Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/312

KISAH edisi 312 (30-1-2013)

Bebas dari Jerat Narkoba

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 312, 30 Januari 2013

KISAH -- Bebas dari Jerat Narkoba
Edisi 312, 30 Januari 2013

Shalom,

Narkoba tidak hanya menjadi barang haram bagi masyarakat umum yang 
sadar akan bahaya narkoba, tetapi sudah menjadi ancaman besar bagi 
generasi penerus, khususnya para pemuda. Orang yang terjerat dalam 
belenggu narkoba, dapat dipastikan masa depannya akan seperti apa jika 
tidak segera keluar dari belenggu tersebut. Edisi kisah kali ini 
menceritakan tentang kesaksian Soedono Wijaya, seorang pengusaha 
sukses yang bertobat dan percaya kepada Kristus setelah dibebaskan 
dari belenggu narkoba yang menghancurkan hidupnya. Selamat membaca, 
Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                    BEBAS DARI JERAT NARKOBA

Ketika badai krisis moneter menerpa negeri ini, pada tanggal 5 Juni 
1997, kami memutuskan untuk pindah dari kota Medan dan meneruskan 
kembali bisnis properti dan jual beli mobil di kota kelahiran saya, 
Surabaya. Ketika usaha tersebut sudah berjalan dengan baik, saya 
menyerahkannya kepada anak dan istri untuk mereka kelola, sehingga 
saya mulai memunyai banyak waktu senggang. Saat itu, salah seorang 
saudara dari istri mengajak saya untuk pergi ke gereja. Namun, setelah 
berada di ruang ibadah, saya melihat orang-orang di situ bernyanyi 
sambil berdiri dan bertepuk tangan penuh sorak-sorai. Sambil tertawa 
kecut, hati saya mulai mengatakan bahwa tempat ini bukanlah tempat 
yang cocok bagi saya. Maka, saya mengurungkan niat untuk percaya pada 
Tuhan Yesus dan tidak pernah menginjak gereja itu lagi.

Pada tahun 2000 yang lalu, karena memunyai waktu senggang, saya mulai 
melakukan lagi kebiasaan-kebiasaan jelek yang pernah saya lakukan 
bersama dengan teman-teman waktu masih tinggal di Medan, sekitar tahun 
1993-1995. Berjudi sambil bersenang-senang di diskotek dan menikmati 
alunan musik ingar-bingar di ruangan yang remang-remang, ternyata jauh 
lebih menarik bila dibandingkan dengan alunan musik di gereja.

Setelah berkali-kali menggunakan ekstasi, kawan-kawan saya mulai 
menawarkan untuk mencoba mengisap sabu-sabu. Tetapi karena badan saya 
agak besar, mengisapnya 5 kali tidaklah terlalu terasa dampaknya. Oleh 
karena itu, saya dianjurkan untuk mengisapnya sebanyak 10 kali. Mula-
mula, menggunakan obat-obat tersebut hanyalah sebagai pemacu semangat 
kerja saya. Namun beberapa bulan kemudian, obat-obatan itu mulai 
menjerat saya, terutama jika terjadi masalah di rumah atau pada bisnis 
saya. Pilihan saya hanya tertuju pada barang haram itu, mengisapnya 
lagi dan lagi, sampai akhirnya menjadi ketergantungan dan tidak bisa 
terlepas darinya.

Sebenarnya, saya ingin berhenti dari obat-obatan itu. Saya dan istri 
saya mulai mencari jalan keluar dengan mendatangi dukun-dukun, bahkan 
meminta pertolongan pada berhala-berhala kami. Seperti anjuran para 
dukun tersebut, saya pun mulai mencoba untuk tidak mengonsumsi obat-
obatan itu. Namun, badan saya mulai sakit dan tulang-tulang saya 
terasa ngilu seperti ditusuk ribuan jarum. Karena tidak dapat menahan 
rasa sakit tersebut, saya mengisap sabu-sabu lagi untuk membuat badan 
saya fit kembali.

Kalau batang itu tidak masuk ke dalam tubuh saya, saya akan menderita 
`sakau` (ketagihan) dan kalau hal itu dibiarkan, saya akan mengalami 
paranoid. Apabila saya terserang paranoid, maka akan mudah tersinggung 
dan curiga pada semua orang, akibatnya istri dan anak-anak sayalah 
yang menjadi sasarannya.

