Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/99

KISAH edisi 99 (1-12-2008)

Di Luar Perkiraan

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________

                        EDISI 99, 1 Desember 2008
                        
PENGANTAR

  Bulan Desember; bulan yang sejuk, bulan yang sibuk pula. Ya, Natal 
  menjelang dan banyak persiapan yang kita lakukan untuk menyambutnya. 
  Meskipun Natal kita lalui tiap tahun, bukan berarti Natal tahun ini 
  akan kita lewati tanpa makna, bukan?
  
  Memaknai Natal bukan dengan memasang pohon Natal di rumah kita, 
  berkirim bingkisan untuk kerabat dan rekan, atau memakai baju baru. 
  Jangan sampai kita mengaburkan esensi Natal dengan kemeriahan 
  perayaan dan pernak-perniknya, namun marilah kita menikmatinya 
  sebagai refleksi pribadi. Perayaan Natal jangan pula hanya terfokus 
  pada diri kita sendiri, namun justru harus kita lakukan untuk 
  menunjukkan solidaritas kita kepada sesama.
  
  Harapan kami, keajaiban kelahiran Sang Juru Selamat menyegarkan hati 
  kita dan mengobarkan cinta kita yang kian besar kepada-Nya. Mari 
  senantiasa mensyukuri karunia yang Dia berikan bagi kita semua. 
  Selamat Natal 2008 dan selamat menyongsong Tahun Baru 2009. Tuhan 
  Yesus memberkati.

  Redaksi Tamu KISAH,
  Sri Setyawati  
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           DI LUAR PERKIRAAN

  Aku dan istriku dianugerahi empat orang anak yang hebat. Mereka 
  adalah anak-anak kembar 4, yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 1 
  anak perempuan. Ketiga anak laki-laki kami ialah Jon, Paul, dan 
  Steven. Sheila adalah satu-satunya anak perempuan dari anak kembar 
  empat kami. Beberapa saat setelah dilahirkan, ketiga anak laki-laki 
  kami didiagnosis mengidap penyakit "Duchenne Muscular Dystrophy". 
  Penyakit ini menyerang otot-otot sehingga otot-otot tersebut melemah 
  sedikit demi sedikit. Prediksi yang paling optimistis menyatakan 
  bahwa mereka hanya bisa hidup sampai usia 17 tahun. Sebagian besar 
  waktu mereka akan dihabiskan di kursi roda.

  Ketiga anak laki-laki kami lebih mujur ketimbang anak-anak yang 
  mengidap penyakit yang sama. Kami beruntung bisa bersama mereka 
  selama 22 tahun, 23 tahun, dan 24 tahun. Biasanya, anak-anak yang 
  mengidap penyakit ini tidak bisa melewati sekolah dasar. Ketiga anak 
  laki-laki kami bisa bersekolah di sekolah umum. Mereka selalu masuk 
  dalam daftar ranking siswa yang berprestasi. Bahkan, mereka sedang 
  kuliah di perguruan tinggi ketika mereka meninggal. Mereka baru 
  bergantung pada kursi roda pada usia 12 tahun. Mereka jarang 
  mengeluh meskipun harus memakai penyangga sampai ke dada mereka. 
  Selain itu, tangkai baja ditanam di sepanjang tulang belakang 
  mereka. Mereka bertiga saling menunjang. Tak ada sesuatu pun yang 
  tak dapat mereka pecahkan bersama. Mereka tak pernah mengasihani 
  diri mereka sendiri. Meskipun hidup mereka sangat singkat, mereka 
  menggunakannya sebaik mungkin. Mereka memperkaya hidup semua orang 
  yang berhubungan dengan mereka.

  Mukjizat Natal yang kami alami pada 1990 melibatkan putra tertua 
  kami, Jon. Pada bulan November 1990, ia harus masuk rumah sakit 
  Strong Memorial di Rochester, New York, 117 mil jauhnya dari rumah 
  kami di Salamanca. Ia didiagnosis mengidap "pneumonia" dan harus 
  mendapat perawatan yang semestinya. Aku dan istriku, Ginger, 
  menengoknya hampir setiap hari dan keadaannya mulai membaik. Tetapi, 
  kondisinya memburuk pada hari yang kesepuluh. Rumah sakit menelepon 
  kami dan mengatakan bahwa ia telah dipindahkan ke bagian perawatan 
  intensif.

  Ketika kami tiba, kami mendapatkan dia dengan alat bantu hidup, 
  tabung "tracheotomy" di tenggorokannya, dan ia hampir tak dapat 
  berbicara. Apa yang dapat kami lakukan hanyalah tidak memerlihatkan 
  air mata kami kepadanya. Malam itu, kami berdoa seperti yang belum 
  pernah kami lakukan sebelumnya. Beberapa hari kemudian, ia hanya 
  bisa menulis dan memberi tahu kami bahwa ia tidak ingin bergantung 
  pada sebuah mesin untuk memertahankan hidupnya. Sebelumnya, Jon 
  bergantung pada kursi roda listrik selama bertahun-tahun. Ia hendak 
  menulis di tanganku, "Ayah, tarik stekernya." Jon bukannya ingin 
  mati. Baginya, hidup pendek tetapi lebih normal tanpa mesin, lebih 
  baik daripada kemungkinan hidup lama dengan mesin yang dapat 
  memertahankan hidup. Permintaan Jon satu-satunya ialah kami 
  mengizinkannya pulang untuk Natal. Kalaupun ia harus mati, ia ingin 
  mati dalam keadaan yang menyenangkan dan dipenuhi cinta di 
  sekelilingnya. Ia ingin terlepas dari semua pipa dan kabel.

  Dokternya mengatakan padanya bahwa ia tak mungkin pulang karena di 
  rumah tidak ada perawatan dan peralatan profesional yang diperlukan 
  untuknya. Selain itu, sangat riskan untuk membawanya sejauh 117 mil 
  dengan ambulans. "Saya rasa harus ada suatu mukjizat untuk melakukan 
  itu," kata dokter. Ketika aku melihat mata Jon yang memohon, mata 
  kedua perawatnya yang berdiri di ujung tempat tidurnya, dan mata 
  ibunya yang dipenuhi air mata, mereka sepertinya ingin berkata, "Tak 
  dapatkah kami mencobanya?"

  Kami akan mencobanya. Secara tak terduga, mukjizat hari Natal kami 
  mulai memerlihatkan bentuk. Dengan bantuan dr. Moxley, yang telah 
  mengenal Jon selama bertahun-tahun, kami mulai mendapat bantuan yang 
  kami butuhkan. Ahli terapi pernapasan mengajar kami untuk memonitor 
  napas Jon. Para perawat menunjukkan kepada kami bagaimana caranya 
  membersihkan tenggorokan. Para anggota staf rumah sakit menjadi 
  "malaikat yang penuh belas kasih". Mereka melatih kami untuk 
  memberikan perawatan yang terbaik kepada Jon segera setelah ia di 
  rumah. Meskipun demikian, dokter yang merawatnya yakin bahwa Jon 
  akan meninggal dalam perjalanan ke rumah. Mereka tidak mau 
  bertanggung jawab terhadap tindakan kami untuk membawa Jon pulang. 
  Sehari sebelum Jon diizinkan pulang, ia mendesak kami untuk 
  menghubungi pengurus makam dan pegawai yang memeriksa penyebab 
  kematian di wilayah kami.

  Aku menghubungi kepala pemadam kebakaran Salamanca, yakni Jack 
  McClune. Ia teman lama kami. Ia akan berusaha untuk mendapatkan 
  seorang pegawai. Keesokan harinya, ia menelepon dan mengatakan bahwa 
  ia mendapat 3 orang yang mau mengadakan perjalanan selama 6 atau 7 
  jam itu pada hari Natal. Mereka bersedia untuk menjemput dan 
  mengantar Jon pulang ke rumah. Pada pukul lima di suatu pagi yang 
  bersalju dan angin yang berhembus kencang di New York, mereka 
  menjemputku dengan ambulans kota yang sama sekali baru. Dalam 
  keadaan yang sulit, kami mengadakan perjalanan selama 3 jam ke rumah 
  sakit.

  Ketika kami tiba, para perawat telah mempersiapkan Jon. Mereka 
  menunggu kepulangan Jon. Ia masih dengan mesin penyangga hidup, 
  tetapi aku melihat senyum yang sudah lama tidak muncul di wajahnya. 
  Setelah itu, kami mengucapkan selamat berpisah dan berterima kasih 
  kepada semua dokter dan perawat. Kami mendapat instruksi-instruksi 
  terakhir. Kami berdoa dalam hati dan Jon dilepaskan dari penyangga 
  hidupnya. Ia bertumpu pada dirinya sendiri. Aku mengucapkan selamat 
  Natal kepada semua orang. Para petugas ambulans siap untuk membawa 
  Jon pulang ke rumah.

