Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/376

KISAH edisi 376 (2-10-2014)

Mihai, Percayalah kepada Kristus

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 376; 1 Oktober 2014

KISAH -- Mihai, Percayalah kepada Kristus
Edisi 376; 1 Oktober 2014


Salam Kasih,

Sebelum terangkat ke surga, Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung kepada 
murid-murid-Nya. Dalam mengemban Amanat Agung tersebut, murid-murid 
dan pengikut Kristus pasti akan mengalami tantangan dan kesulitan. 
Namun, Tuhan Yesus berjanji bahwa Ia akan menyertai setiap murid-Nya 
dalam mengemban amanat tersebut.

Tantangan dan kesulitan merupakan hal biasa yang kita alami saat 
memberitakan Kabar Baik. Bukan itu saja, penganiayaan juga tidak 
jarang dilakukan untuk membuat orang Kristen jera memberitakan 
Kristus. Memang, banyak sekali penderitaan yang kita hadapi, tetapi 
kasih karunia Tuhan akan tetap menyertai kita. Di dalam Kristus, kita 
juga turut mengambil bagian dalam penderitaan-Nya.

Staf Redaksi KISAH,
Bayu
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                   MIHAI, PERCAYALAH KEPADA YESUS

Pada usia 11 tahun, Mihai mulai memperoleh penghasilan hidupnya dengan 
bekerja sebagai buruh kasar. Penderitaan yang berat membuat imannya 
goyah. Ibunya berada di penjara dan setelah dua tahun, Mihai 
diperbolehkan menemui ibunya di penjara. Ia pergi ke penjara Komunis 
tersebut dan menjumpai ibunya di belakang terali besi. Ibunya sangat 
kotor, kurus, tangannya tebal serta keras, dan memakai seragam penjara 
yang kumal. Mihai hampir tak dapat mengenalinya. Kata-kata pertamanya 
ialah, "Mihai, percayalah kepada Yesus!" Dengan amarah yang meluap-
luap, penjaga penjara menyeretnya dari hadapan Mihai. Mihai menangis 
melihat ibunya diseret.

Menit itu merupakan menit pertobatannya. Ia sadar, jika dalam keadaan 
demikian Kristus dapat dicintai, Kristus pasti adalah Juru Selamat 
yang sebenarnya. Kelak, ia berkata, "Jika kekristenan tak punya 
argumen lain yang dapat membuktikan kebenarannya, fakta bahwa ibuku 
percaya, sudah merupakan bukti yang cukup bagiku." Itulah saat ia 
menerima Kristus sepenuhnya.

Di sekolah, ia selalu berjuang mempertahankan diri. Ia murid yang baik 
dan sebagai hadiah, ia diberi dasi merah -- tanda keanggotaan Perintis 
Komunis Muda (Young Communist Pioneers). Anakku berkata, "Aku tak mau 
memakai dasi dari orang yang memenjarakan orang tuaku." Akibatnya, ia 
diusir dari sekolah. Setelah tertinggal setahun, ia masuk sekolah 
lagi. Akan tetapi, ia menyembunyikan fakta bahwa ia adalah anak 
tahanan Kristen.

Kemudian, ia disuruh membuat skripsi menentang Kitab Suci. Dalam 
skripsinya, ia menulis, "Bantahan-bantahan melawan Kitab Suci lemah 
dan kutipan-kutipan yang melawan Kitab Suci sama sekali tidak benar. 
Profesornya pasti belum pernah membaca Kitab Suci. Kitab Suci sesuai 
dengan ilmu pengetahuan." Sekali lagi, ia diusir. Kali ini, ia 
ketinggalan sekolah selama dua tahun.

Akhirnya, ia diterima masuk seminari. Di sini, ia diajar tentang 
"teologi Marxist". Segala sesuatu diterangkan searah dengan prinsip 
Karl Marx. Mihai dengan terang-terangan mengemukakan bantahannya dan 
beberapa mahasiswa memihak dia. Hasilnya, ia diusir lagi dan tak dapat 
menyelesaikan pelajaran teologianya.

