Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/408

KISAH edisi 408 (2-3-2016)

Khotbah Seorang Narapidana

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 408; 2 Maret 2016

KISAH -- Khotbah Seorang Narapidana
Edisi 408; 2 Maret 2016


Salam damai sejahtera,

Permasalahan yang kita hadapi bukan terjadi secara kebetulan. Tuhan 
memiliki rencana indah dalam setiap permasalahan hidup kita. Bahkan, 
hal yang tidak kita duga pun dapat Tuhan pakai untuk menjadikan kita 
pribadi yang lebih baik. Seperti halnya seorang narapidana yang 
dipandang hina, bahkan dianggap sampah, bisa dipakai Tuhan untuk 
mengingatkan kita akan kasih-Nya kepada umat-Nya.

Perayaan Paskah selalu mengingatkan kita akan pengorbanan Tuhan Yesus 
di kayu salib. Apa yang dialami Tuhan Yesus selama penyaliban membuat 
hati Nainggolan diubahkan. Bahkan, bukan hatinya saja yang diubahkan, 
melainkan semua yang ada dalam diri Nainggolan juga diubahkan. Walau 
harus mengalami penderitaan di Lapas, tetapi proses itu membentuk 
pribadi Nainggolan menjadi semakin mengenal kasih Tuhan Yesus. Kiranya 
kesaksian hidup Nainggolan ini bisa menjadi berkat untuk kita semua. 
Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Margaretha I.
< indah(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/>


                     KHOTBAH SEORANG NARAPIDANA

Minggu pertama setiap bulan, GIKI Jakarta menyelenggarakan kebaktian 
minggu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Bulak Kapal, Bekasi Timur. 
Dalam sebuah kebaktian, masih dalam suasana Paskah, pada acara 
kesaksian beberapa orang narapidana menyampaikan kesaksian dan pujian 
dari vokal grup yang memang menyentuh hati.

Yang paling berkesan bagi saya adalah ketika seorang narapidana muda 
usia 20-an, Halak Hita Marga Nainggolan, tampil ke depan. Tampaknya 
penampilan ini adalah kesaksian pertamanya di gereja. Wajahnya keras, 
suaranya keras, dan aksen bataknya cukup kental.

Dia memulai kesaksiannya dengan sapaan, "Apakah Bapak, Ibu, 
Saudara merasa dimuliakan?" Jemaat berkata bersama-sama, 
"Amin!" Maksudnya, barangkali ia ingin berkata, "Ada 
sukacita?" Ia juga mengucapkan terima kasih atas kehadiran para 
"penggembala" dari Jakarta. Untuk yang satu ini, rekannya 
segera berteriak membetulkan "bukan penggembala, tetapi hamba 
Tuhan". "Aku masuk ke sini bukan karena narkoba dan bukan 
pula karena minuman keras, tetapi karena main catur." Rupanya, ia 
bermain catur yang ternyata bukan hanya jadi sekadar asah otak, tetapi 
berakhir dengan adu otot. Pendek cerita, ia terkena pasal 351 (seingat 
saya menyangkut penganiayaan). Celakanya lagi, lawannya main catur ini 
adalah anggota polisi. Pada waktu ia bersembunyi selama 2 hari, polisi 
cukup pintar dengan menyandera abangnya yang sudah berkeluarga dan 
punya anak. "Daripada abangku yang sudah berkeluarga jadi korban, 
lebih baik aku menyerahkan diri ke Polsek (Polisi Sektor)."

Di tempat inilah, penderitaannya dimulai, "Sungguh Bapak, Ibu, 
aku dipermak dari ujung kaki sampai ujung rambut, aku tidak 
bohong." Tampak matanya mengecil seolah hal itu menjadi trauma 
baginya. Penyiksaan yang dialaminya di Polsek menyebabkan ia tidak 
dapat lagi memercayai segala institusi yang ada seperti Polsek dan 
Lapas. Ia merasa bahwa dirinya adalah sampah, yang terbuang dan tidak 
diperhatikan. Oleh pengadilan, ia dihukum selama 2 tahun dan 
dimasukkan ke lapas. Menjadi tahanan di Polsek saja sudah begitu 
mengerikan, apalagi lapas. Ketika ia dibawa ke Lapas Bulak Kapal, 
dalam perkiraannya lapas ini merupakan neraka yang mengerikan. Betapa 
leganya ia ketika di Bulak Kapal, saudara-saudara dari persekutuan 
kristiani menyambutnya dengan bersahabat.

Di Bulak Kapal inilah, ia pertama kali menghadiri Perjamuan Kudus 
(dalam rangka Paskah). "Di gerejaku, aku tidak bisa ikut karena 
aku belum sidi," katanya. Ketika firman Tuhan disampaikan dalam 
kebaktian Perjamuan Kudus itu, ia menyimak dengan sungguh-sungguh 
tentang seorang yang bernama Yesus, yang disiksa melebihi siksaan yang 
dialaminya. Ia bisa berempati kepada Yesus karena ia pun baru 
mengalami penyiksaan yang berat. Akan tetapi, penderitaan Yesus, 
sungguh lebih dahsyat ... salib yang dipikul itu ... cambukan itu ... 
mahkota duri itu ... Ia diludahi ... Ia dihina ... Ia disalib, tangan-
Nya dipaku, lambung-Nya ditusuk, dan ... Ia sebenarnya sama sekali 
tidak bersalah. Sedangkan ia, Nainggolan, masuk lapas memang karena ia 
bersalah. Manusia yang tersalib itu, sungguh ajaib, memberi harapan 
bagi Nainggolan. Ia bukan sampah dan orang terbuang yang dilupakan. Ia 
dicintai oleh Yesus yang sudah mengorbankan diri-Nya bagi 
keselamatannya.

Pada akhir kesaksiannya, muka Nainggolan tampak lebih berseri. Ketika 
kebaktian GIKI selesai, jemaat dan para "penggembala" 
bersama-sama makan nasi bungkus warteg yang dibawa dari Jakarta. 
Selesai makan, saya lihat Nainggolan mengumpulkan sampah-sampah, yaitu 
bungkusan makanan dan gelas plastik minuman Aqua. Ia melakukannya 
dengan ceria.

Nainggolan tidak tahu bahwa ia sudah menyampaikan sebuah khotbah 
Paskah yang indah bagi para "penggembala" dari Jakarta. 
Sekurangnya hati saya tersentuh. Saya masih merenungkan kesaksian 
Nainggolan berhari-hari sesudahnya. Saya sudah banyak membaca atau 
mendengarkan khotbah Paskah, tetapi mungkin karena sudah sering dan 
rutin, peristiwa salib sepertinya hal yang biasa-biasa saja, tidak 
lagi menggetarkan hati, sampai seorang Nainggolan berkhotbah dan 
mengingatkannya di Bulak Kapal. Tubuh dan darah yang dikorbankan di 
salib itu sudah menyelamatkan jiwa kita. Ada lagikah yang lebih 
berharga dari kemenangan ini?

Diambil dari:
Nama situs: Suara Pertobatan
Alamat URL: http://www.suarapertobatan.com/#/kesaksian/13
Judul artikel: Khotbah Seorang Narapidana
Penulis artikel: Pdt. Remedi
Tanggal akses: 13 Januari 2015


POKOK DOA

1. Berdoa kepada Tuhan Yesus supaya Nainggolan memiliki hati untuk 
   mengampuni orang-orang yang pernah menyakiti dan menyiksa dia.

2. Berdoa untuk setiap narapidana supaya mereka bisa merasakan kasih 
   Allah dan tidak merasa sebagai sampah, melainkan bisa menggunakan 
   setiap kesempatan untuk memperbaiki diri.

3. Berdoa kepada Tuhan Yesus untuk Pdt. Remedi supaya pelayanannya 
   senantiasa diberkati Tuhan. Kiranya pelayanan yang ia lakukan 
   senantiasa menyenangkan hati Tuhan.


"Jadi, jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita atau tentang aku, 
tahanan-Nya. Akan tetapi, ikutlah menderita demi Injil oleh kuasa 
Allah," (2 Timotius 1:8)

< http://alkitab.sabda.org/?2Tim+1:8&version=ayt >
< http://alkitab.mobi/?2Tim+1:8&version=ayt >


            STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH BEBRKUALITAS

Hari Paskah sudah hampir tiba, kini saatnya berkunjung ke situs Paskah 
Indonesia untuk mendapatkan bahan-bahan bertema Paskah yang dapat kita 
manfaatkan untuk merefleksikan penderitaan dan kemenangan Kristus 
selama masa Paskah. Situs Paskah Indonesia menyediakan berbagai bahan 
bertema Paskah dengan berbagai kategori seperti: Artikel, Drama, 
Puisi, Kesaksian, Buku, Humor, Tips Paskah, Lagu Paskah, dll.. Bukan 
hanya itu, dalam situs Paskah Indonesia juga disediakan bahan-bahan 
bertema Paskah dalam format multimedia, seperti audio khotbah, gambar-
gambar, lagu-lagu, dan video Paskah.

Menariknya lagi, Anda juga bisa mengirimkan bahan-bahan Paskah karya 
Anda ke situs ini dan menuliskan ucapan Paskah untuk orang tersayang 
melalui situs ini. Situs Paskah Indonesia juga terintegrasi dengan 
situs Paskah.co yang memberi Anda referensi bahan-bahan Paskah yang 
berkualitas.

Pastikan Anda mengunjungi tautan berikut ini:

Situs Paskah Indonesia: http://paskah.sabda.org
Youtube: http://youtube.com/user/sabdaalkitab
Facebook: http://fb.sabda.org/paskah
Situs mini: http://paskah.co

Selamat menyambut Paskah 2016 dan mensyukuri penebusan Kristus.


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Margaretha I., N. Risanti, Odysius, dan Santi T.
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org