Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/421

KISAH edisi 421 (5-4-2017)

Kematian Suamiku Tak Seperti Lazarus

KISAH -- Kematian Suamiku Tak Seperti Lazarus -- Edisi 421, 5 April 2017
 
Kematian Suamiku Tak Seperti Lazarus
KISAH -- Edisi 421, 5 April 2017
 
KISAH

Salam damai dalam Kristus,

Kesedihan yang mendalam membuat seseorang merasa sendiri, putus asa, dan tidak bersemangat menjalani hidup. Setiap rencana-Nya tidak dimaksudkan sebagai rancangan yang akan membuat kita larut dalam kesedihan, melainkan untuk percaya pada janji Tuhan. Dalam setiap kejadian, Dia akan memberikan kita pengertian, semangat, penghiburan, dan sukacita untuk dapat menjalaninya.

Ketika kita mengalami kejadian buruk, mari kita mengundang dan mengandalkan Tuhan Yesus. Tidak mudah, bukan berarti tidak bisa dijalani, seperti yang dialami Sabrina Beasley dalam kisah di bawah ini. Kesedihan yang mendalam dan keadaan yang sulit sepeninggal suaminya memperkuat rasa putus asa dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi, pengharapan pada Tuhan Yesus dirasakannya mendatangkan semangat, sukacita, dan penghiburan baginya. Simaklah kesaksian dari Sabrina Beasley McDonald berikut ini. Kiranya kesaksian dalam edisi ini dapat membawa berkat untuk kita semua.

Tidak lupa, kami segenap redaksi KISAH mengucapkan Selamat Paskah untuk semua pelanggan publikasi KISAH. Kiranya pengorbanan Kristus memberi semangat kepada kita untuk menjadi saksi Kabar Sukacita. Tuhan Yesus memberkati.

Pio.

Staf Redaksi KISAH,
Pio

 
Kematian Suamiku Tak Seperti Lazarus

Tanggal 24 Desember 2010 pada musim gugur yang indah. Cuaca begitu sempurna. Putri kecilku baru berusia 3 bulan, dan dia adalah bayi paling bahagia yang pernah Anda lihat. Putra kecilku yang sudah berusia 2 tahun tentu saja menyayanginya, dan suamiku, David, dan aku mulai merencanakan liburan akhir pekan keluarga.

Segalanya mulai berubah ....

Aku tahu ada yang tidak beres ketika aku pulang memenuhi janji dengan dokter anak pada suatu sore. Suamiku tidak sedang berada di rumah, seperti biasanya. Dia tidak kelihatan. Aku menghubungi ponselnya, tetapi hanya ada pesan suara. Tidak ada yang mendengar deringan itu saat itu. Aku mulai merasa marah dan mencari-cari dia di seluruh penjuru kota, dan ketika aku pulang, sebuah mobil polisi sedang parkir di samping rumah.

Mimpi buruk terjadi ....

Lonceng Gereja

"Nyonya, suami Anda meninggal dunia." Kata-kata itu berdering di kepalaku seperti lonceng gereja gotik raksasa, menenggelamkan semua suara yang ada. Aku berusaha mendengarkan. Mereka menjelaskan bahwa suamiku mengalami insiden tabrakan dan tewas seketika. Tidak ada kata-kata terakhir, tidak ada pelukan dan ciuman selamat tinggal. Dia ... sudah pergi ... selamanya ....

Pikiranku mulai berpacu mencerna semuanya. Aku merasa seperti mengalami mimpi buruk yang mengerikan dan sedang dalam keadaan tidur. Aku mencoba menemukan secercah harapan: dia mungkin hanya pura-pura mati. Mungkin mereka keliru. Aku menuntut bukti.

Aku mencintai pria ini dengan segenap hatiku, bagaimana mungkin dia mati? Yang artinya, semua sudah berakhir? Kebahagiaan abadi, tawa, dan leluconnya. Dia adalah satu-satunya yang aku percaya tentang segala hal, ayah dari anak-anakku, teman terbaikku. Dia tidak mungkin mati!

Namun, tragedi kematian mengerikan itu abadi. Dan, tak peduli berapa banyak cara yang Anda lakukan untuk memperbaiki masalah, tak akan ada jalan keluar.

