Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/327 |
|
KISAH edisi 327 (15-5-2013)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 327, 15 Mei 2013 KISAH -- Tuhan Menangkapku Kembali Edisi 327, 15 Mei 2013 Salam kasih, Tuhan memiliki cara tersendiri untuk menetapkan panggilan pelayanan bagi setiap orang. Berbagai peristiwa dapat dijalani, namun akhirnya ketetapan Tuhanlah yang terjadi. Dalam edisi KISAH kali ini, kita akan membaca perjalanan hidup seorang bernama Mangadar, yang telah melalui liku-liku kehidupan. Semua pengalaman itu, akhirnya membawanya kembali kepada panggilan hidupnya yang sejati, yaitu melayani Tuhan. Semoga kesaksian ini dapat menjadi berkat bagi Anda sekalian. Pemimpin Redaksi KISAH, Sigit < sigit(at)in-christ.net > < http://kesaksian.sabda.org/ > TUHAN MENANGKAPKU KEMBALI Sejak lulus SMA, saya rindu untuk kuliah teologi, tetapi orang tua saya ingin agar saya menjadi seorang manajer perusahaan. Mereka tidak mengizinkan saya kuliah teologi karena saya adalah anak pertama. Mereka tidak mau saya menjadi pendeta karena pendeta itu "tidak ada uangnya", dan jika anak pertama jadi pendeta, mau jadi apa adik–adik saya nanti. Oleh karena itu, orang tua saya menyuruh saya untuk kuliah Teknik Mesin. Namun, karena biaya kuliah teknik mesin sangat mahal, akhirnya saya mengambil jurusan Bahasa Inggris. Mengapa Bahasa Inggris? Karena saya ingin melayani bangsa–bangsa. Selain kuliah, saya juga aktif pelayanan di Gereja Bethany Indonesia Padang Bulan, Medan. Saya memulai pelayanan sebagai penyusun kursi, lalu penerima tamu, pendoa, guru sekolah minggu, singer, dan terakhir sebagai pemimpin pujian. Jabatan di gereja yang pernah saya pegang antara lain sekretaris sekolah minggu, sekretaris pemuda, dan koordinator pelayanan kampus dan sekolah. Semua kegiatan tersebut saya lakukan selama saya masih kuliah. Setelah lulus kuliah, saya rindu melayani di luar negeri, dan Puji Tuhan saat itu ada hamba Tuhan yang datang dari Korea Selatan ke Medan. Salah seorang pelayan Tuhan di gereja menawarkan kepada saya untuk ikut bersama hamba Tuhan dari Korea itu. Saya sangat senang mendengar tawaran tersebut. Namun, ketika saya mencoba mendiskusikannya dengan orang tua, lagi–lagi mereka menolak. Karena kesal, saya menelepon seorang hamba Tuhan di Air Molek, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dan menawarkan diri untuk menjadi pelayan Tuhan penuh waktu di gereja beliau. Beliau menerima tawaran itu sehingga saya pun segera berangkat ke Air Molek. Di Air Molek, saya melayani sebagai wakil gembala sidang. Gereja ini mempunyai cabang di Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Ibadah di gereja cabang diadakan setiap Minggu sore pukul 18.00 WIB. Jarak dari Air Molek ke Taluk Kuantan kira-kira 95 km. Setelah melayani selama 3 bulan, jemaat yang ada di Taluk Kuantan meminta saya untuk menjadi gembala sidang. Namun, saya menolak dengan alasan saya belum menikah. Setelah 5 bulan pelayanan, saya minta izin untuk pulang kampung. Akhirnya, saya pun pulang kampung dan memutuskan untuk kerja secara sekuler. Tahun 2008, saya berangkat ke Kalimantan Tengah karena di sana saya mempunyai saudara yang bisa memasukkan saya untuk bekerja di Tambang Emas. Sesampainya di Kalteng, tepatnya di Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, sembari menunggu mendapatkan pekerjaan, saya beribadah dan melayani di Gereja Pantekosta Tabernakel. Di gereja ini, saya melayani sebagai pemimpin pujian dan pembicara. Setelah enam bulan pelayanan, saya mendapat tawaran untuk menjadi gembala di gereja cabang. Saya tidak menolak tawaran tersebut, tetapi juga tidak menyetujuinya karena saya datang ke Kalteng bukan untuk menjadi pelayan Tuhan, melainkan mencari kerja. Setelah 8 bulan tidak juga mendapat pekerjaan, saya memutuskan untuk mengikuti CPNS di Kabupaten Kotawaringin Timur atau tepatnya di Kota Sampit. Saya pindah ke Kota Sampit, mengikuti tes CPNS dan hasilnya, saya tidak lulus. Meski tidak lulus, saya memilih menetap di Sampit. Di Kota Sampit, saya beribadah di Gereja Pantekosta di Indonesia. Di gereja ini, saya melayani sebagai pemimpin pujian dan pembicara. Setelah mendapatkan gereja untuk beribadah, saya melamar menjadi tenaga honorer di Pengadilan Negeri Sampit. Saya diterima dan ditempatkan di Panmud Pidana. Setelah bekerja selama 11 bulan, saya merasa ada yang hilang dari diri saya. Apa itu? Kebenaran. Ya, kebenaran mulai terkikis oelh pekerjaan saya. Secara materi, saya hidup berlimpah, punya kekuasaan, dan ditakuti banyak orang. Namun, di balik itu semua, saya telah banyak memilukan hati Tuhan sehingga setelah genap satu tahun, saya mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Kemudian, saya bekerja di perkebunan kelapa sawit, yaitu di PT. Windu Nabatindo Lestari, dengan harapan saya mendapatkan kembali kebenaran itu. Ternyata, kehidupan rohani saya tidak menjadi lebih baik, namun malah semakin hancur karena di tempat kerja yang baru, saya harus lembur setiap malam, bahkan terkadang hari