Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/397

KISAH edisi 397 (19-8-2015)

Keluarga Rubiya Dipanggil Melayani Suku Fula di Afrika

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 397, 19 Agustus 2015
                      
KISAH -- Keluarga Rubiya Dipanggil Melayani Suku Fula di Afrika
Edisi 397, 19 Agustus 2015


Salam damai sejahtera,

Sebagai orang-orang percaya, kita memiliki tugas untuk melakukan 
pekerjaan Tuhan di mana pun Ia menempatkan kita. Namun, sering kali, 
kita menolak pekerjaan itu. Kita suka memilih-milih tempat pelayanan 
yang nyaman dan sesuai dengan kehendak kita daripada di tempat-tempat 
yang terpencil dan kondisinya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. 
Melalui kesaksian Bapak Bambang dan Ibu Berta dalam KISAH kali ini, 
kita diingatkan bahwa dalam melakukan pekerjaan Tuhan, kita harus 
memiliki rasa rendah hati. Melakukan pekerjaan Tuhan tujuannya adalah 
untuk memuliakan dan mengagungkan nama-Nya, bukan soal mengerjakan apa 
yang kita suka dan yang tidak kita suka.

Entah baik atau tidak kondisinya, ke mana pun Tuhan mengutus kita 
untuk melakukan pekerjaan-Nya, lakukanlah itu dengan segenap hati dan 
sungguh-sungguh. Seperti yang telah Tuhan amanatkan dalam Matius 
28:19-20 agar kita pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Dengan 
demikian, semakin hari semakin banyak orang yang mengenal Tuhan dan 
banyak jiwa diselamatkan oleh karena kesaksian dan pelayanan kita.

Redaksi Tamu KISAH,
Hossiana
< http://kesaksian.sabda.org/>


       KELUARGA RUBIYA DIPANGGIL MELAYANI SUKU FULA DI AFRIKA

Saya bernama Bambang, lahir di Klaten, pada tanggal 23 Januari 1978, 
dan berasal dari keluarga non-Kristen. Di lingkungan tempat tinggal 
kami, ada gereja dan banyak orang Kristen sehingga dari kecil, saya 
senang orang tua tidak melarang saya pergi ke gereja. Dari situlah, 
saya mengenal Yesus dan menjadi orang Kristen, tetapi Kristen tanpa 
pertobatan dan tidak memiliki kepastian keselamatan. Pada tahun 2003, 
barulah saya mengambil keputusan untuk sungguh-sungguh percaya dan 
menerima Yesus di hati saya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi.

Pada tahun 2006, Tuhan memanggil saya secara khusus melalui firman 
Tuhan yang terdapat dalam Yesaya 49:6. Awal tahun 2007, melalui 
gembala di gereja POUK BDP, saya akhirnya mengambil keputusan menjadi 
tenaga penuh waktu untuk melayani di gereja. Saya sangat bersyukur 
karena Tuhan Yesus terus membawa saya untuk mengerti bahwa tidak hanya 
melayani suku-suku yang sudah terjangkau, tetapi saya harus menjadi 
berkat bagi suku-suku yang belum terjangkau. Pada tahun 2009, Tuhan 
membawa saya untuk lebih fokus lagi berdoa dan mempersiapkan diri bagi 
orang-orang di Afrika. Saya terus mendoakan hal ini dan saya pun 
semakin bersyukur karena Tuhan mempertemukan saya dengan pasangan 
hidup yang sevisi.