Itu adalah hari duka yang begitu nyata bagiku. Bukan hanya bagi orang tua atau penjahat atau orang-orang yang hidup menderita akibat penyakit. Tidak ada diskriminasi, dan tak peduli seberapa baik Anda, atau seberapa banyak Anda sudah menghibur orang lain, tak peduli seberapa salah Anda, kematian akan mendatangi kita semua, dan tak ada cara untuk menghentikannya.

Pergolakan batin yang serius dimulai ....

Beberapa bulan kemudian, ketika musim dingin semakin menusuk, mengisolasi kegelapan, rumah serasa mati saat anak-anak sudah tertidur. Aku hanya bisa menangis dan memohon bantuan Tuhan atas rasa putus asaku. Aku punya banyak orang terdekat yang bisa membantuku, tetapi dalam diriku, terjadi pertempuran rohani yang serius antara "gelap" dan "terang".

Yesus di padang gurun

Aku mengalami apa yang dialami Yesus di padang gurun, kelaparan dan terasing dari tempat di mana semua orang yang mencintaiku berada, khususnya suamiku terkasih. Iblis menyerangku dengan segala macam keraguan tentang kasih dan kedaulatan Tuhan.

"Jika Tuhan benar-benar mencintaimu, kenapa Dia membiarkan hal ini terjadi?"

"Jika Tuhan benar-benar mengambil kendali, kenapa Dia tidak menghentikan kecelakaan itu?"

"Benarkah ini semua dilakukan Tuhan?"

"Apa yang harus kamu lakukan untuk menghentikan kutuk ini?"

Kitab Yohanes menjadi susu dan rotiku. Aku memegang setiap kata Yesus. Lagu pujian "Rescue" begitu jelas menjabarkan hal itu. I need You, Jesus, to come to my rescue. Where else can I go? (Aku memerlukan-Mu, Yesus, untuk datang menolongku. Ke mana lagi aku dapat pergi? - Red.) Dengan segala kekuatan, si iblis mencoba memisahkanku dari kasih Allah, tidak ada tempat lain untuk pergi. Tidak ada yang bisa menawarkan harapan, kecuali Yesus.

Aku disadarkan tentang kisah Yesus dan Lazarus ....

Yesus membangkitkan Lazarus

Dari seluruh sejarah manusia, Yesus mengerti kesedihanku, sama seperti apa yang Dia ucapkan dalam Yohanes 11 saat Lazarus mati. Semua orang, saat itu, mungkin berharap sepenuhnya kepada Yesus untuk segera menyembuhkan Lazarus kembali, tetapi Yesus tidak melakukannya dengan cara seperti itu.

Ketika Yesus akhirnya datang, Lazarus sudah mati selama empat hari lamanya. Kedua saudara Lazarus berkata, "Tuhan, jika engkau datang, saudara kami pasti tidak akan mati."

Aku sudah mengucapkan kata-kata yang sama berkali-kali setelah David meninggal! Rasanya seperti mendengar suara saya sendiri. Mereka tahu bahwa Yesus bisa menyembuhkan saudara mereka jika Dia mau, tetapi nyatanya Lazarus sudah mati. Akan tetapi, Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan kehidupan; siapa pun yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku tidak akan pernah mati." (Yohanes 11:25-26, AYT)

Yesus tidak hanya mengatakan bahwa Dia memiliki kuasa atas kematian, tetapi Dia adalah pusat kehidupan!

Kehidupan berawal dari kematian ....

Aku berhasil melewati musim dingin yang begitu melelahkan. Setelah itu, suasana Paskah pun tiba. Pada awal tahun itu, aku melihat kemuliaan Tuhan memenuhi kehidupanku untuk pertama kalinya. Kebangkitan tampak di mana-mana seperti mekarnya cabang-cabang pohon yang tadinya gundul. Tunas-tunas yang baru seperti menggambarkan perjanjian, kicauan burung seperti sinar matahari.

Itulah kebangkitan, dan aku bisa melihat kehidupan lahir dari kematian, sama seperti Allah yang telah berjanji melalui anak-Nya, Yesus Kristus. Lazarus bangkit, Yesus pun bangkit. David dan semua kenangan kami memberitakan nama Kristus untuk selamanya!

