Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/406

KISAH edisi 406 (6-1-2016)

Tolonglah Aku

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                     Edisi 406, 6 Januari 2016

KISAH -- Tolonglah Aku!
Edisi 406, 6 Januari 2016


Salam kasih dalam Kristus,

Marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan yang mengantar langkah kaki 
kita menginjak tahun yang baru, yaitu tahun 2016. Kiranya kita 
senantiasa memiliki iman, pengharapan, dan kasih di dalam Dia. 

Dalam KISAH edisi perdana tahun ini, kami mengajak Pembaca sekalian 
untuk menyimak kesaksian dari Sdr. Dedy Yanuar, yang membagikan 
pengalaman rohaninya seputar iman, pengharapan, dan kasih dalam Tuhan. 
Di dalam Kristus, iman kita terus dibangun, pengharapan kita 
diperbarui setiap waktu, dan kita diajar untuk mengasihi Tuhan dan 
sesama kita. Bacalah kesaksian ini, dan biarlah kita didorong untuk 
merefleksi diri dan terus berinisiatif melayani Tuhan dan pekerjaan-
pekerjaan-Nya. Terpujilah Tuhan!

Redaktur Tamu KISAH,
Amidya
< http://kesaksian.sabda.org/>


                            TOLONGLAH AKU!
Ditulis oleh: Dedy Yanuar

Inilah kesaksian saya mengenai sakit "Autoimun" yang saya derita. 
Suatu ketika, dokter telah memvonis bahwa saya menderita suatu 
penyakit yang belum ada obatnya dan saya tidak akan hidup lama lagi. 
Saya "shock" menerima kenyataan ini. Saya ingat lebih dari 10 tahun 
yang lalu, ada seorang dokter yang berkata kepada saya, "Penyakit kamu 
pasti bikin bangkrut orangtuamu." Saat itu, saya tidak mengerti apa 
yang dimaksudkan oleh dokter itu. Tidak lama kemudian, saya merasa 
sembuh dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa. 

Satu sampai 2 tahun kemudian, penyakit itu datang lagi dan membuat 
keadaan saya semakin parah sehingga saya tidak dapat beraktivitas 
seperti hari-hari biasanya. Saya memerlukan bantuan keluarga atau 
orang lain untuk melakukan segala sesuatu. Saya sempat sulit bernapas. 
Singkat cerita, saya divonis oleh dokter bahwa saya menderita penyakit 
Autoimun. Penyakit itu membuat saya digolongkan dalam kelompok 
difabel. 

Saya menderita sakit dengan tiba-tiba dan keadaan saya begitu parah. 
Dengan begitu, mau tidak mau saya harus meminta pertolongan orang lain 
untuk menolong saya melakukan semua hal. Bagi saya, keadaan seperti 
ini sangat tidak mudah. Saya merasa sangat malu dan sedih karena saya 
sering merepotkan orang lain. Semakin lama, keadaan saya semakin parah 
dan lemah sehingga semua orang, bahkan keluarga saya, merasa tidak 
berdaya dengan keadaan saya. Sampai pada titik tertentu, saya menjadi 
sangat kecewa kepada Tuhan. Akan tetapi, perlahan-lahan, semua anggota 
keluarga dapat menerima keadaan saya. Mereka dapat menguatkan saya dan 
selalu berpesan, "Jangan pernah bosan untuk minta tolong jika kamu mau 
melakukan sesuatu." Melihat respons dari anggota keluarga, saya pun 
mulai berubah. Kekecewaan dan karakter saya, yang sebelumnya sangat 
tinggi hati dan gengsi untuk meminta bantuan, mulai dibentuk dan 
diubahkan Tuhan menjadi rendah hati. Saya pun mulai bisa meminta 
bantuan orang lain.

Tidak lama setelah peristiwa itu, saya mulai melakukan hal-hal yang 
masih bisa saya lakukan, seperti membaca buku dan bermain komputer. 
Hati saya kembali percaya kepada Tuhan, iman saya dikuatkan, dan saya 
pun kembali mengikuti ibadah pemuda. Akan tetapi, pada saat itu, saya 
masih merasa bahwa pergi ke gereja menjadi sebuah hiburan bagi saya. 
Setelah beberapa lama, Tuhan menaruhkan hati "yang melayani" kepada 
saya. Saya merasa ingin melayani Tuhan, tetapi saya berpikir dan 
berkata dalam hati, "Bagaimana mungkin saya bisa melayani di mimbar? 
Keadaan saya saja seperti ini." Saya sadar dengan keadaan saya. Karena 
itu, untuk bisa melayani di mimbar, itu adalah sesuatu yang tidak 
mungkin bagi saya. Lalu, tidak lama setelah itu, gereja saya 
mengadakan rapat pemilihan pengurus pemuda. Pada saat itu, saya 
berinisiatif mengajukan diri menjadi pendoa syafaat untuk komisi 
pemuda. Rupanya inisiatif saya direspons dengan baik oleh kakak rohani 
saya. Akhirnya, sejak saat itu, saya menjadi pendoa syafaat bagi 
komisi pemuda.

