Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/95

KISAH edisi 95 (4-11-2008)

Pamanku Akhirnya Menang

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________

	     	      Edisi 95, 3 November 2008

  PENGANTAR

  Setelah menerima anugerah keselamatan dari Allah, janganlah kita 
  lantas berpuas diri. Ingatlah, masih banyak orang yang juga sedang 
  menanti Kabar Baik dan menerima anugerah sejati dari Allah tersebut, 
  entah itu orang yang saat ini belum Anda kenal maupun kerabat Anda 
  sendiri.
  
  Apakah Anda rindu merasakan sukacita membawa jiwa-jiwa datang kepada 
  Tuhan? Jika kerinduan itu ada, jangan tunda lagi! Jika Anda tahu 
  seseorang yang membutuhkan kasih Yesus sebagai jawaban hidup mereka, 
  raihlah mereka. Lakukanlah sekarang! Yesus, Sang Juru Selamat itu, 
  akan menyertai dan memakai Anda untuk pekerjaan besar tersebut.
    
  Redaksi Tamu KISAH,
  Davida Welni Dana
____________________________________________________________________
  KESAKSIAN

                      PAMANKU AKHIRNYA MENANG

  Sejak saya mengikuti ceramah-ceramah "Inilah Hidup" yang mengajarkan 
  cara-cara memenangkan jiwa bagi Kristus, bayangan seorang paman saya 
  selalu saja melintas dalam benak.

  Paman saya sudah berumur 64 tahun. Istrinya sudah lama meninggal
  dunia dan mereka tidak berketurunan. Sekarang ia tinggal bersama
  kakak saya yang kaya raya.

  Di ujung pekarangan kediaman kakak saya itu, paman diberi sebuah 
  pondok mini. Karena sejak usia muda paman termasuk orang yang jarang 
  bergaul -- bahkan digolongkan "eksentrik" karena ia begitu pemalu --
  maka dalam pondoknya itu, ia semakin menyendiri. Bila tak ada yang 
  mau menegur paman, pastilah berhari-hari ia takkan membuka mulut.

  Tetapi paman juga bisa berkeras kepala! Apalagi bila ia sudah
  memutuskan sesuatu, apa pun takkan bisa menggoyahkan keputusannya.
  Ia tidak berpendidikan tinggi, karena kelainan pada rambutnya
  menjadikannya pusat ejekan teman-teman. Paman mogok sekolah sewaktu
  baru duduk di kelas tiga Lagere School (SD Belanda).

  Kendati demikian, pada akhir serangkaian ceramah "Inilah Hidup",   
  saya sudah memutuskan untuk berusaha mendekati Paman dan menawarkan 
  "hidup" itu padanya.

  Pada hari itu, sebelum saya beranjak ke luar rumah, terlebih dahulu 
  saya berdoa agar Tuhan mau membuka pikiran Paman sehingga ia dapat 
  mengerti apa yang hendak saya terangkan dan kesulitan memahami 
  bahasa tidak menjadi rintangan baginya untuk menerima Kristus dalam 
  hati dan hidupnya. Tetapi saya lupa mendoakan diri saya sendiri.

  Belum lagi saya melangkah, saya diserang sakit perut yang   
  seakan-akan menggilas seluruh isi perut! Ke WC nampaknya tak banyak 
  berfaedah, karena kejang-kejang otot perut yang tak mau reda juga. 
  Setelah bersabar agak lama, timbul kejengkelan saya. Saya memutuskan 
  biar nyawa tinggal sekarat, hari ini juga saya akan mendatangi 
  Paman!

  Saya keluar rumah dan berjalan sambil menekan perut, sehingga   
  orang-orang heran melihatnya. Tapi saya tak peduli, dan sesudah naik 
  bis kota, tibalah saya di kediaman kakak saya. Ternyata seisi rumah 
  sedang membaca sebuah buku, dan ketika saya tanyakan, buku itu 
  adalah sebuah buku silat! Kasihan. Rupanya dari hari ke hari, Paman 
  cuma dihibur dengan buku-buku silat yang kumal dan isinya cuma 
  merupakan serangkaian fantasi tak menentu.

  Segera, dengan berpegang pada buku penuntun, saya mulai menerangkan 
  pada Paman tentang 4 Hukum Rohani. Sejenak timbul keragu-raguan, 
  apakah Paman bisa memahami makna kata "hukum"? Saya menoleh. Paman 
  telah memejamkan matanya. Tidurkah ia, pamanku yang sudah lanjut 
  usia itu? Oh, Tuhan, tolonglah kami. Bukakan hati dan pikirannya 
  melalui Roh-Mu yang Kudus.

