuat batas-batas 
denominasi menjadi tidak berarti. Para pengerja Kristen kini 
beroperasi dalam jejaring yang mereka bangun dengan sesama pengerja 
lain di luar denominasi mereka daripada berkutat dalam benteng 
denominasi mereka sendiri. Orang-orang bekerja sama dengan para 
spesialis yang memiliki pemikiran sama dalam wilayah yang mereka 
sukai, dibanding dengan orang-orang yang memiliki pemahaman yang sama 
dalam sistem kepercayaan formal mereka.

5. Validasi:

Orang memakai internet untuk mengecek kebenaran mengenai banyak hal. 
Hal ini berlaku untuk semua hal, mulai dari kepentingan untuk mengecek 
tawaran bisnis yang menggiurkan sampai mengecek latar belakang gereja 
yang akan mereka hadiri jika mereka baru pindah ke kota tertentu. 
Statistik menyebutkan bahwa 85% orang muda selalu mengecek situs milik 
gereja sebelum memutuskan untuk datang dalam ibadahnya. Gereja dan 
organisasi yang dapat diketahui validitasnya melalui internet memiliki 
keuntungan dalam pelayanannya. Hal-hal mengenai gereja atau organisasi 
Kristen yang biasanya diselidiki oleh pengguna internet adalah tentang 
pernyataan iman, etos pelayanan, program-program, waktu pertemuan, 
alamat, informasi mengenai kontak, prinsip-prinsip pelayanan, keuangan 
yang bersih, serta keterbukaan dan kejujuran terhadap orang-orang yang 
bertanya melalui internet.

6. Pengalokasian sumber daya:

Teknologi internet memungkinkan para donor, yayasan, dan gereja-gereja 
untuk menilai program-program secara efisien dan juga untuk menerima 
proposal sumbangan bagi pelayanan yang berada di luar negeri. 
Kelompok-kelompok seperti JIMI (the Joint Information Management 
Initiative of the WEA-MC; departemen pelayanan misi yang didirikan 
oleh badan penginjilan World Evangelical Alliance, - Red.) dan Global 
Missions Fund (Departemen pelayanan misi yang didirikan oleh Gereja 
Lutheran di Missouri, - Red.) menyempurnakan proses pengalokasian dana 
sehingga program pelayanan yang paling pentinglah yang akan mendapat 
sumber daya paling besar. Bagian penting dari struktur semacam ini 
adalah para pemberi informasi yang secara rutin memberikan informasi-
informasi yang berkualitas dalam format yang "aman" sehingga dapat 
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian sumber daya.

7. Pekabaran Injil:

Injil diberitakan melalui situs-situs, "chat room", YouTube, telepon 
genggam, dan perangkat online lain yang tak terhitung jumlahnya. Para 
pembawa Injil menggunakan internet sebagai mekanisme pengambilan 
keputusan dan mekanisme "follow-up". Organisasi-organisasi seperti 
Global Media Outreach, Jesus Central, TopChretien, dan GodRev memiliki 
spesialisasi untuk melakukan penjangkauan melalui media online; 
berbeda dengan gereja-gereja maupun organisasi yang menggunakan 
internet hanya sebagai "tambahan" bagi strategi pelayanan misi yang 
sudah mereka lakukan. Internet merupakan sarana yang murah untuk 
pekabaran Injil, terlebih lagi keuntungan bahwa para misionaris 
internet tidak membutuhkan visa untuk melakukan pelayanan mereka!

8. Pendidikan:

Pendidikan online telah menunjukkan keberhasilan yang besar dan telah 
merevitalisasi pendidikan teologia jarak jauh. Badan misi seperti MAF 
Learning Technologies bekerja keras untuk mengembangkan pedagogi 
efektif yang berbasis internet. Ada banyak pemegang gelar Master 
maupun Ph. D. yang sekarang ini merupakan hasil dari pendidikan 
berbasis internet.

9. Mobilisasi:

Fasilitas yang dibawa oleh teknologi internet memungkinkan kita untuk 
berjejaring, berbagi informasi, dan menyalurkan motivasi yang 
diperlukan untuk memobilisasi para pendeta, penginjil, dan misionaris 
ke dalam ladang pelayanan secara efektif. Situs-situs seperti 
ChristianVolunteering.org menjadi jembatan antara puluhan ribu 
sukarelawan dengan berbagai badan misi. Badan-badan pelayanan yang 
tidak hadir dalam dunia internet, pada akhirnya akan kesulitan untuk 
mendapatkan sukarelawan baru karena bagi banyak orang, badan pelayanan 
tersebut adalah lembaga yang "tidak tampak".

10. Multiplikasi:

Teknologi internet membawa manfaat yang besar bagi jejaring orang-
orang percaya dan memungkinkan mereka untuk membuat kontak-kontak baru 
demi penggandaan kelompok sel gereja, gerakan perintisan gereja, dan 
pendidikan Alkitab yang mengambil sumber dari kurikulum berbasis 
internet.

Banyak orang mulai mencari gereja, mencari informasi mengenai Tuhan, 
dan membentuk pemahaman teologi mereka melalui internet. Melalui 
internet pula, para misionaris dapat menentukan organisasi mana yang 
akan menjadi basis pelayanan mereka, dan para siswa dapat memutuskan 
pendidikan Alkitab mana yang akan mereka ikuti; mereka dapat mencari 
informasi yang mereka butuhkan dan menyeleksi pilihan mereka. 
Pelayanan internet bukanlah pelayanan yang akan mengakhiri strategi 
pelayanan yang lain, melainkan akan menjadi titik tolok bagi berbagai 
pelayanan lainnya. Saya dulu mengira bahwa internet hanyalah alat 
untuk mengadakan penjangkauan, seperti memiliki program radio Anda 
sendiri pada zamannya. Akan tetapi, sekarang, saya melihat internet 
seperti samudra yang di dalamnya kita dapat memilih: berenang atau 
tenggelam. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Laussane World Pulse
Alamat URL: http://www.lausanneworldpulse.com/1296?pg=all
Judul asli artikel: Ten Ways the Internet Is Changing Evangelism and Missions
Penulis artikel: John Edmiston
Tanggal akses: 15 Oktober 2014


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, Mei, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org