Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/96 |
|
KISAH edisi 96 (10-11-2008)
|
|
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________ Edisi 96, 10 November 2008 PENGANTAR Zaman ini tidak lagi identik dengan zaman yang penuh dengan kasih. Kita tidak dapat melihat kasih yang tulus di antara sesama manusia dalam setiap aspek kehidupan. Berita-berita di media masa banyak menggambarkan keadaan dunia yang sudah tidak beraturan -- banyak kekerasan dan kekacauan terjadi di mana-mana. Terkadang, keadaan semacam itu dapat membuat orang Kristen menjadi tidak tahan. Bahkan, tidak jarang juga mereka akhirnya berpaling dari Tuhan ketika doa mereka tidak kunjung dijawab oleh Tuhan dan terus didera pencobaan. Seberapa kuatkah iman kita? Akankah kita tetap setia pada Yesus ketika mengalami pencobaan dan siksaan fisik yang sakitnya tak terkatakan? Ingatlah kembali bahwa tidak ada tempat yang lebih baik daripada berada di pelataran Tuhan. Begitulah hati yang dimiliki oleh hamba-hamba Tuhan dalam kisah ini; mereka tetap mencintai Tuhan apa pun yang terjadi. Kiranya kisah mereka dapat menginspirasi Anda untuk tetap setia pada Yesus dalam menghadapi keadaan dunia yang semakin tidak menentu ini. Tuhan memberkati. Redaksi tamu KISAH, Hilda Dina Santoja ______________________________________________________________________ KESAKSIAN SIKSAAN YANG TAK TERKATAKAN Seorang Pendeta bernama Felix (nama samaran) disiksa dengan besi yang panas membara dan pisau-pisau. Ia dipukuli dengan hebat. Tikus-tikus kelaparan dihalau masuk melalui pipa ke dalam selnya. Ia tak dapat tidur karena harus memertahankan dirinya setiap saat. Bila ia beristirahat, tikus-tikus akan menyerangnya. Ia terpaksa berdiri selama dua minggu, siang dan malam. Orang komunis ingin memaksanya mengkhianati saudara-saudara seimannya, namun ia tetap bertahan dengan setia. Akhirnya, mereka membawa putranya yang berusia 14 tahun dan memukuli anak itu di hadapan ayahnya. Mereka berkata bahwa mereka tidak akan berhenti memukuli anak itu sampai ia mau mengatakan apa yang mereka inginkan. Orang yang malang itu menjadi setengah gila. Ia bertahan sekuat tenaga, kemudian ia berteriak kepada anaknya, "Amos! (bukan nama sebenarnya) Aku harus mengatakan apa yang mereka kehendaki! Aku tak tahan lagi melihat engkau dipukuli!" Anak lelaki itu menjawab, "Ayah! Janganlah melakukan sesuatu yang tidak benar padaku dengan menjadi seorang pengkhianat sebagai orang tuaku. Bertahanlah! Bila mereka membunuhku, aku akan mati dengan kata-kata, `Yesus dan tanah airku.`" Mendengar itu, orang komunis menjadi kalap. Mereka memukuli anak itu sampai mati. Darahnya terpercik di dinding sel. Ia mati dengan memuji nama Tuhan. Sesudah melihat peristiwa itu, saudara kami, Felix, berubah -- tidak sama seperti yang dulu. Borgol dengan paku-paku yang tajam di sisi dalamnya, dikenakan di pergelangan tangan kami. Bila kami tidak bergerak sama sekali, paku-paku itu tak menyakiti. Tapi dalam sel-sel yang dingin, jika kami menggigil kedinginan, pergelangan tangan kami akan robek oleh paku-paku itu. Orang-orang Kristen digantung terbalik dengan tali kemudian dipukuli dengan keras sehingga badannya terayun-ayun. Orang-orang Kristen juga dimasukkan dalam "sel pendingin", lemari es yang sangat dingin sehingga es dan embun beku menutupi bagian dalamnya. Aku pernah dilemparkan ke dalam salah satu sel tersebut dengan pakaian yang amat minim. Dokter penjara mengawasi dari celah-celah. Jika mereka melihat gejala membeku, mereka memberi tanda lalu para penjaga bergegas masuk untuk membawa kami ke luar agar tubuh kami kembali hangat. Sesudah hangat, kami segera dijebloskan kembali dalam kamar es itu agar membeku lagi. Dicairkan di luar lagi -- berulang-ulang! Bahkan hari ini, ada saat-saat di mana aku tidak mampu membuka lemari es. Kami orang Kristen terkadang dipaksa berdiri di kotak-kotak kayu yang ukurannya hanya sedikit lebih besar dari ukuran tubuh kami. Tidak ada ruang untuk bergerak. Lusinan paku-paku tajam ditancapkan di setiap sisi kotak tersebut, ujung paku-paku yang tajam itu menembus kayu. Selama tetap diam, kami tak menderita apa-apa. Tapi, kami harus berdiri dalam lemari itu selama berjam-jam. Saat kami mulai letih dan lelah, maka paku-paku tersebut menusuk tubuh kami. Paku-paku itu sangat mengerikan -- saat kami bergerak atau otot kami kejang. Apa yang dilakukan orang-orang komunis pada umat Kristen sungguh di luar akal sehat manusia. Aku pernah melihat orang komunis menyiksa orang-orang Kristen dan wajah mereka berseri-seri