Beberapa tahun kemudian, saya berinisiatif lagi untuk mengajukan diri 
menjadi pendoa syafaat bagi seluruh jemaat. Akan tetapi, niat saya 
kali ini ditolak oleh gembala saya. Beliau justru menawarkan pelayanan 
yang lain. Saya mendapat tawaran untuk membantu pelayanan bagian LCD. 
Mendengar tawaran ini, saya pun langsung setuju. Saya merasa pelayanan 
ini adalah anugerah Tuhan bagi saya. Setelah itu, kurang lebih satu 
tahun kemudian, saya diajak oleh Koordinator Sekolah Minggu untuk 
mengikuti training guru sekolah minggu. Awalnya saya menolak, tetapi 
ajakan itu terlontar lagi hingga dua kali. Koordinator Sekolah Minggu 
mengatakan supaya saya bisa datang dulu. Setelah saya pikir lagi, saya 
memutuskan untuk mengikuti training sekolah minggu. Akhirnya, saya 
melayani sebagai guru sekolah minggu. Selain itu, pelayanan-pelayanan 
yang lain juga dipercayakan kepada saya. Kalau dilogika, semuanya itu 
tidak mungkin dapat saya lakukan. Akan tetapi, satu hal yang pasti, 
semakin banyak saya dipercaya untuk mengerjakan pelayanan, maka 
semakin banyak pula saya memerlukan bantuan orang lain atau rekan 
sepelayanan untuk dapat mengerjakannya.

Untuk beberapa rekan sepelayanan, saya tidak segan-segan untuk meminta 
tolong pada mereka. Terlebih lagi untuk teman-teman yang sudah saya 
anggap seperti saudara. Kadang tanpa diminta tolong pun, mereka sudah 
langsung memberikan pertolongan kepada saya. Sungguh indah persatuan 
di dalam Tuhan. 

Saya ingin mengatakan bahwa menderita penyakit Autoimun bukanlah 
sebuah vonis mati. Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan 
sekalipun kita harus minta bantuan orang lain. Sampai sekarang, saya 
masih belum sembuh, dan sebenarnya keadaan saya semakin parah. Akan 
tetapi, saya bersyukur karena dalam kelemahan pun, saya bisa melayani 
Tuhan -- melayani apa saja yang bisa saya lakukan meski saya tetap 
meminta bantuan orang lain ketika mengerjakan pelayanan yang Tuhan 
percayakan. Bersyukur juga, teman-teman saya selalu menolong saya. 

Musuh utama penderita penyakit Autoimun adalah kehilangan iman, 
harapan, dan kasih. Jika salah satunya hilang, hidup terasa tidak 
berarti. Saya pernah kehilangan ketiga-tiganya. Karena itu, saya 
merasa bahwa hidup saya tidak ada artinya lagi dan hanya menjadi beban 
bagi orang lain. Iman dalam Kristus membangkitkan kasih dan 
pengharapan saya. Orang-orang yang menolong saya adalah penolong yang 
Tuhan sediakan bagi saya. Karena itu, jangan ragu untuk meminta 
pertolongan. Pengharapan dalam Dia memberikan satu kepastian bahwa ada 
masa depan bagi kita semua. Tidak akan dibiarkan-Nya kita sendiri, Ia 
ada beserta kita. Hidup kita dijamin penuh oleh Tuhan, sama seperti 
yang tertulis dalam Mazmur Daud, "Dari muda sampai tua, tidak pernah 
ia melihat anak cucu orang benar meminta-minta roti". Pengharapan 
dalam Kristus membuat kita tidak khawatir akan hari esok. Kasih yang 
Tuhan berikan membuat kita bisa mengasihi Allah dan sesama, menjadikan 
kita tidak egois, dan merefleksi diri bahwa masih ada orang yang lebih 
menderita dan parah keadaannya dibandingkan dengan kita.

Inilah kesaksian saya. Jangan segan untuk meminta tolong! Terlebih 
lagi saat akan melayani pekerjaan Tuhan. Bertolong-tolonglah dalam 
menanggung beban. Akhirnya, tetap kenakanlah iman, pengharapan, dan 
kasih. Tuhan memberkati! 


POKOK DOA

1. Berdoa kepada Tuhan Yesus untuk Sdr. Dedy Yanuar. Kiranya di dalam 
   kelemahan tubuhnya, ia tetap bertumbuh dalam iman dan pengharapan 
   kepada Allah.

2. Berdoa kepada Tuhan Yesus supaya semakin hari kesehatan Sdr. Dedy 
   Yanuar semakin membaik sehingga ia dapat lebih lagi dipakai Tuhan 
   untuk melakukan pekerjaan pelayanan di gerejanya.

3. Berdoa kepada setiap orang Kristen yang mengalami kelemahan tubuh, 
   kiranya mereka tidak hilang iman dan pengharapannya di dalam Yesus.


"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan 
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 
(1 Korintus 13:13)

< http://alkitab.mobi/tb/1Kor/13/13/ >
< http://alkitab.sabda.org/?1Kor+13:13 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Margaretha I., Odysius, N. Risanti, Santi T., dan Amidya
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org