Suatu hari, setelah semalaman berpesta ekstasi dan sabu-sabu dengan 
kawan-kawan di diskotek, pagi harinya saya tidak langsung kembali ke 
rumah. Tanpa berpamitan terlebih dulu pada istri, saya bersama teman-
teman berangkat untuk bersenang-senang di salah satu diskotek di 
Jakarta. Karena hingga malam saya belum kembali ke rumah, istri dan 
anak-anak saya mencoba menghubungi teman-teman saya. Namun, tak 
seorang pun dari mereka yang mengetahui keberadaan saya. Maka, mereka 
mulai mencari-cari saya ke setiap diskotek yang ada di Surabaya. Pada 
hari yang ketiga setelah segala upaya yang dilakukan untuk mencari 
saya tidak berhasil, istri saya mulai khawatir dan stres. Akhirnya, ia 
pun jatuh sakit. Anak-anak yang memerhatikan ibunya dalam keadaan 
seperti itu, segera melarikannya ke Rumah Sakit Mitra di Surabaya.

Ketika istri saya sedang dirawat intensif di ruang ICU, telepon 
genggam yang baru saja saya aktifkan malam itu, tiba-tiba berbunyi. 
Karena hanya teman-teman yang menelepon dan mengabarkan bahwa istri 
saya sakit, saya tidak memercayainya. Saya berpikir itu hanyalah upaya 
untuk membuat saya segera pulang ke Surabaya. Tetapi tidak lama 
kemudian, seorang tetangga kami, Dokter Hendro Gunawan, yang merawat 
istri saya di rumah sakit, menelepon dan mengatakan bahwa istri saya 
sedang dirawat di rumah sakit, bahkan sekarang ini sedang ditangani 
secara serius di ICU.

Setelah saya meyakini bahwa seorang dokter tak mungkin berbohong, maka 
saya segera membeli tiket pesawat untuk keberangkatan pada jam pertama 
besok pagi. Sesampainya di Surabaya, saya segera mencari istri saya ke 
rumah. Tetapi, saya tidak menemukannya sehingga saya segera menuju 
rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, saya menemukan istri saya 
sedang didoakan oleh beberapa orang pria. Sebenarnya, saya tidak 
setuju dengan itu. Bahkan, hati saya sangat jengkel kepada mereka 
karena saya pikir cara itu tidak mungkin dapat membuat istri saya 
sembuh dan sadar kembali.

Setelah didoakan oleh orang-orang tersebut, yang belakangan saya 
ketahui bahwa mereka adalah anggota dari FGBMFI Surabaya, Kertajaya 
Chapter, tak lama kemudian istri saya benar-benar sadar dan siuman. 
Sejak saat itulah, istri saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru 
Selamatnya. Sejak hari itu pulalah, istri saya mendoakan saya secara 
terus-menerus, agar saya bertobat dan berhenti dari narkoba.

Seminggu kemudian, ketika saya tetap meneruskan petualangan saya di 
dunia remang-remang diskotek, sekitar pukul 01.00 pagi, saya sedang 
triping berat. Tetapi tiba-tiba, kepala saya berhenti bergeleng-
geleng, seolah menginjak rem. Tiba-tiba saya merasakan kesepian yang 
luar biasa dan langsung teringat pada Tuhan Yesus yang belum pernah 
saya kenal sebelumnya. Saya mengatakan kepada Tuhan bahwa jika saya 
bisa berhenti dari ekstasi, sabu-sabu, dan obat-obatan lainnya, saya 
akan bertobat dan menerima Dia masuk ke dalam hati saya. Saya akan 
beribadah kepada-Nya di gereja.

Sekitar lima sampai sepuluh menit kemudian, saya melihat wajah orang-
orang yang sedang menari di depan saya menjadi seperti hantu. Ada juga 
yang berwajah polos dan hitam, seperti katak yang sedang melompat-
lompat, atau seperti binatang yang seram, yang akan menerkam saya.