Kebangkitan Yesus

Sesuatu terjadi kepadaku pada pagi Paskah yang cerah setelah kematian David. Kesedihan itu memang tidak lenyap, tetapi keputusasaan itu telah lenyap. Surga terbuka atasku dan segala sesuatunya terjadi sesuai dengan kehendak Ilahi. Aku menyadari bahwa Paskah tidak sekadar berbicara tentang batu kubur yang terguling, tetapi jauh daripada itu, bahwa Yesus sudah bangkit dan telah membangkitkan kita juga dari kematian.

Aku percaya, ada alasan di balik segala persoalan dalam hidupku dan keluargaku. Aku tahu mengapa Yesus tidak menghentikan kecelakaan yang telah merenggut nyawa suamiku, David. Namun, melalui hal itu, Tuhan ingin membawa kemuliaan-Nya sehingga Sang Anak dipermuliakan. Cerita ini tidak berakhir dengan kematian, tetapi berakhir dengan kebangkitan kembali.

Sumber asli:
Nama situs : Family Life
Alamat situs : http://www.familylife.com/.../how-my-husbands-death-changed-the-way-i-see-easter
Judul asli artikel : How My Husband's Death Changed the Way I See Easter
Penulis artikel : Sabrina Beasley McDonald
Diambil dari:
Nama situs : Gereja Bethel Indonesia
Alamat situs : http://www.gbi-bethel.org/kematian-suamiku-mengajarkanku-tentang-makna-paskah-sesungguhnya
Judul artikel : Kematian Suamiku Mengajarkanku tentang Makna Paskah Sesungguhnya
Tanggal akses : 3 Oktober 2016

Download Audio

POKOK DOA
  1. Berdoa untuk Sabrina Beasley supaya semakin kuat beriman pada Tuhan Yesus. Kiranya dengan peristiwa ini, dia bersemangat membagikan kebaikan Tuhan kepada orang lain.
  2. Berdoa untuk setiap wanita yang suaminya telah berpulang ke rumah Bapa. Kiranya mereka semakin dikuatkan oleh penghiburan dari saudara seiman sehingga mereka semakin kuat dalam iman kepada Tuhan Yesus dan mau bersaksi akan kasih Tuhan dalam hidup mereka.
  3. Berdoa untuk setiap orang yang sedang mengalami pergumulan hidup. Kiranya mereka semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam setiap pergumulan mereka.

Sekarang, kiranya Tuhan kita, Yesus Kristus, sendiri dan Allah Bapa kita, yang telah mengasihi kita dan memberi kita penghiburan kekal dan pengharapan yang indah melalui anugerah.
(2 Tesalonika 2:16, AYT)

 
logo stoppress DIPERLENGKAPI UNTUK MELAYANI ANAK-ANAK DALAM KELAS GURU SEKOLAH MINGGU MEI/JUNI 2017

Kelas GSM

Pada bulan Mei/Juni 2017, PESTA akan kembali membuka kelas Guru Sekolah Minggu (GSM). Kelas ini bertujuan untuk membekali guru-guru sekolah minggu agar mampu melayani anak-anak secara efektif.

Kelas diskusi ini akan mempelajari Visi dan Misi Sekolah Minggu, Kriteria Guru Sekolah Minggu, Pengenalan Anak-Anak, Hakikat Mengajar, Teknik Memimpin Ibadah Sekolah Minggu, dan Administrasi Sekolah Minggu.

Semua pokok bahasan tersebut sangat menarik dan berguna untuk pelayanan anak. Anda tertarik juga untuk mengikuti? Silakan segera daftarkan diri Anda kepada Kusuma (kusuma@in-christ.net) dengan mengirimkan email bersubjek [DAFTAR - KELAS GSM]. Jangan lupa, ajak para pelayan anak yang Anda kenal untuk bergabung dalam kelas ini. Daftar, ikuti, dan dapatkan berkat-berkat melalui pembelajaran daring bersama PESTA. Tuhan beserta kita!

situs PESTA
Facebook PESTA
Twitter @sabdapesta
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi KISAH.
logo KISAH email kisah@sabda.org
Facebook KISAH
Twitter @sabdakisah
Redaksi: Margaretha I., Maskunarti, dan Pio.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org