Minggu harus lembur. Hari–hari terasa semakin hampa karena saya sudah tidak dapat beribadah lagi. Dari segi pekerjaan, saya sangat beruntung. Setelah 4 bulan bekerja, jabatan saya naik dari admin tanaman menjadi akunting. Selain itu, kepala administrasi menjanjikan bahwa paling lama 2 tahun, saya pasti naik jabatan menjadi kepala administrasi. Meski memperoleh jabatan yang enak, tetapi roh saya semakin redup karena tekanan pekerjaan. Setelah bekerja Selama 6 bulan, karena satu dan lain hal, saya mengundurkan diri dari perusahaan dan melamar ke perusahaan lain, yaitu PT. Sentosa Andalan Asa Utama. Di perusahaan ini, saya melamar sebagai asisten kepala kebun atau setingkat dengan asisten manajer kebun. Saya diterima bekerja, tetapi rasa hampa itu tetap ada. Kepala kebun mengatakan bahwa dalam waktu 2 tahun, saya pasti akan menjabat sebagai kepala kebun karena berdasarkan penilaian pemilik dan direktur perusahaan, hasil kerja saya mendapat nilai di atas delapan. Mereka sangat senang saya bisa bergabung dengan perusahaan mereka. Akan tetapi, suatu malam Roh Kudus berbicara, "Coba kamu ingat apa yang telah Aku perbuat bagimu dan coba kamu ingat kembali kerinduan yang aku taruh di hatimu dahulu." Malam itu, saya menyadari bahwa sebenarnya yang Tuhan inginkan dari saya adalah hidup saya. Malam itu juga, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Direktur memanggil saya dan menanyakan mengapa saya mengundurkan diri. Beliau mengharapkan saya tetap bisa bergabung untuk memperbaiki sistem yang ada. Akan tetapi, saya bersikeras untuk mundur. Akhirnya, dengan berat hati mereka melepaskan saya. Beberapa waktu kemudian, saya menelepon pacar saya di Batam. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sudah mengundurkan diri dari perusahaan dan mau menjadi pelayan penuh waktu di Batam. Pacar saya menyetujuinya. Akhirnya, saya pindah ke Batam, menikah, dan mulai mencari gereja untuk jadi pelayan penuh waktu. Setelah berbincang dengan gembala sidang, beliau menawarkan sejumlah persembahan kasih (PK) yang bisa diberikan oleh gereja. Mendengar jumlah PK tersebut, Iblis berbicara dan menggoda saya untuk kembali bekerja. Saya pun masuk perangkap dan memutuskan untuk kembali bekerja secara sekuler di Batam. Setelah tiga kali pindah pekerjaan, Roh Kudus mengingatkan kembali tujuan saya datang ke Batam. Namun, karena melihat kondisi bahwa saya telah menikah dan mempunyai seorang anak, saya mengabaikan peringatan Roh Kudus. Beberapa waktu kemudian, Roh Kudus berbicara melalui istri saya. Istri saya bermimpi, seseorang mengatakan kepadanya bahwa pekerjaan saya saat itu memang baik, tetapi kehidupan kami akan berubah apabila saya melayani Tuhan sepenuhnya. Saya menjadi bingung karena saat itu saya sedang memasukkan lamaran pekerjaan ke perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat. Informasi terakhir yang saya terima, direktur operasional perusahaan itu telah menyetujui lamaran saya. Namun, saya bisa dikatakan lulus apabila direktur keuangan, direktur operasional, dan direktur enginering menyetujui lamaran saya. Jadi, saya masih harus menunggu persetujuan dari dua direktur lagi. Sambil menunggu jawaban, saya berdoa dan memutuskan bahwa jika lamaran saya ditolak, saya akan menjadi pelayan penuh waktu. Puji Tuhan, dua minggu kemudian saya mendapat telepon bahwa lamaran saya ditolak, meski mereka memberi saya kesempatan untuk bekerja di Banda Aceh, dengan jabatan yang sama. Namun, saya mengingat keputusan saya. Karena lamaran saya ditolak, saya yakin bahwa ini merupakan cara Tuhan untuk memanggil saya kembali. Akhirnya, saya putuskan untuk menjadi hamba Tuhan. Sekarang, saya menjadi pelayan penuh waktu di Gereja Bethel Indonesia Jemaat Graha Nusa Permai, Batam, yang dipimpin oleh hamba- Nya, Pdm. Asi Pangondian Hutasoit. Puji Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin. Diambil dan disunting dari: Nama situs: cmangadar.blogspot.com Alamat URL: http://cmangadar.blogspot.com/2012/08/tuhan-menangkapku-kembali-kesaksian.html Penulis: Mangadar Christian Sihaloho, A.Md Tanggal akses: 3 April 2013 POKOK DOA 1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang saat ini mengalami kebingungan dengan panggilan hidup mereka. Kiranya, Tuhan Yesus membuka jalan sehingga mereka menemukan panggilan hidup mereka. 2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk para orang tua agar tidak menjadi batu sandungan bagi anak mereka yang sedang meraih impian dan cita-cita, khususnya impian untuk menjadi hamba Tuhan. Sebaliknya, orang tua dapat mendukung impian anak-anak mereka sepenuhnya. 3. Mari kita bersatu hati di dalam doa kepada Tuhan Yesus untuk orang- orang yang saat ini mendedikasikan hidup mereka dalam ladang pelayanan Tuhan. Biarlah Tuhan mencukupkan segala kebutuhan hidup mereka dan pelayanan mereka dapat semakin berkembang. "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6) < http://alkitab.sabda.org/?filipi+1:6 > Kontak: kisah(at)sabda.org Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |