Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/53

KISAH edisi 53 (14-1-2008)

Ceritakan pada Dunia Untukku

       
______________________________PUBLIKASI_______________________________
                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                      Edisi 53, 14 Januari 2008

PENGANTAR

  Ingin diingat seperti apa Anda, oleh orang-orang di sekeliling Anda,
  jika Anda tidak berada di dunia ini lagi? Tentunya sebagai seorang
  yang baik, bukan? Akan tetapi sebagai orang percaya, hal itu saja
  tidaklah cukup. Kita tentu ingin dikenang sebagai orang yang
  memiliki hidup yang beriman kepada-Nya sampai akhir hayat.
  Harapannya, melalui hidup tersebut, kita dapat menjadi terang dan
  menjadi contoh yang baik sehingga iman orang lain dapat bertumbuh
  karena kehidupan kita. Simaklah kisah berikut, bagaimana tokoh di
  dalamnya ingin kita menceritakan kepada dunia tentang iman
  percayanya. Jangan lupa untuk sejenak berdoa dengan panduan pokok
  doa di kolom terakhir.


  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                     CERITAKAN PADA DUNIA UNTUKKU
                     ============================

  Sekitar empat belas tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para
  mahasiswaku berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama
  tentang teologi iman. Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku
  melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yang terurai sampai
  sekitar dua puluh sentimeter di bawah bahunya. Penilaian singkatku:
  dia seorang yang aneh -- sangat aneh.

  Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus
  mengajukan keberatan. Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan
  mencintai secara tanpa pamrih. Ketika dia muncul untuk mengikuti
  ujian pada akhir kuliah, dia bertanya dengan agak sinis, "Menurut
  Pastor, apakah saya akan dapat menemukan Tuhan?"

  "Tidak," jawabku dengan sungguh-sungguh.

  "Oh," sahutnya. "Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan
  bagaimana menemukan Tuhan."

  Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu
  kupanggil. "Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya
  yakin Dialah yang akan menemukanmu." Tommy mengangkat bahu, lalu
  pergi. Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud
  kata-kataku.

  Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan aku bersyukur. Namun,
  kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang
  sudah parah. Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu
  menemui saya. Saat dia melangkah masuk ke kantor saya, tubuhnya
  sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena
  pengobatan dengan kemoterapi. Namun, matanya tetap bercahaya dan
  suaranya, untuk pertama kalinya, terdengar tegas.

  "Tommy! Saya sering memikirkanmu. Katanya kamu sakit keras?" tanyaku
  langsung.

  "Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya
  hanya tinggal beberapa minggu lagi."

  "Kamu mau membicarakan itu?"

  "Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"

  "Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah
  menjelang?"

  Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur lima puluh
  tahun, namun mengira bahwa minum-minuman keras, bermain perempuan,
  dan memburu harta adalah hal-hal yang `utama` dalam hidup ini."

  Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku. "Sesuatu yang Pastor
  pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah Pastor. Saya
  bertanya waktu itu apakah saya akan dapat menemukan Tuhan, dan
  Pastor mengatakan tidak. Jawaban yang sungguh mengejutkan saya.
  Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menemukan saya.
  Saya sering memikirkan kata-kata Pastor itu, meskipun pencarian
  Tuhan yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh."

  "Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal
  paha saya," Tommy melanjutkan, "dan mengatakan bahwa gumpalan itu
  ganas, saya pun mulai serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas
  itu menyebar sampai ke organ-organ vital, saya benar-benar
  menggedor-gedor pintu surga. Tapi tak terjadi apa pun. Lalu, saya
  terbangun pada suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras
  mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu."

  "Saya memutuskan untuk tidak peduli sama sekali pada Tuhan,
  kehidupan setelah kematian, atau hal-hal sejenis itu."

  "Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa melakukan
  hal-hal penting," lanjut Tommy. "Saya teringat tentang Pastor dan
  kata-kata Pastor yang lain: "Kesedihan yang paling utama adalah
  menjalani hidup tanpa mencintai." Tapi hampir sama sedihnya,
  meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang kaucintai
  bahwa kau mencintai mereka. Jadi, saya memulai dengan orang yang
  tersulit; ayah saya."

  Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya
  menghampirinya.

  "Pa, aku ingin bicara."

  "Bicara saja."

  "Pa, ini penting sekali."

  Korannya turun perlahan delapan centimeter. "Ada apa?"

  "Pa, aku cinta Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

  Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu. "Korannya jatuh ke
  lantai. Lalu ayah saya melakukan dua hal yang seingatku belum pernah
  dilakukannya. Ia menangis dan memelukku. Dan kami mengobrol
  semalaman, meskipun dia harus bekerja besok paginya."

  "Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah," sambung Tommy. "Mereka
  menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yang
  kami rahasiakan bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya
  harus menunggu sekian lama. Saya berada dalam bayang-bayang
  kematian dan saya baru memulai terbuka pada semua orang yang
  sebenarnya dekat dengan saya."

  "Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ. Ia tidak
  datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut
  kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar.
  Dia menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya."

  "Tommy," aku tersedak. "Menurutku, kata-katamu lebih universal
  daripada yang kamu sadari. Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti
  untuk menemukan Tuhan adalah bukan dengan membuatnya menjadi milik
  pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan, melainkan dengan
  membuka diri pada cinta kasih."

  "Tommy," saya menambahkan, "boleh saya minta tolong? Maukah kamu
  datang ke kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para mahasiswa
  saya apa yang baru kamu ceritakan?"

  Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir hari itu. Tentu
  saja, karena ia harus berpulang.

  Ia melangkah jauh dari iman ke visi. Ia menemukan kehidupan yang
  jauh lebih indah daripada yang pernah dilihat mata manusia atau yang
  pernah dibayangkan. Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir
  kali.

  "Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.

  "Saya tahu, Tommy."

  "Maukah Bapak menceritakannya untuk saya? Maukah Bapak
  menceritakannya pada dunia untuk saya?"

  "Ya, Tommy. Saya akan melakukannya."

  (Sebarkan kesaksian ini untuk membantu Pater John menyebarkan cerita
  Tommy pada dunia).

  Nama situs        : Praise Him
  Judul asli artikel: Ceritakan pada Dunia Untukku
  Penulis           : John Powell, S.J.
  Alamat URL        : http://www.geocities.com/situskris/s004_ceritakan_pada_dunia_untukku.htm
______________________________________________________________________

   "Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN,
    dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu
          dari antara segala bangsa dan dari segala tempat
    ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN,
      dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana
              Aku telah membuang kamu." (Yeremia 29:14)
           < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yeremia+29:14 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Setiap orang memerlukan tujuan dan arti hidup yang benar. Mari
     berdoa agar kita dapat memilikinya sehingga kita dapat
     memanfaatkan anugerah kehidupan yang telah diberikan untuk
     hal-hal yang berguna.

  2. Doakan setiap orang percaya, khususnya mereka yang meragukan
     cinta kasih Tuhan, minta agar Tuhan memulihkan dan menjamah hati
     mereka.

  3. Berdoalah agar setiap orang percaya memiliki keberanian untuk
     menyaksikan perbuatan yang sudah Tuhan lakukan bagi kehidupan
     mereka. Doakan pula agar setiap orang yang membaca atau mendengar
     kesaksian tersebut mendapatkan berkat sehingga mereka juga
     terbeban untuk menyebarkan kabar baik tersebut kepada orang lain.
______________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                      Copyright(c) 2008 YLSA
                    YLSA -- http://ylsa.sabda.org/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami
Staf Redaksi    : Novi Yuniarti
Kontak          : < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org