Ketika saya berdiri, saya melihat pelayan-pelayan yang sedang membawa 
nampan minuman, berjalan tanpa wajah. Ketika saya menengok ke kiri, 
saya melihat beberapa pelayan perempuan yang membawa minuman tetapi 
tidak berjalan, seperti melompat-lompat. Karena sangat ketakutan, saya 
segera melarikan diri ke luar ruangan. Para satpam yang mencegat saya 
terlihat bertanya-tanya, tetapi karena tak berani mengatakan bahwa 
saya baru saja melihat setan, maka saya hanya mengatakan bahwa saya 
sedang kurang sehat. Teman-teman yang menyusul saya ke luar ruangan 
melihat bahwa wajah saya masih merah padam karena pengaruh obat. Jika 
saya pulang dalam keadaan seperti itu, maka bisa dipastikan bahwa saya 
akan over dosis, kemudian sesak napas, dan meninggal. Sejak saya 
terikat dengan narkoba, istri dan anak-anak saya telah melarang saya 
untuk menyetir sendiri. Tetapi malam itu, saya mengatakan kepada 
teman-teman bahwa saya harus pulang saat itu juga.

Sesampainya di rumah, istri saya yang membukakan pintu. Sambil melihat 
wajah saya yang masih merah padam, ia menanyakan tentang kepulangan 
saya, yang kurang lebih pukul 01.30 itu. Saya menjelaskan peristiwa 
yang saya alami dan janji yang saya ucapkan kepada Tuhan di diskotek 
tadi. Dengan tidak percaya, istri saya mengatakan bahwa saya sudah 
gila atau sedang mengalami paranoid. Biasanya, saya bisa fit selama 
tiga sampai empat hari hanya dengan tidur selama satu hari karena 
pengaruh obat. Tetapi pada subuh itu, saya langsung merebahkan diri di 
tempat tidur dan terlelap.

Biasanya, sarapan pagi saya adalah sabu-sabu yang sudah siap untuk 
diisap, tetapi pagi itu saya tidak ingin mengisapnya lagi. Sepanjang 
hari itu, lebih dari lima kali saya keluar masuk karaoke untuk 
mengisap sabu-sabu, tetapi setiap kali saya berusaha melakukannya, 
saya tidak ingin memakainya lagi. Biasanya, jika tidak mengonsumsi 
sabu-sabu dalam dua hari, badan saya akan terasa tidak enak dan 
tulang-tulang saya terasa sangat sakit. Tetapi anehnya, saat itu sudah 
hari keempat saya tidak mengonsumsi sabu-sabu dan badan saya tidak 
terasa sakit seperti biasanya.

Beberapa hari kemudian, istri saya mengajak saya pergi ke rumah sakit 
untuk direhabilitasi (cuci darah-urine). Setelah disuntik dan diinfus, 
saya tidak sadarkan diri selama tiga hari. Pada hari yang keempat, 
saya mulai siuman, tetapi seperti terkena parkinson. Kaki dan tangan 
saya tak berhenti bergetar.

Melihat keadaan saya yang seperti itu, keluarga membawa saya untuk 
diperiksa oleh dokter saraf dan psikiater. Setelah diberikan terapi 
namun belum mendapat kesembuhan juga, pada akhir Desember 2000 saya 
dibawa oleh anak dan istri saya berjalan-jalan ke Eropa. Sebenarnya, 
saya tidak ingin ikut bersama mereka karena keadaan badan saya yang 
belum sembuh. Tetapi karena mereka sudah membeli tiket dan saya tak 
ingin mengecewakan mereka, akhirnya saya ikut juga. Pada hari pertama 
tiba di Eropa, saya dibawa untuk melihat-lihat bangunan gereja. Saya 
sempat menggerutu bahwa kalau hanya ingin melihat gereja, di Surabaya 
pun banyak gereja dan bangunannya jauh lebih bagus daripada di situ. 
Keesokan harinya, walaupun saya menggerutu, ketika mereka kembali 
membawa saya melihat suatu gereja, saya ingin berlama-lama tinggal di 
gereja itu. Setelah satu jam berlalu, istri dan anak-anak mengajak 
saya keluar dari gereja itu. Karena masih ingin berada di gereja itu, 
saya mengatakan kepada istri saya dan pemimpin rombongan untuk keluar 
terlebih dulu, dan saya akan menyusul mereka lima menit kemudian. 
Dalam waktu lima menit itu, tiba-tiba Tuhan mengingatkan saya pada 
janji yang saya ucapkan pada Tuhan, bahwa saya akan bertobat dan 
datang ke gereja.