dengan gembira. Sambil menyiksa, mereka berteriak, "Memang, kami ini setan!" Kami bergumul bukan melawan daging dan darah, melainkan melawan penguasa-penguasa dan kekuatan jahat. Kami melihat komunisme bukanlah dari manusia, melainkan dari setan. Ini adalah kekuatan roh -- kekuatan kejahatan -- dan hanya dapat dilawan dengan suatu kekuatan roh yang lebih besar, yakni Roh Allah! Aku sering bertanya pada para penyiksa itu, "Tidakkah Anda memunyai rasa kasihan di hati Anda?" Biasanya mereka akan menjawab dengan mengutip perkataan Lenin: "Kamu tidak bisa membuat telur dadar tanpa memecahkan telurnya," dan "Kamu tidak dapat memotong kayu tanpa menyebabkan kepingan-kepingannya terbang." Aku berkata lagi, "Aku tahu itu kata-kata Lenin. Tapi ada perbedaan. Jika Anda memotong sekeping kayu, kayu itu tak merasakan apa-apa. Tapi di sini kamu berhubungan dengan manusia. Setiap pukulan menghasilkan rasa sakit, dan ada banyak ibu yang menangis." Percuma saja. Mereka adalah orang-orang yang materialistis. Bagi mereka, yang ada hanyalah benda (materi) belaka. Bagi mereka, seorang manusia adalah seperti kayu, seperti juga kulit telur. Dengan pedoman ini, mereka jatuh dalam jurang kejahatan dan kekejaman yang mahadalam. Kekejaman ateisme memang sukar dipercaya. Bila seseorang tak memunyai kepercayaan akan ganjaran atas perbuatan baik atau hukuman atas kejahatan yang dilakukan, maka tak ada alasan baginya untuk menjadi manusia. Tak ada lagi yang dapat mengekang unsur-unsur kejahatan yang bersemayam dalam jiwa manusia itu. Penyiksa komunis sering berkata, "Tak ada Tuhan, tak ada alam baka, tak ada pembalasan atas perbuatan jahat. Kami dapat berbuat sesuka hati kami." Pernah kudengar, seorang dari mereka berkata, "Terima kasih kepada Tuhan yang kepada-Nya aku bisa melampiaskan semua nafsu jahat dalam hatiku." Ia mengungkapkan itu dengan melakukan kebrutalan yang luar biasa dan penganiayaan terhadap para tahanan. Mereka bangga karena tak memunyai belas kasihan. Aku belajar dari mereka. Sebagaimana mereka tak memberikan tempat bagi Yesus sedikit pun dalam hati mereka, aku bertekad tak akan menyediakan tempat seujung rambut sekali pun untuk setan dalam hatiku. Aku telah memberi kesaksian di hadapan badan keamanan Amerika Serikat yang bernama US International Security Subcommittee. Aku menceritakan hal-hal yang mengerikan, misalnya orang Kristen yang disalib selama 4 hari dan 4 malam. Salib-salib itu diletakkan di atas tanah dan ratusan tahanan harus melakukan hajat mereka di atas bahan dan wajah orang yang disalib itu. Kemudian, salib ditegakkan lagi dan orang komunis mengejek serta menertawakannya, "Lihatlah Kristusmu! Alangkah cakapnya Ia! Alangkah sedapnya bau yang Ia bawa dari surga!" Jika aku terus bercerita tentang siksaan komunis yang mengerikan itu dan pengorbanan orang-orang Kristen, aku tidak akan pernah selesai. Bukan hanya penyiksaan yang dikenal, namun perbuatan kepahlawanan juga dikenal. Teladan kepahlawanan mereka yang berada di penjara benar-benar memberikan semangat bagi saudara-saudara yang masih bebas. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Berkorban Demi Kristus Judul asli buku: Tortured for Christ Penulis: Richard Wurmbrand Penerjemah: Ivan Haryanto Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 1999 Halaman: 36 -- 40 ______________________________________________________________________ "Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 10:21-22) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+10:21-22 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Berdoalah untuk ketahanan uji dan iman Anda dalam menjalankan rencana dan kehendak Tuhan atas hidup Saudara. Dan kapan pun Anda harus mengerjakannya, percayalah Tuhan menuntun Anda sampai selesai tugas Anda. 2. Mari doakan saudara-saudara seiman kita yang ada di seluruh dunia, yang berjuang agar nama Tuhan ditinggikan dalam pelayanan mereka, agar Tuhan bertakhta atas setiap ucapan mereka, melindungi mereka ke mana pun mereka pergi dan supaya banyak orang yang terbuka hatinya dan menerima Tuhan Yesus. 3. Jangan henti-hentinya mendoakan orang-orang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. Bawalah mereka dalam doa Anda agar Tuhan membuka hati mereka sehingga mereka tergerak untuk menanggapi setiap Injil yang telah mereka dengar. ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA YLSA -- http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Redaksi Tamu: Hilda Dina Santoja Kontak: < kisah(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |