Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/362

KISAH edisi 362 (5-3-2014)

Pelopor Utusan Injil: Hudson Taylor

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 362, 5 Maret 2014

KISAH -- Pelopor Utusan Injil: Hudson Taylor
Edisi 362, 5 Maret 2014

Shalom,

Mengabarkan Injil merupakan tugas setiap orang Kristen. Allah 
menghendaki supaya dunia ini bisa mendengar Injil dan menerima Yesus 
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Mengabarkan Injil adalah beban 
yang harus dipikul bukan saja oleh para misionaris, melainkan juga 
oleh kita semua. Biarlah kita menjadi pewarta dan saksi Kristus yang 
setia agar dunia mendengar kabar keselamatan dan diselamatkan karena 
percaya kepada Yesus. Selamat membaca. Tuhan Yesus Memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Amidya
< http://kesaksian.sabda.org/ >


             PELOPOR UTUSAN INJIL: HUDSON TAYLOR

Sebelum berumur lima tahun, Hudson Taylor berkata, "Kalau saya dewasa, 
saya akan menjadi seorang utusan Injil dan pergi ke Tiongkok."

Hati anak laki-laki berkebangsaan Inggris yang peka itu merasa 
terkesan oleh kisah-kisah tentang negeri-negeri yang hampir tak 
seorang pun pernah mendengar tentang Allah yang benar. Tetapi, mereka 
yang kenal dengan Hudson yang masih muda, membiarkan hal itu berlalu 
hanya sebagai dorongan hati anak-anak. William Carey telah pergi ke 
India dan beberapa orang lainnya telah mengabarkan Injil ke negeri-
negeri lain, tetapi dugaan bahwa Allah akan menggerakkan sendiri hati 
orang-orang kafir itu agar bertobat, tetap bertahan dalam lingkungan 
gereja-gereja Inggris.

Keluarga Taylor itu berbahagia dan juga saleh. Setiap hari, James 
Taylor membaca ayat-ayat Alkitab dan menjelaskannya kepada anak-
anaknya. Ia sering berkata kepada mereka, "Allah tidak dapat berdusta. 
Ia tidak dapat menyesatkanmu," dan si kecil Hudson akan menganggukkan 
kepalanya yang berambut ikal, seolah-olah berkata, "Tentu itu benar 
jika ayah berkata demikian."

Namun, kepercayaan pada masa anak-anak yang sederhana itu lenyap 
ketika Hudson memasuki masa remajanya. Selama enam tahun, ia merasa 
tidak tenang secara rohani. Ia berusaha dengan keras untuk "menjadikan 
dirinya seorang Kristen" dengan melakukan segala ucapan keagamaan yang 
timbul dalam pikirannya. Pasti, ia berpikir, ada suatu jalan agar aku 
dapat layak memperoleh kasih Allah.

Ia mulai bekerja di perusahaan obat ayahnya dengan mencampur serta 
menyalurkan obat-obatan kepada langganannya, tetapi ia masih merasa 
tidak yakin bahwa ia telah mendapatkan obat rohani yang benar bagi 
jiwanya. Pada suatu hari, ketika ia bekerja, ia membaca sebuah cerita 
dari traktat tentang orang dungu yang hanya dapat menetapkan 
pikirannya pada suatu kebenaran rohani, yaitu bahwa Kristus datang 
untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan dalam kebenaran itu, ia 
menemukan damai yang menyelamatkannya dari maut.

Setelah membaca traktat itu, Hudson menundukkan kepalanya perlahan-
lahan dan untuk pertama kalinya, ia berusaha dengan sadar menyerahkan 
diri kepada Kristus. Walaupun demikian, dalam tahun-tahun berikutnya, 
ia tidak menganggap hal ini sebagai pertobatan yang benar.

Ketika berusia lima belas tahun, Hudson memperoleh pekerjaan sebagai 
seorang juru tulis muda di sebuah bank. Hampir semua teman sejawatnya 
di bank sering mengejek. Seorang jurutulis tua yang menjadi temannya 
selalu menertawakan angan-angan Hudson yang sudah ketinggalan zaman.

Walaupun mempunyai pendapat yang lebih baik, Hudson membiarkan 
pikirannya terseret oleh ejekan-ejekan terhadap pengajaran yang 
diterimanya pada masa kanak-kanaknya. Ia kemudian menulis, "Aku mulai 
menetapkan nilai yang tinggi pada hal-hal duniawi. Tugas-tugas agama 
menjadi hal yang menjemukan bagiku."

Tetapi, Allah sedang bekerja. Karena bekerja berjam-jam lamanya dengan 
mempergunakan lampu gas, Hudson mengalami peradangan mata. Tak sesuatu 
pun yang dapat menolong penglihatannya yang melemah. Oleh karena itu, 
setelah sembilan bulan bekerja di bank, ia kembali menjadi asisten 
ayahnya.

Hudson menceritakan semua persoalannya kepada orang tuanya, bahwa ia 
tidak yakin akan kebenaran mengenai apa yang telah mereka ajarkan 
kepadanya. Mereka berusaha sabar kepadanya. Ibu dan adik perempuannya, 
Amelia, melipatgandakan doa-doa mereka.

Pada suatu hari, Hudson berada di rumah seorang diri. Sepanjang sore 
itu, ia meneliti perpustakaan ayahnya, mencari sebuah buku untuk 
mengisi waktunya. Namun, tidak sebuah buku pun yang tampak menarik. 
Jadi, ia kembali ke sebuah keranjang yang berisi brosur-brosur tentang 
agama. Sambil memilih sebuah brosur, ia berkata kepada dirinya 
sendiri, "Pasti bagian awalnya cerita dan bagian akhirnya khotbah. Aku 
akan membaca ceritanya, tetapi khotbahnya tidak."

Apa yang tidak diketahui Hudson Taylor waktu itu adalah bahwa ibunya, 
yang berada kira-kira 120 kilometer jauhnya dari sana, sedang berlutut 
mendoakan dia. Setelah makan siang pada hari itu, ibunya merasakan 
pentingnya pertobatan Hudson. Dengan mengunci diri di sebuah kamar, 
ibunya mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan tempatnya sampai 
ia merasa yakin doa-doanya dijawab.

Sementara itu, Hudson telah menemukan sebuah ungkapan, "Karya Kristus 
yang selesai." "Mengapa pengarang itu tidak mengatakan karya penebusan 
Kristus?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba, kata-kata Tuhan 
Yesus pada saat ia disalib, "Sudah selesai," timbul dalam pikirannya.

Kemudian, timbullah pikiran yang lain, "Jika Kristus telah selesai 
membayar utang dosa saya, apa yang masih tinggal yang harus saya 
lakukan?"

Bersama dengan itu, timbul pula jaminan yang membawa sukacita bahwa 
tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukannya, kecuali berlutut dan 
menerima apa yang telah dilakukan Kristus.

Dua minggu kemudian, ibunya tiba di rumah. Sambil merangkul ibunya, ia 
menceritakan kabar baik itu kepadanya. "Aku tahu," ibunya berkata 
dengan senang, "Aku telah bersukacita selama dua minggu. Allah 
meyakinkanku bahwa doa-doaku telah dijawab."

Dengan demikian, mulailah kehidupan Hudson Taylor yang cukup lama, 
yang penuh dengan kemenangan-kemenangan rohani itu. Ia memang pergi ke 
negeri Tiongkok sebagai utusan Injil. Ia mendirikan Misi Pedalaman 
Tiongkok yang terkenal itu, yang bertanggung jawab dalam menempatkan 
beribu-ribu utusan Injil ke daerah-daerah yang miskin secara rohani. 
Banyak orang telah menyebut Hudson Taylor sebagai Pelopor Misi-Misi 
Iman.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Penulis   : John Newton
Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1973
Halaman   : 66 -- 68


POKOK DOA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi setiap misionaris agar iman 
   mereka semakin kuat dan semakin banyak jiwa yang diselamatkan 
   melalui pelayanan Injil.

2. Doakan semua orang yang sudah percaya. Kiranya Tuhan terus 
   mendorong mereka untuk giat memelihara iman dan bertumbuh dalam 
   pengenalan yang benar akan Kristus.

3. Berdoalah agar Tuhan menolong setiap anak Tuhan yang masih bergumul 
   dengan menginjili individu atau kelompok tertentu. Kiranya Tuhan 
   memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepadanya untuk mengabarkan 
   Injil seperti yang Allah kehendaki.

"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan 
  buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang  
                diperbuatnya berhasil". (Mazmur 1:3)
                < http://alkitab.mobi/tb/Maz/1/3/ >
               < http://alkitab.sabda.org/?Maz+1:3 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org