Istri saya bernama Berta, lahir pada tanggal 17 Februari 1983, di 
pulau Semau, sebuah pulau kecil di NTT. Berta berasal dari keluarga 
Kristen. Sejak kecil, istri saya rajin ke sekolah minggu, bertumbuh 
menjadi remaja yang aktif di gereja dan persekutuan doa. Ketika istri 
saya masih SMP, Tuhan sudah memberikan beban misi di hatinya untuk 
mengasihi dan melayani anak-anak di Afrika, melalui tayangan di 
televisi. Waktu itu, istri saya belum mengerti tentang misi, saya pun 
juga tidak tahu bagaimana caranya, tetapi ada kerinduan yang besar di 
hati saya untuk pergi ke sana dan melayani mereka. Kemudian, pada 
tahun 2000, istri saya masuk sekolah teologia, dan di sekolah teologia 
itulah istri saya sungguh mengerti bahwa keselamatan dapat diperoleh 
bukan karena kita menjadi seorang Kristen dan aktif melayani, tetapi 
karena kita sungguh membuka hati bagi Yesus dan menerima-Nya sebagai 
Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi. Setelah lulus dari sekolah 
teologia, istri saya diutus untuk melayani ke Batam sebagai guru. Pada 
saat itu, istri saya benar-benar bersyukur dan sangat bersukacita 
melayani anak-anak suku Laut, tetapi kerinduan untuk anak-anak di 
Afrika tetap ada di hati istri saya.

Pada tahun 2007, saya bergabung dengan sebuah gereja di Bekasi (POUK 
ICHTUS BDP) dan saya sungguh bersyukur karena gereja ini adalah gereja 
misi, sehingga saya sungguh-sungguh dipersiapkan dan diarahkan Tuhan 
melalui Bapak dan Ibu Gembala Sidang yang melayani di sana. Selain 
itu, saya semakin fokus mendoakan anak-anak di Afrika. Puji Tuhan, di 
tempat ini juga, saya bertemu dengan istri saya yang sevisi dengan 
saya. Di gereja inilah, Tuhan mempertemukan dan mempersatukan kami 
dengan cinta dan visi, menjadi satu tim untuk mengerjakan visi-Nya. 
Pada tanggal 19 Maret 2011, kami berdua menikah dan Tuhan 
mengaruniakan seorang anak perempuan kepada kami yang kami beri nama 
Beatrice Evania Rubiya. Setelah menikah, kami bersama-sama berdoa dan 
akhirnya Tuhan memberikan beban untuk suku Fula di Guinea Bissau. Kami 
sudah lama mengenal WEC (sebuah yayasan misi dunia) dan memiliki 
kerinduan untuk bergabung dengan lembaga misi ini. Hingga akhirnya, 
pada awal tahun 2014, kami diterima untuk mengikuti kursus orientasi 
pada tanggal 6 Januari hingga 15 Maret 2014. Selama mengikuti masa 
orientasi, kami sungguh diberkati dengan materi yang diberikan di 
kelas dan kegiatan sehari-hari yang kami lakukan. Kami ditantang untuk 
hidup dalam iman, suci, berani berkorban, dan memelihara persekutuan. 
Sampai saat ini, kami masih mengikuti kursus bahasa Inggris sebelum 
kami berangkat ke Guinea Bissau dan mempersiapkan diri kami sebelum 
berangkat ke sana.

Diambil dan disunting dari:
Nama buletin: Terang Lintas Budaya
Edisi buletin: 101/2014
Penulis: Bambang
Halaman: 10 -- 11


                              POKOK DOA

1. Marilah kita doakan Bapak Bambang dan Ibu Berta agar selalu 
   disertai Tuhan, dan pelayanan mereka di Guinea Bissau dapat menjadi 
   berkat bagi banyak orang.

2. Marilah kita doakan agar segala persiapan yang dilakukan Bapak 
   Bambang dan Ibu Berta untuk melayani di Guinea Bissau dapat 
   berjalan dengan baik dan lancar.

3. Marilah kita berdoa agar semakin banyak orang yang memiliki 
   kerelaan hati untuk melayani di mana pun dan kapan pun Tuhan 
   mengutus.

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa 
berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, 
yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu 
Raja!" (Yesaya 52:7)

< http://alkitab.mobi/?Yesaya+52:7 >
< http://alkitab.sabda.org/?Yesaya+52:7 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org