Di dalam gereja itu, saya berjanji bahwa sepulangnya dari Eropa, saya 
akan bertobat dan mau ke gereja. Saya juga mau dibaptis. Tiga sampai 
empat hari kemudian, istri dan anak-anak saya mengatakan pada saya 
bahwa badan saya sudah tidak bergetar-getar lagi. Saya menjawab mereka 
bahwa Tuhan Yesus-lah yang telah menyembuhkan saya.

Saat berada di Surabaya, kami sekeluarga menyerahkan diri pada Kristus 
dan telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Seiring dengan 
pertobatan tersebut, Dr. Hendro Gunawan dan kawan-kawan dari FGBMFI 
Kertajaya Chapter Surabaya membimbing kerohanian saya. Dalam sebuah 
outreach meeting, mereka mengajak saya untuk bergabung menjadi anggota 
FGBMFI. Sekarang, bukan hati saya saja yang semakin dipenuhi dengan 
sukacita dan damai sejahtera oleh Tuhan, melainkan bisnis dan keluarga 
kami pun dipulihkan hingga bertambah harmonis.

Soedono Wijaya sekarang menjadi anggota FGBMFI Chapter Surabaya. 
Pengusaha otomotif dan garmen di Jasmin Jaya ini, bersama istrinya, 
Christina Irani, serta anak-anaknya, Tommy W., Fera Carolina W., 
Hendry W., Denny W., dan Jeanifer Yasmin W., bergereja di Mawar Sharon 
Surabaya.

Diambil dari:
Judul buletin: SUARA (Full Gospel Business Men`s VOICE Indonesia), 
               Edisi Khusus No.1 - 2004
Penulis      : Soedono Wijaya
Penerbit     : Yayasan Persekutuan Usahawan Injil Sepenuh 
               Internasional (PUISI) - Jakarta
Halaman      : 12 -- 15


                               POKOK DOA

1. Mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena sudah melepaskan Soedono 
   Wijaya dari jerat narkoba dan memulihkan keluarga, serta usaha yang 
   dirintisnya.

2. Berdoa agar ada lebih banyak lembaga atau organisasi kristiani yang 
   memiliki beban untuk menjadi fasilitator bagi saudara-saudara 
   seiman, dalam memberikan dukungan untuk menghadapi setiap 
   permasalahan yang ada.

3. Doakan untuk orang-orang yang saat ini terikat dalam jerat narkoba, 
   agar Tuhan Yesus menolong mereka melepaskan diri dari 
   ketergantungan narkoba. Dan, agar Tuhan bekerja melalui orang-orang 
   yang diutus-Nya untuk dapat memberikan kekuatan dan motivasi kepada 
   mereka.


"Ia telah membebaskan nyawaku dari jalan ke liang kubur, dan 
          hidupku akan melihat terang." (Ayub 33:28)
           < http://alkitab.sabda.org/?Ayb+33:28 >


           STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA

Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, 
persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) < 
http://www.ylsa.org > menyediakan sejumlah sumber bahan Paskah 
pilihan dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan 
tentang Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah.

Kunjungilah situs Paskah Indonesia! Situs Paskah Indonesia < 
http://paskah.sabda.org/ > memuat segudang bahan menarik seputar 
Paskah, antara lain artikel, drama, puisi, kesaksian, dan buku. Anda 
juga bisa menyumbangkan bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan 
membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan Anda 
membutuhkan referensi tepercaya seputar bahan Paskah, berbagai link 
dan daftar kategori di situs mini < http://paskah.co/ > akan 
menolong Anda menyeleksi bahan-bahan yang Anda butuhkan.

YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video menarik 
yang memadukan unsur teks, audio, dan grafis, yang dapat diunduh 
secara gratis di YouTube < http://youtube.com/user/sabdaalkitab 
>. Anda juga kami undang untuk berinteraksi dengan anak-anak Tuhan 
yang lain melalui "sharing" dan diskusi seputar perayaan 
Paskah di Facebook Paskah < http://fb.sabda.org/paskah >. 

Paskah segera datang, jangan menunda lagi. Segeralah kunjungi keempat 
pranala kami dan dapatkan bahan-bahan Paskah dari YLSA!


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org