  Saya memutuskan untuk meneruskan tekad, sesuai dengan pengajaran 
  dalam "Inilah Hidup". Aku juga memutuskan untuk tidak lagi 
  memerhatikan reaksi Paman. Bukankah berhasil tidaknya penginjilan 
  juga sudah kuserahkan ke dalam tangan-Nya?

  Tibalah kami pada pertanyaan-pertanyaan "tantangan" di mana orang 
  yang diinjili harus membuat pilihannya: Kristus atau dunia. Saya 
  menunjuk pada sebuah gambar. Simbol hidup tanpa Kristus berada dalam 
  suatu lingkaran sebelah kiri, dan hidup beserta Kristus di sebelah 
  kanan.

  Saya bertanya pada Paman, "Menurut Paman, Paman sekarang hidup dalam
  lingkaran yang mana?" (Menurut teori yang diajarkan, atas jawaban
  pertanyaan inilah, saya harus mengajukan "tantangan" itu.)

  Tetapi tanpa diduga-duga, dengan suara yang keras dan tegas, Paman 
  berkata, "Mulai sekarang, Paman mau ikut yang ini saja!" Jari 
  telunjuknya yang keriput dan agak bergetar itu langsung menunjuk 
  lingkaran yang kanan!

  Saya menatap Paman penuh kekaguman atas pekerjaan Roh Kudus. Rupanya 
  Paman telah meresapi semua yang saya jelaskan tadi. Setelah saya 
  meyakinkan diri bahwa Paman benar-benar dengan penuh kesadaran telah 
  menentukan pilihannya, saya mengajak Paman berdoa bersama-sama. 
  Kasihan, mula-mula Paman malah tidak mengerti apa arti kata 
  "berdoa". Tetapi setelah saya jelaskan, ia menundukkan kepala dan 
  mengikuti kata-kata yang saya ucapkan untuk menyerahkan seluruh hati 
  dan hidupnya kepada Yesus Kristus.

  Suasana dalam kebun yang luas itu menjadi begitu hening dan teduh 
  ketika Paman untuk pertama kali dalam hidupnya, "berbicara" dengan 
  Bapa Surgawi. Suara Paman saat itu takkan kulupakan seumur hidupku. 
  Suaranya begitu khusyuk penuh penyesalan dan kerendahan hati 
  sehingga saya benar-benar bisa membayangkan Paman saya dalam segala 
  kekerdilannya sebagai manusia yang fana, berdiri di hadapan takhta 
  kemegahan Allah Bapa disaksikan beribu malaikat yang bersorak-sorai 
  menyambut anak ini.

  "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada
  malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
  (Lukas 15:10)

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul Buku: Untaian Mutiara
  Penulis : Betsy T.
  Penerbit : Penerbit Gandum Mas, Malang
  Halaman : 125 -- 128 
______________________________________________________________________

  "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga
  karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita
  karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan
  pertobatan." (Lukas 15:7)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Lukas+15:7 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Mengucapsyukurlah karena kalau bukan berkat orang-orang atau
     saudara-saudara Anda yang dipakai oleh Tuhan, Anda saat ini 
     mungkin tidak akan ada dalam lingkaran bersama Tuhan yang telah 
     digambarkan dalam kisah di atas dan mengalami penyertaan Tuhan 
     yang luar biasa atas hidup Anda dan keluarga.

  2. Mulailah menuliskan orang-orang yang ingin Anda selamatkan dan
     mintalah Tuhan menolong Anda untuk menginjili mereka dan membawa 
     mereka kepada Tuhan Yesus serta terus mendoakan mereka.

  3. Berdoalah bagi orang-orang yang belum diselamatkan supaya
     Tuhan melembutkan dan membuka hati mereka untuk menerima Injil 
     Kristus. Kiranya mereka juga dapat bertobat dan hidup benar di 
     jalan Tuhan. Melalui doa pun, banyak orang bisa diubahkan. Sebab 
     Tuhan memakai segala cara untuk mengubah seseorang, dan cara itu 
     tidak akan pernah dapat diprediksi oleh siapa pun.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2008 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Redaksi Tamu: Hilda Dina Santoja
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org