  Kami tiba di rumah dengan selamat kira-kira 3 jam kemudian. Para 
  petugas ambulans menempatkan Jon di tempat tidurnya dan mereka 
  berangkat untuk berkumpul dengan keluarga masing-masing. Meskipun 
  terlambat, mereka masih bisa merayakan Natal. Keempat petugas 
  ambulans itu ialah Jack McClune, Steve Bias, Bill Kendt, dan Gene 
  Haugh. Mereka mengorbankan sebagian besar hari dan waktu mereka 
  secara sukarela. Seharusnya, mereka bisa melewatkan Natal bersama 
  keluarga mereka masing-masing. Tetapi, mereka justru mengantarkan 
  pulang seorang anak laki-laki yang sekarat untuk merayakan Natal. 
  Aku berterima kasih kepada mereka. Mereka mengatakan bahwa ucapan 
  terima kasih yang mereka butuhkan adalah senyum Jon ketika ia 
  diantar ke rumah dengan seluruh keluarga yang mengelilinginya. 
  Mereka semua sependapat bahwa Natal itu adalah Natal yang paling 
  menyenangkan yang pernah mereka alami. Mereka pasti akan tinggal 
  sampai tengah malam jika pertolongan itu diperlukan oleh Jon. Ketika 
  aku menanyakan ongkos ambulans kepada Jack, ia mengatakan bahwa 
  seseorang di kota telah mendengar tentang keadaan kami yang 
  menyedihkan dan orang itu sudah mengurusnya. Tidak ada ongkos yang 
  harus dibayar. Kami tak pernah tahu siapa yang membayar ongkos itu.

  Ketika mereka pergi, aku dan Ginger berdiri di ujung tempat tidur 
  Jon. Kami menyampaikan doa terima kasih secara diam-diam. Jon 
  bernapas dengan teratur. Yang terindah, ada senyum di wajahnya yang 
  masih terus kulihat hingga hari ini. Malamnya, adik, kakak, kakek, 
  nenek, bibi, paman, dan sepupu Jon bergabung dengan kami untuk makan 
  malam Natal tradisional kami berupa ayam kalkun. Di atas kursi, 
  diapit oleh aku dan ibunya, duduklah mukjizat Natal kami.

  Jon diprediksi akan meninggal pada hari Natal 1990. Ia hidup untuk 
  melihat Natal satu kali lagi. Selain itu, ia sudah didaftarkan ke 
  sekolah tinggi ketika ia meninggal pada Maret 1992. Jon adalah orang 
  yang tak pernah menyerah. Selama 22 tahun, ia telah memberi 
  kebahagiaan, semangat, dan cinta akan hidup kepada semua orang di 
  sekitarnya. Ini tak akan pernah kami lupakan. Dan, ia telah 
  membuktikannya bukan hanya pada satu Natal, melainkan pada dua Natal 
  secara berturut-turut. Ini menunjukkan bahwa mukjizat benar-benar 
  ada.
  
  Diambil dan disunting seperlunya dari:  
  Judul buku: The Magic of Christmas Miracles
  Penulis: Jamie C. Miller, Laura Lewis, dan Jennifer Basye Sander
  Penerjemah: Bambang Soemantri
  Penerbit: PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2002
  Halaman: 153 -- 158
______________________________________________________________________

	    ANAK ALLAH MENJADI MANUSIA UNTUK MEMAMPUKAN 
	       UMAT MANUSIA MENJADI ANAK-ANAK ALLAH
	                    C.S. Lewis
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Puji syukur kepada Yesus Kristus yang memberi kesempatan bagi 
     kita untuk merayakan Natal kembali tahun ini. 

  2. Berdoalah bagi umat kristiani yang mungkin sedang mengalami hal 
     yang tidak menyenangkan di Natal kali ini, agar mereka tetap 
     dimampukan untuk merasakan anugerah Allah dan kehangatan suasana 
     Natal.

  3. Doakanlah agar anak-anak Tuhan tetap bersabar dan beriman dalam 
     menantikan mukjizat Tuhan, senantiasa percaya bahwa Dia adalah 
     Allah yang mendengar doa umat-Nya.
______________________________________________________________________
DARI REDAKSI

  Dengan hati yang terbuka, kami terus mengundang Anda untuk 
  mengirimkan kesaksian pribadi Anda ke publikasi Kisah di alamat: 
  < kisah(at)sabda.org >. Kesaksian yang Anda kirimkan akan menjadi 
  berkat bagi anak-anak Tuhan yang membacanya sehingga nama Tuhan 
  dipermuliakan. Amin. 
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2008 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Redaksi Tamu: Sri Setyawati
Kontak: kisah(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org