Suatu ketika di sekolah, saat profesor menyampaikan sebuah ceramah 
yang bersifat atheis, anakku berdiri dan menentangnya, ia mengatakan 
tanggung jawab yang harus profesor itu tanggung karena menyesatkan 
begitu banyak kaum muda. Seluruh kelas berpihak kepadanya. Memang, 
perlu adanya keberanian seseorang untuk berbicara lantang terlebih 
dulu, barulah yang lain akan mengikutinya.

Untuk mendapatkan pendidikan, ia terus berusaha menyembunyikan fakta 
bahwa ia anak Wurmbrand, seorang tahanan Kristen. Namun, sering kali, 
hal tersebut diketahui dan pemandangan yang sudah biasa terjadi, saat 
kepala sekolah melakukan pemanggilan dan pengusiran, terjadi lagi.

Mihai juga menderita kelaparan. Semua keluarga umat Kristen yang 
dipenjara di negara-negara Komunis hampir mati kelaparan. Membantu 
mereka dianggap sebagai kejahatan berat.

Aku akan menceritakan satu kasus saja tentang sebuah keluarga 
menderita yang aku kenal secara pribadi. Ia dipenjara karena 
kegiatannya membantu Gereja Bawah Tanah. Ia meninggalkan seorang istri 
dan enam orang anak. Anak perempuan tertuanya yang berusia 17 tahun 
dan 19 tahun tidak dapat memperoleh pekerjaan. Satu-satunya pihak yang 
dapat memberi pekerjaan dalam negara Komunis adalah negara, tetapi 
pemerintah tidak mau memberi pekerjaan kepada anak-anak "penjahat" 
Kristen.

Kuharapkan Anda tidak menilai kisah ini berdasarkan standar moral, 
tetapi pandang saja faktanya. Kedua anak perempuan martir Kristen itu 
-- menjadi Kristen dengan sendirinya, menjadi wanita tunasusila untuk 
menopang kehidupan adik-adik dan ibunya yang sedang sakit. Adik laki-
lakinya yang berusia 14 tahun menjadi gila menyaksikan fakta itu 
sehingga ia dibawa ke rumah sakit jiwa.

Bertahun-tahun kemudian, ayahnya yang dipenjara, pulang. Ia hanya 
berdoa, "Tuhan, bawalah aku kembali ke dalam penjara. Aku tak sanggup 
melihat hal ini." Doanya terkabul dan ia dipenjarakan lagi karena 
"kejahatannya" bersaksi tentang Kristus kepada anak-anak.

Anak-anak perempuannya tidak lagi menjadi wanita tunasusila, saat 
mereka memperoleh pekerjaan karena menuruti permintaan polisi rahasia, 
mereka menjadi informan. Sebagai anak-anak martir Kristen, mereka 
diterima dengan hormat di setiap rumah. Mereka semua mendengarkan, 
lalu melaporkan segala yang didengarnya kepada polisi rahasia.

Disunting dari:
Judul buku: Berkorban demi Kristen
Penulis: Richard Wurmbrand
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2002
Halaman: 49 -- 51


POKOK DOA

1. Berdoalah untuk Mihai, untuk keyakinannya kepada Kristus. Biarlah 
imannya semakin bertumbuh dalam Kristus. Berdoalah juga untuk para 
misionaris yang melayani di negara Komunis supaya mereka teguh dalam 
iman dan dikuatkan dalam pelayanan.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk setiap keluarga yang melakukan 
penginjilan ke daerah-daerah komunis, biarlah mereka diberi kekuatan 
dan tetap bersandar kepada Tuhan Yesus.

3. Mari kita memohon kepada Tuhan Yesus agar setiap benih firman yang 
ditaburkan di sana dapat bertumbuh dan berbuah bagi kemuliaan nama 
Kristus.


"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada 
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29)

< http://alkitab.mobi/tb/Flp/1/29/ >
< http://alkitab.sabda.org/?Flp+1:29 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org